On multimedia (dari kiri ke kanan): Dust Franta (the oldest / big bro), Nicola Franta (cewek yg megang kucing), Peter Franta (om yang botak itu tu--their father), Connor Franta (a.k.a Troye Sivan's bf HAHA), Brandon Franta (the young-and-handsome-lil brother. BACK OFF BRANDON IS MINE TOO NYIAHAHAHAHA -kris)
***
Dan seperti yang bisa kuharapkan, perjalanan pulang kami dari toko benar-benar awkward. Tapi mari kita lihat dari segi positifnya; Nicola barusaja membelikan tampon untuk calon ibu mertuanya di masa mendatang.
Oh ya ampun, aku senyam-senyum sendiri saat menuliskan bagian itu. Aku dan Nicola menikah... hehe. Aku sudah siap kok.
*cough* Oke. Mari kita bahas itu belakangan. Jangan cemburu gitu dong baru aku bahas-basah soal Nicola.
Eh typi. Maksudku *bahas-bahas.
Aduh... maksudku *typl
ADAAHHH SIALAN LUPAIN AJA
"Kau sepertinya kesal sekali?" tanya Connor sambil menyiapkan kamera dan tripodnya didekat tempat tidur. Dia melirikku sekilas dengan alis terangkat lalu kembali pada benda kesayangannya sedunia; kameranya.
"Yah..." aku menutup buku harianku dan ganti mengambil buku PR mitologi. Connor tidak boleh tahi tentang buku harianku ini.
YA AMPUN MAAF MAKSJDKU """'TAHU""" BUKAN TAH---yah, whatever.
Tunggu... w.t.f disana juga ada typo lagi huhuhu lama-lama aku bisa nangis darah sendiri.
Connor tersenyum. "Relaks, bro. Semua jawaban pasti ada di buku pegangan."
Aku mengangguk pelan sambil menggaruk-garuk tengkuk. Syukurlah dia mengira aku stres karena PR. "Um..yea.." Aku membuka buku PR mitologi, baru memulai mengerjakan tugas. Dan aku serta merta mengerang.
Demi apa, soal tentang dewa-dewi Yunani saja banyaknya 50....
Sebenarnya ini PR dari Minggu lalu, tapi... kau tahulah, hehe. Aku adalah kebalikan Connor dalam urusan menyelesaikan tugas. Dia adalah orang yang tidak pernah membuang-buang waktunya sedikitpun. Hidupnya terjadwal rapi seperti lists. Tugas sekolah selalu ia selesaikan sebelum membuat video YouTube.
Tapi yang paling aku herankan adalah, Connor bisa menjadi seorang pembagi waktu yang super handal. Antara sekolah dan karir YouTubenya seimbang. Nilai-nilainya tidak pernah kurang dari A. Paling sering A+, baik itu akademis ataupun olahraga.
Connor persis banget cowok pemeran utama ala fanfic-fanfic gitu, ya kan?
Dan kenapa aku kedengarannya seperti mempromosikan Connor? Entahlah. Sekarang, kembali ke aku. Aku--sudah jelas--kebalikan Connor; PR baru buat saat H-1 pengumpulan; Pulang sekolah mending tidur-tiduran atau ngemil sambil nonton TV; Di waktu senggang enaknya ngupdate sosial media. Lihat? Prinsip hidupku adalah live at the moment.
Mungkin inilah alasan kenapa kadang-kadang aku merasa hidupku jadi berantakan. Contohnya, PR mitologi 50 soal H-1 ini.
"Oke, aku akan memulai recording. Tolong plan S ya?" Pintanya, tersenyum. Dengan senang hati aku mengiyakan. "Okay." Kuselipkan buku diari didalam buku PR mitologi yang kuselipkan lagi ke dalam buku pegangan materi lalu beranjak keluar kamar. Aku sering membantu Connor membuat videonya, seperti plan S ini.
Aku menuruni tangga dan pergi ke ruang tengah keluarga Franta. Suara sayup-sayup yang daritadi kudengar sedari di kamar Connor kini makin jelas terdengar. Aku mendekati dua orang lelaki yang sedang sibuk bertengkar didepan TV.
"WHAT THE FUCK YOU CHEAT!"
"NAH, I WIN! DEAL WITH THAT, B!"
"NO IT CANT BE, DUST, IT'S. NOT. FAIR!"
Aku berdiri dibelakang mereka, dan mereka bahkan tidak sadar sama sekali. Aku nyaris saja berharap mereka akan jadi makin 'panas' dengan saling pukul memakai stik playstation yang mereka pegang. Yah.. dilihat dari sengitnya pertengkaran mereka, mereka bisa melakukannya kapan saja.
Perlu waktu lama bagiku berpikir bagaimana caranya menarik perhatian mereka. Mereka terlalu sibuk beradu mulut, sekarang ditambah saling pukul sungguhan. Sekarang aku takut akan jadi korban tidak-sengaja-kena-pukul-stik-playstation. Tapi kalau plan S ini tidak jalan, Connor tidak akan bisa memulai recording vlognya.
"Guys?"
"Aku menang dan kau kalah, B!" Dustin memeletkan lidah. "Traktir aku Starbucks! Kau kalah! Hahahaa pecundang!"
"Um....guys?"
"Kau tahu aku tidak punya uang!" Brandon meratap nelangsa. Lalu memukul kakaknya lagi dengan stik PSnya. "Kita main lagi sekali! Kali ini aku yang akan menang."
Aku menghela napas stres. "Guys?"
"Oohhh!!" Dustin mendecak. "Ayo kita main kalau begitu, my little B."
"Shut up---"
"HALOOOOO SAYA LELAH MAKAN KACANG DIBELAKANG SINI!!!" Aku berteriak pada akhirnya, sambil mengangkat kedua tangan dan menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. Brandon dan Dustin menoleh serempak.
"Oh hei Greyson," sapa Dustin.
"What's up?" Tanya Brandon. Kemudian dia mengangkat stik PSnya. "Mau main?"
"Um... entahlah. Aku kesini cuma untuk meminta kalian diam soalnya Connor--"
"Ah ya, plan S." potong Dustin sambil manggut-manggut paham. "Plan S. S is for Shut Brandon or Dustin or Nicola or Anyone Else in The House Because Connor Is Making Video. Ya kan?"
Aku mengacungkan jempol. "Skor sembilan ribu untukmu."
"Okay kita akan main dengan lebih tidak berisik, tapi kau harus main dengan kami." Brandon nyengir jahil sambil mengangkat alisnya menantang. Aku melirik layar TV yang masih menunjukkan hasil skor dari permainan sebelumnya; 3-1 untuk Dustin-Brandon.
"Kalian main FIFA?" Tanyaku.
"Yep! Ayo main."
Dasar bocah, mainan segini aja sih kecil. Aku tersenyum. "Ayo!" Kemudian aku duduk bersila diantara Brandon dan Dustin.
"Pakai punyaku," Dustin memberikanku stik PSnya.
"Yang kalah harus traktir Starbucks." Sambung Brandon, baru ketahuan niat aslinya menawariku ikut main. Kakaknya langsung mengejeknya. "Kau sudah kalah, Franta."
"Shut up Franta, another Franta is still making a video upstairs."
"Oke oke, ayo main!" Aku menengahi sebelum mereka bertengkar lagi. Lalu aku melirik Brandon. "Siap-siap menraktir kami berdua, Brandon."
Sekarang aku menyesal. Aku seharusnya berpikir sepuluh kali sebelum menyombongkan diri seperti tadi.
Sebab pada akhirnya aku malah kalah.
3-0 untuk Brandon-aku. []
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Greyson//Greyson Chance
FanfictionDia Greyson Chance. Bukan si nerd, bukan juga si badass ketua geng penguasa sekolah. Dia cuma remaja biasa, dengan kehidupan membosankan namun memiliki obsesi besar untuk menjadi terkenal 'seperti' (atau kata sesungguhnya: "MELEBIHI") sahabatnya, Co...