bagian sepuluh: Rahasia (2)

1.9K 155 1
                                    

"Dasar, bocah.", gerutu Minami begitu melihat Jurina tertidur dengan lelap di mobilnya. Ia menghela nafas sambil menunggu lampu merah berubah menjadi hijau.

Tak sengaja ia melihat dua orang gadis berjalan di trotoar melewati mereka. Salah satu dari mereka tidak terlihat asing bagi Minami. Minami mengeritkan dahinya, "chotto, aku sepertinya tahu gadis itu..."

dia melihat kedua gadis tersebut tersenyum satu sama lain sampai akhirnya saling berpegangan tangan lalu tertawa.

"Ah, astaga. Jurina bisa sakit hati, kalau tahu... ternyata dia sudah punya kekasih.."

-flashback

"hayaku,Jurina! Siapakah dia?", desak Minami.

"itu Rahasia! Rahasia!", pekik Jurina sambil mengabaikan Minami yang terus mendesaknya.

"kalau begitu, akan ku kirimkan potongan berita mu ke ibumu...!", Jurina langsung menoleh kearah Minami lalu menggebrak meja dengan kakinya.

"jangan curang!", seru Jurina diiringi kekehan Minami.

"Kalau begitu beritahu aku!", Minami tersenyum, "dia gebetanmu kan?"

Jurina mengangguk, "iya. Dia gebetanku!"

"Astaga...", Minami tertawa, "ku pikir kamu akan jadi perawan tua!!"

Jurina kembali menggebrak meja, "itumah kamu!"

"Hei!!", Minami langsung memukul kepala Jurina.

"Jangan main pukul!", seru Jurina, "kini kamu sudah tahu, tapi tolong jangan beritahu siapa-siapa soal ini!"

"Iya, iya. Aku juga tidak akan mau mengambil resiko kalau banyak papparazi yang mengincar aku...!", Minami menengguk minumannya, "bagaimana kamu bisa suka sama dia?"

"Hmm...", Jurina berfikir sejenak, "entahlah. Beberapa hari ini, aku merasa..."

"Selalu nyaman di dekatnya..", Jurina tersenyum, "padahal kami baru 4 hari ini dekat. Tapi, aku merasa dia orang yang sangat baik."

"Oh, begitukah?", Jurina mengangguk.

"Kami bertemu dengan hal aneh, dia hampir menabrakku dan aku meminta pertanggung jawaban. Awalnya aku ingin menjahilinya, tapi mungkin karena aku sering kesepian... aku jadi..."

"Menyukainya."

--

"Tanganmu masih dingin?", tanya Rion pada Rena sambil memegang tangannya. Rena menggeleng.

"Ti-tidak kok, arigato.", ujar Rena sambil kembali menarik tangannya di genggaman Rion. Perasaan apa ini? Kenapa rasanya aneh?

"Baiklah, ayo kita lanjut saja jalannya.", Rion menepuk pundak Rena dan berjalan di sampingnya. Rena tersenyum pada Rion hingga di perempatan mereka berbelok.

Minami yang sedari tadi mengawasi mereka hanya menelan ludah. kasihan Jurina, apa dia sudah tahu kalau ternyata gadis itu memiliki kekasih?, batin Minami. Ahh, sudahlah. Biarlah ini menjadi rahasiaku saja..., lanjutnya sambil meng-gas mobil.

"Rena, akhir minggu ini kamu bisa menemani aku pergi tidak?", tanya Rion di perjalanan.

"Eh, mau kemana?", Rena tersenyum.

"Aku mau pergi saja. Sudah lama aku tidak jalan-jalan denganmu.", jawab Rion sambil membalas senyum Rena,"bisa?"

"Aku akan lihat nanti..", ujar Rena yang langsung membuang pandangannya kearah lain. Ia tidak ingin terlihat senang saat diajak mantannya.

"Kalau bisa, kamu hubungi aku saja. Ok?", Rion kembali menyentuh pundak Rena. Aliran listrik seketika mengalir di seluruh tubuh Rena. Dengan kaku, ia mengangguk.

Rion tersenyum lalu melanjutkan perjalanan mereka.

--

Jurina terbaring di kasurnya, ia masih tertidur. Sementara Minami terlihat membereskan kamar apartment Jurina yang sedikit berantakan. Ia mendengus kesal melihat tempat tinggal model terkenal yang semberawut seperti ini.

"Keterlaluan, Jurina. Dia memang terlalu pemalas!", umpat Minami kesal sambil menaruh sapu di dapur. Ia membereskan majalah-majalah yang berserakan di ruang tamu dan beberapa kaleng minuman yang dibiarkan begitu saja.

"Tapi ngomong-ngomong, apa aku harus beritahu apa yang aku lihat tadi ya..?", Minami menatap ke langit-langit, "ah.. tidak perlu deh. Itu bukan urusanku ini...".

--

"Rion, terima kasih sudah mengantarku pulang.", ujar Rena sembari tersenyum.

"Douitashimasta,kita searah jalan pulang. Jadi, tidak ada salahnya aku mengantarmu.", Rion tersenyum lebar, "dan, jangan lupa tentang akhir minggu ini. Ok?"

"Akan ku kabari kalau aku bisa...", jawab Rena.

"Baiklah, jaa nee!", seru Rion. Ia melambaikan tangan begitu berlalu pergi dari hadapan Rena.

Rena menghela nafas lalu masuk ke apartmentnya. Jujur, ia merasa bahwa ada perasaan aneh yang ia rasakan saat ia bersama Rion. Tapi, apakah itu perasaan bahwa dirinya masih mencintai Rion?

Rena segera membuyarkan lamuannya,

"Tidak. Itu bukan perasaan cinta. sadar, Rena.. sadar, ia sudah meninggalkanmu. Jangan berharap lagi..."

"Karena apa yang dipisahkan takdir, jika terus disatukan, takdir akan membuatnya terpisah kembali...", lanjutnya lalu beranjak pergi ke kamarnya.

When I Fall in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang