Aku tertunduk dalam saat lelaki itu melewatiku. Dia, Abitama Rahesa Putra, lelaki manis yg dingin, dia adalah master piano di sekolah ku dan juga ketua osis.
Lagi lagi aku hanya sanggup memandangi punggungnya yg semakin menjauh. Jangan katakan aku pengecut, tapi... Okey, aku memang bukan gadis pemberani seperti Keke -salah satu dari dua sahabatku- atau Nike si gadis blak-blakan.
Aku adalah Aressa Viola, gadis biasa yg sering di juluki Ratu Biola di sekolah. Jangan anggap aku sombong, mungkin kalian akan berfikir jika aku akan bangga saat semua orang tahu kemampuan ku, tapi sejujurnya aku sendiri agak risih mendengarnya.
Aku bukan gadis yg ingin menonjol -walaupun di beberapa kesempatan aku harus-, aku bukan gadis yg ingin di kejar banyak kaum adam -walaupun sekali lagi harus ku akui banyak yg mengincar ku-, aku juga bukan gadis yg ingin mengikuti gaya jaman seperti teman-teman ku yg lain.
Bukan tak bersyukur dan menutup mata akan karunia-Nya. Hanya saja menurut ku, sederhana lebih menarik di banding mewah tetapi membosan 'kan. Kalian tahu 'kan zaman tak akan ada hentinya? Jika di ikuti terus, style ala-ala akan terlihat berlebihan untuk seorang gadis SMA seperti ku.
Jadi, aku adalah gadis realistis.
"Ih Vio mah bengong! Gue ngomong dari tadi di kacangin masa" sungutan itu berasal dari suara Intan, salah satu anggota osis seperti ku.
Mata ku mengerjap kembali sadar, dengan cengiran bodoh aku menatapnya bersalah. "Maaf deh, Ntan, lagi ga fokus soal, nih" kata ku tak enak hati seraya menaikkan kacamata di hidung.
Intan menyipitkan matanya tak percaya, "Ga fokus karena mikirin Rey yaaah?" tuduhnya kini menatap ku jahil. Aku hanya menaikkan alis bingung, Rey?
"Ih sih Vio mah ga peka, gue kira kalian sering ke perpus bareng itu karena udah jadian!" serunya kencang, membuat ku harus sedikit menjauh.
Aku memutar bola mata malas, "Gosip deh, Ntan" kata ku seraya bangkit. Intan menatapku kesal, "Ya ampun Viola, elo tuh bener bener menutup mata banget ya. Semua orang di sekolah juga udah tau kalo Rey lagi deketin elo-bahkan hampir cowo satu sekolah!" lagi lagi Intan berseru.
Dalan hati aku meng-iyakan. Ya aku tahu maksud lelaki itu sering mengajak ku ke perpustakaan. Mengajak ku kencan dan pulang bersama, mengirimi ku sms setiap pagi dan malam, menelfon ku dan akan berkata 'kamu kapan sadarnya, Vi?' dengan suara pelan.
Aku tahu itu sejak 2 bulan yg lalu. Saat Nike berkata jika di dompet Ray ada foto ku.
Tapi, Intan juga salah. Ada salah satu lelaki yg tak menengok pada ku, Abitama. Lelaki yg dingin dan beku, sampai seorangpun tak bisa menyentuhnya. Tidak, sepertinya hanya aku yg tak bisa menyentuhnya.
'Karna lo ga ada perjuangan, Vio'
Dengan pelan, aku menaikkan bahu tanda tak mau lanjut lalu berjalan keluar dari ruang osis.
XXXXXX
Keke menatap ku dengan wajah penasarannya, "Ayo dong cerita!! Jangan ada dusta di antara kita, Viola" katanya dramastis, Nike yg mendengar ucapan Keke di antara sela-sela acara telfonenya dengan Banyu -pacarnya- mendengus jijik.
"eww, dasar ratu drama" dengusnya yg di balas dengan timpukan boneka di kepala oleh Keke.
Aku hanya terkikik geli melihat Nike yg kini tengah merajuk pada Banyu. "Okey, tinggalkan Nike, sekarang balik lagi ke elo. Viola si gadis polos milik kita, kenapa?" tanya Keke melanjutkan, ia memajukkan tubuhnya. "Ayo dong cerita, kan jarang jarang Vio ngedongeng" lanjutnya setengah menyindir.
Aku terkekeh mendengarnya, "Cerita apaan sih, Ke? Lo mau denger gue ngedongeng apa?" tanyaku bercanda, mata ku kini fokus pada layar handphone, menunggu kabar dari Abi -ya berharap saja- walau hanya sebatas pertanyaan tentang osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow's You
Teen FictionAressa yg sadar akan perasaannya pada Abitama sejak setengah tahun yg lalu Itu hanya mampu mencintai dalam diam. Tak ada satu orang pun yg tahu, bahkan Keke dan Nike -kedua sahabatnya- Aressa adalah seorang pemain biola di sekolahnya, gadis realisti...