bagian empat-belas: i'm yours(1)

2.2K 152 17
                                    

Warning! 15+( :v )
Agak eike singkat, cepat, tangkas, cekatan, etc (?) Biar agak nyambung gitu :3... :v yang ndak suka ya ndak sah dibaca, langsung tken vote ae :v /

--

alangkah terkejutnya Rena begitu melihat apartment Jurina yang lebih besar daripada punyanya. ia melihat semua orang yang berlalu lalang menjadi kecil, sekecil semut.

Jurina berhasil membujuk Rena untuk izin dan menemaninya di hari terakhirnya sebagai 'hari permohonan maaf'nya. Ia menghampiri Rena yang ada di beranda dan berdiri disebelahnya.

"bagaimana? Kamu suka melihat semuanya dari sini?", tanya Jurina. Ia menatap Rena yang mengangguk-angguk. Rena begitu takjub melihat pemandangan dari lantai 30 ini.

"Sudah lihat-lihatnya.", Jurina menarik lengan Rena lembut. Dengan sedikit agak kecewa, Rena mengikuti Jurina ke kamarnya. Kali ini, dia tidak kalah takjubnya.

Kamarnya begitu mewah.
Benar-benar mewah sampai dia tidak yakin bahwa itu adalah sebuah kamar seorang gadis belia seperti Jurina. Bahkan, untuk membeli perabotan di kamar ini, Rena harus menabung mati-matian dari gajinya.

Jurina terkekeh, dia senang saat orang lain takjub akan kepunyaannya. Tanpa melepaskan pegangan tangannya, Jurina menuntun Rena untuk duduk di kasurnya yang super empuk.

Rena kembali takjub bahkan tak sanggup berkata-kata. Sprei lembut bewarna hitam itu membuatnya ingin merebahkan dirinya di atas kasur itu.

"Rena.", panggil Jurina. Nadanya serius.

Rena tidak mengubrisnya karena masih terlalu takjub dengan isi kamar Jurina yang penuh dengan barang-barang mewah.

"Rena..", ia memanggilnya kembali. Tapi hanya dehaman yang ia dapatkan. Jurina sedikit jengkel. Ia segera menarik pundak Rena mendekatinya.

Rena terkejut begitu menyadari bahwa mata Jurina melihat tajam ke-matanya.

"Kenapa tidak menjawabku?", buka Jurina. "Terlalu takjub dengan ini?".

Rena mengangguk, "m-maaf.. tapi, ini membuatku agak sedikit... kagum."

Jurina menghela nafas, "kamu kagum dengan ini semua...". Ia menyentuh lembut pipi Rena. "Aku kagum dengan... dirimu...".

"E..h?",

"Rena. Pernahkah kamu diberi harapan palsu pada orang lain, yang kamu sayangi?"

Rena terdiam, sekilas ia langsung mengingat Rion yang pernah memberikan harapan palsunya pada Rena. Dia mengangguk. Jurina terus membelai pipinya lembut, kemudian turun membelai lehernya. Rena sedikit tersentak namun berusaha untuk tenang.

".. awalnya aku, jatuh cinta pada seseorang... tapi dia menganggapku sebagai adiknya.. tapi semakin lama aku sadar, kalau dia tidak membalas perasaanku.."

"Disanalah aku bertemumu, Rena.. aku merasakan auramu yang berbeda... kamu terlihat begitu sederhana namun menarik.. padahal kita baru dekat tapi aku..."

Jurina menghentikan perkataannya dan memajukan wajahnya ke telinga Rena.

"Aku sudah jatuh cinta pada dirimu..", bisiknya.

"Dan izinkan aku... untuk menunjukan itu semua...", lanjutnya sambil meniup daun telinga Rena. Rena mendesis hingga menutup kedua matanya kegelian.

"Hhh... J-J...", desah Rena begitu ia merasakan sensasi geli basah di telinganya. Degup jantungnya tidak terkontrol dan tubuhnya terasa membatu. Ia hanya bisa mendesah, merasakan, dan menikmati.

Jurina mendorong tubuhnya untuk berbaring dan mulai melepas jaket yang Rena pakai begitupula dengan kemeja kerja yang ia kenakan.

"J-ju...", guman Rena mencoba untuk melihat apa yang Jurina lakukan. Awalnya, Rena mencoba menahan tangan Jurina yang hampir menanggalkan kemejanya tapi Jurina menepisnya dan memberikan ciuman lembut pada bibirnya.

Jurina membuka pakaian Rena yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang erotis.

"ju.. aku...", Jurina membungkam mulut Rena hingga ia berhenti bicara.

"Tenang saja..", Kata Jurina, seakan tahu apa yang Rena maksud. "Kita akan mulai dari yang kecil dulu..." lanjutnya kemudian dikecup leher jenjang Rena hingga ia mendesah.

Jurina mengigit kecil leher yang putih itu hingga meninggalkan bercak merah. Rena menggerang begitu tangan Jurina mengelus-elus perutnya yang rata.

Ciuman Jurina turun di atas payudara Rena. Ia mengemut-emut daerah itu hingga Rena menggerang dan menggeliat kegelian, Rena mencengkram baju Jurina. Menahan rasa geli nikmat itu.

Tangan Jurina turun membelai paha Rena yang masih tertutup oleh jeans hitam. Ciuman Jurina naik lagi kearah bibir dan melumat bibir mungil Rena dengan lembut.

"Mmmhhh...mmmhhh...", Rena terlihat menikmati tiap hisapan yang diberikan Jurina untuk bibir bawahnya. Jurina memasukan lidahnya dan memainkan lidah Rena di mulutnya.

"Allhhmmm...", desah Jurina yang mulai mempercepat tempo permainannya. Dijelajahi semua ruas-ruas mulut Rena hingga Rena sendiri tidak mampu menyamai tempo Jurina.

"Ahh.. ahh...", Rena kembali mendesah begitu tangan Jurina naik memegang payudaranya. Diremasnya pelan namun pasti diikuti oleh ciuman dan hisapan di mulutnya.

"Allmmm...llmmmhh... J-Ju...", lidah Rena dihisap oleh Jurina sedangkan tangan Jurina sudah memaksa masuk untuk memegang langsung gundukan kenyal miliknya. "J-jjj..."

Jurina semakin liar hingga ia menurunkan ciumannya ke leher Rena sambil terus meremas lembut payudaranya. Entah berapa desahan yang Rena keluarkan. Ia tidak mampu merontah bahkan ia menikmatinya.

Tanpa sadar, kini Jurina sudah mencium bagian puting Rena. Dijilatnya puting yang sudah menegang itu. Rena menggerang,

"Argnnggg...", ia mencoba menahan erangan itu dengan kedua tangannya. Wajahnya sudah memerah, sangat seperti tomat. matanya memanas hingga bulir-bulir bening itu keluar.

Kenikmatan yang sudah tidak ia rasakan lagi akhirnya kembali.

"Lllllmmmhhh", hisapan Jurina semakin kencang dan itu membuat Rena menggeliat kesana-kesini. Ia mencoba berteriak , tapi tenggorokannta terasa tercekat.

"Ahhhhhngnngggnnhhgh! Ju..mmmm!!!", ia menegang sementara Jurina masih terus menghisapnya, malah lebih keras. Beberapa detik kemudia tegangan itu makin keras dan akhirnya

"Hhhh...", Rena menghela nafas panjang, tubuhnya melemas. Keringat mulai mengalir dari kepalanya. Matanya tertutup.

Jurina mendekati wajahnya dan menkecup lembut bibir Rena yang terbuka itu. "aku mencintaimu, Rena..."

"Aku.... aku juga... J...ju...", ucap Rena walaupun agak kurang jelas namun itu membuat Jurina tersenyum. Jurina mengancingi kembali kemeja serta jaket Rena yang terlepas dan kemudian berbaring di samping Rena.

Ia tersenyum, "Rena...". Dibelai lembut pipi Rena yang memerah. Ia hanya mengamati tiap tetesan keringat itu turun memasahi seluruh wajah Rena. Nafasnya masih terengal-engal.

"Kalau kau lelah, tidurlah..", lanjut Jurina. "Nanti akan ku bangunkan.."

Rena mengangguk perlahan dan kemudian menutup semua matanya. Tak lama, ia terlelap disamping Jurina. Jurina tersenyum lalu bangkit meninggalkan Rena dikamarnya.

Wajahnya tak kalah memerah dan ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan tadi. Erangan, desahan, serta ekspresi Rena membuatnya lupa diri dan kehilangan kontrol.

"Ugghhh aku bodoh.. bodoh...", gumannya sambil mengacak-acak rambut.

When I Fall in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang