vierentwintig

881 114 14
                                    

"A-Aster ak-aku bisa menjelaskannya!" seru Martin, aku tetap berlari menuju kamarku, tidak menggubris Martin walau suaranya bergetar karena kedinginan.

"Telan saja omong kosongmu itu. Aku tidak akan peduli lagi." Kataku, masuk ke dalam Kamarku. Menutup pintunya sebelum Martin masuk.

"Ayolah, Aster! Aku minta maaf." Kata Martin. Aku mengambil barang-barangku, berniat keluar dari this fucking house. Aku sudah bilang pada kakek kalau aku tidak mau tinggal disini. Walau ia bilang tidak, aku tidak akan mendengarkannya.

Atau aku perlu menolak beasiswa Universitas itu, ya?

C'mon, Aster. Jangan hanya karena cowok kau putus asa seperti ini.

"Just open the fucking door, Aster." Martin berhenti mengetuk-ngetuk, suaranya hampir hilang. Aku ingin melihat keadaannya, tapi aku bersikeras untuk tidak ikut campur lagi dengannya.

Lagipula salah sendiri mabuk, jadi disiram air, 'kan.

Aku berjalan dengan menarik koperku, hendak keluar. Aku sudah berpesan pada Luke untuk mengantarku ke Motel yang dekat dengan Universitasku. Ralat, calon universitas.

Aku menarik kenop pintu, dan terpampanglah wajah Martin disana. Pipinya sudah semerah tomat, dan tubuhnya menggigil. Ia sudah mendapat handuk yang melilit tubuh basahnya, entah darimana.

"Minggir." Kataku, menatap mata Martin tajam.

"Kau yakin, As? Dengarkanlah dulu penjelasanku."

"Apa yang akan kau jelaskan? Kau akan bilang kalau kau tidak sengaja? Dipaksa mabuk? Dan bitch itu menggodamu?" Tanyaku. "Jika kau serius dengan kata-katamu akan menungguku, kau tidak akan mungkin bermain-main dengan perasaanku sekarang.

"But that's enough. Tutup mulut dan aku tidak akan mau lagi mendengar argumenmu." Kataku, mendorong Martin kesamping. Aku turun, menemui Luke yang sedang menungguku.

"Sekarang?" Tanyanya. Aku mengangguk samar, mengikuti Luke mengambil mobilnya.

Ia memutar lagu yang ber-genre sama seperti tadi, yang membuatku makin pusing saja. Jika memang Luke ingin memperbaiki mood-ku, harusnya ia memutarkan lagu History dari One Direction.

Ya, history.

Kisahku dan Martin kini menjadi history.

"Fuck, Lucas. Can you stop this fuckin song?! Kepalaku hampir pecah."

"Oh, kukira kau juga menyukai Sleeping With Sirens." Katanya. Bah, bukan Sleeping With Sirens tetapi sleeping with slut. Ha ha ha.

Ia mematikan lagunya, dan sekarang suasana di mobil benar-benar hening. Hanya suara hembusan air conditioner dan detik jam mobil, saking sepinya.

"So, Aster," Luke menimang-nimang kata-katanya. "Bisa kau bercerita tentangmu?"

Aku menoleh padanya, "apa?"

"Tentangmu," katanya. "Dan Martin."

"We're just stranger now."

"Sebelumnya?"

Aku menghela nafas panjang, "orang yang pernah mengisi hatiku."[]


Besok masuk sekolah
Duh
Gasiap
Hm

how martin met sarah   +garrix (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang