Hai diary (dan kalian). Aku kembali!
Yay!
Oke, oke, aku berhasil meng-update diary ini lagi karena sekarang aku sudah di rumah. Aku bersyukur sebab akhirnya bisa mengganti pakaianku yang kena muntah dengan yang bersih. Meski yah, aku sempat kena "semprot" Mom:
Mom: "Kenapa pakaianmu bernoda sebanyak itu?!"
Aku: "Er... ini..."
Tanner: "Dia muntah setelah naik wahana."
Mom: "Kau sudah besar tapi masih muntah naik wahana anak-anak?!"
Aku: ....
Seandainya saja Mom tahu kalau wahana Buzzling itu adalah wahana yang akan menaikkanmu sejauh dua belas meter lalu memutar-mutar tubuhmu selayaknya bartender mengocok botol.Yah, paling tidak lihat sisi positifnya. Sekarang aku sudah kembali di kamar, duduk lesehan dan bersandar pada sisi kasur sambil menulis diary. Lagipula aku memang merasa perlu menuliskan apa yang kurasakan (aw, mellow-dramatic Greyson) dan tentu saja kesialan-kesialan yang kualami. Karena seperti yang kukatakan di bagian blurb depan, buku ini 'bisa jadi adalah kumpulan aibku.
Whiskey sudah tidur disampingku, jika kau merindukannya dan ingin tahu apa kabar dari anjingku. Dia baik-baik saja, meski aku masih lupa beberapa kali memberinya makan tiga kali sehari.
Ngomong-ngomong sampai dimana aku sebelumnya ya?
Ah ... iya, tentang membujuk Connor dan Tanner ke City Carnival. Atau bisa dibilang, Momen Sial Greyson Chance part 2—dan kau sudah tahu salah satunya: aku muntah ke bajuku sendiri.
***
Sambil menyusun rencana didalam kepala, aku berjalan menuju kelas kimia—kelas Connor di jam keempat—setelah bel istirahat makan siang berbunyi. Aku cuma dikeluarkan pada jam sejarah Mitologi dan Awal Filsafat, jadi di jam berikutnya—yaitu matematika—aku tetap berada didalam kelas. Lagipula aku suka matematika.
(Kutebak kau terkejut saat membaca kalimat 'aku suka matematika'. Yep, kau tidak salah baca: AKU SUKA MATEMATIKA!)
Connor keluar beberapa saat kemudian, sambil bercakap-cakap dengan—ayo tebak siapa—lelaki tinggi berambut gelap yang dikenal sebagai ketua tim jurnalistik sekolah, Dylan O'brien. Kenapa aku menyisipkan sedikit nada teka-teki dikalimat itu? Well, soalnya aku yakin kau tidak tahu betapa Dylan adalah favorit nomor satu cewek-cewek di sekolah.
Kuberitahu kau ya, tipe cowok di dunia ini ada tiga: 1) goals, 2) brengsek, 3) rata-rata. Kadang kelompok "rata-rata" bisa dibagi dua lagi: "standar rata-rata" dan "dibawah itu alias payah". Aku masuk kelompok mana? Kenapa kau perlu bertanya? Aku ini sudah jelas Divergent. Aku fleksibel, cocok masuk di semua kelompok. Ada kalanya saat aku sedang bernasib sial, aku otomatis berada di kelompok payah atau standar. Pada hari biasa, aku sudah jelas goals—lebih-lebih suatu hari nanti aku akan jadi terkenal. Saat hari itu tiba, aku akan jadi Greyson Chance si Super Goals.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Greyson//Greyson Chance
Fiksi PenggemarDia Greyson Chance. Bukan si nerd, bukan juga si badass ketua geng penguasa sekolah. Dia cuma remaja biasa, dengan kehidupan membosankan namun memiliki obsesi besar untuk menjadi terkenal 'seperti' (atau kata sesungguhnya: "MELEBIHI") sahabatnya, Co...