bagian empat: Tanggung Jawab-mu (special Rena POV)

2.5K 203 4
                                    

Disinilah aku, berdiri di kasir bersama temanku, Kanon untuk menghadapi kuman-ah,maksudku gadis yang menjengkelkan ini.

Saat ku bantu, dia malah mengomeli aku tanpa sopan-santun. Dan sekarang..? Dia malah meminta pertanggung jawabanku? Apa maksudnya? Penindasan karena dia tahu aku bekerja sebagai pegawai minimarket?

Ribuan tanda tanya dibenakku yang tidak bisa kujawab. Ku tatap Kanon yang mulai terheran-heran dengan yang terjadi di depan nya sekarang.

"Apa yang ku inginkan yah..." kuman itu, ah maksudku gadis ini yang bernama Jurina ini sedang asyik mengerjaiku. Dia memegang dagunya dan mengelilingi minimarket ini sambil tersenyum jahil.

Keterlaluan! Kuman kecil!, batinku. tidak bisa aku pikirkan, apa dosaku hingga aku harus berhadapan dengan kuman kecil ini. dia menatapku, masih dengan senyum jahilnya.

dia melirikku seperti polisi yang sedang menganalisa tersangka di kantornya. Aku mencoba menetralkan ekspresiku. Mataku terpejam untuk beberapa saat, "cepatlah, aku masih harus bekerja..!".

"Hei, tunggu dulu. Aku belum selesai." Pekik Jurina membuat aku menatapnya ganas. Pengganggu, umpatku dalam hati.

"Aku tahu apa yang aku inginkan!" Seru Jurina begitu ia membenarkan posisi berdirinya. "aku ingin kau." Ia menunjuk aku, "aku ingin kau menjadi asisten ku selama seminggu. Bagaimana?"

"APA?" aku dan Kanon berteriak serempak. Jurina menatap kami berdua terheran-henar. "Oi, aku hanya hampir menabrakmu. Kenapa kamu tidak meminta ganti rugi atau apalah yang masuk akal?"

"Memang kalau aku meminta uang ganti rugi. Kau bisa kasih aku berapa?" Ujar Jurina dengan angkuhnya. aku terdiam. Dia benar, bahkan aku saja belum tentu dapat membayar uang ganti ruginya.

"Aku tidak butuh uangmu, karena aku sudah punya sangat banyak. Aku hanya ingin kau menjadi asistenku selama seminggu, maka ini semua beres. Bagaimana?"

Kanon menatapku dan menyuruhku untuk menerimanya, tapi kubalas dengan tatapan "apa kau gila?!" padanya. Jurina disana, menunggu dengan gaya angkuhnya. Setengah dari diriku mengutuk kuman itu dengan kejam.

"Sudahlah, Rena. Terima saja. Dia itu artis. Dia bisa menghasut dan mengubah pandangan masyarakat." bisik Kanon padaku.

"Tapi, ini sudah kelewatan tidak logis. Aku bahkan tidak menabraknya. Dia jatuh sendiri!" Belaku.

"Masalah ini tidak akan selesai jika kamu tidak mengalah, Rena." ujar Kanon yang ku akui, itu benar. Maka, aku memutuskan untuk mengalah

"Baik. Ku turuti tuntutanmu."

Jurina tersenyum menang, "bagus. Bagus kalau gitu."." Berikan ponselmu."

"Apa?" Aku menyeritkan dahi.

"Berikan!" Perintahnya dengan nada membentak. Dengan berat hati ku keluarkan ponselku dan memberikannya. Ia mengambilnya dan meraih ponselnya di jaket miliknya

"Wuooow. Itu ponsel keluaran terbaru. pasti mahal ya.." bisik Kanon.

Ponsel Jurina berdering. Setelah beberapa lama, dia akhirnya mengembalikan ponselku dan tersenyum. "Sampai jumpa lagi, asisten baru!". Ia meraih belajaannya dan meletakan lembaran uang kertas diatas meja lalu berlalu begitu saja.

"Syukur dia sudah bayar." Ucap Kanon memecah keheningan
--

aku menarik selimutku yang cukup tebal ini untuk menutupi diriku dari dinginnya cuaca bulan Desember. aku tidak bisa tidur, benar-benar tidak bisa. Aku memikirkan kejadian tadi saat di minimarket.

"Meminta aku jadi asistennya? Konyol!" Umpatku. Jam menunjukan pukul 03:00. Cukup larut malam untukku, karena aku tidak biasa untuk bergadang.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk, nomornya private tapi aku tau, siapa pengirimnya

Private; kau sudah tidur?

Saya; sudah.

Aku mendengus kesal dan meletakan ponsel itu. Tapi, tak lama kemudian sebuah pesan masuk.

Private; kalau kau sudah tidur. Kenapa kamu bisa membalasnya? Apa kamu kekasih dari pemilik ponsel ini?

sumpah, aku ingin tertawa sekarang. Apakah dia bodoh?, gumanku sambil menahan tawa.

Saya; tentu tidak , aku belum tidur dan asal kau tahu, aku tidak punya pacar.

Aku menunggu balasannya dan penantianku berhasil.

Private; yang benar? Kau,kan, cantik. Masa belum punya pacar?

Saya; terserah kau saja.

Private; aku hanya bercanda.

Saya; ya. Lalu?

Private; aku besok ada tugas untukmu. Temui aku di jalanan dimana kamu pernah menabrakku.

Saya; HAMPIR menabrakmu!!!
Private; halah, terserah. Aku mau tidur dulu. Oyasumi. jangan BALAS!!

Aku tersenyum begitu mendapatkan pesan terakhir. baru pertama kali aku bisa tersenyum pada orang lain yang mengirim SMS padaku. Aku mulai mengantuk lalu ku putuskan untuk tidur juga. Ahh... besok mungkin akan menjadi hari burukku.

When I Fall in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang