"Menghindar, Vio?"

24 4 1
                                    

'BUGH'

Aku mengutuk saat jam beker berhasil membuat ku jatuh dari kasur. "RERE! RE........"

Bisakah sehari saja hidup ku tenang? Ini hari libur, seharusnya aku punya waktu tiga jam lagi untuk bangun. Setengah meruntuk aku kembali untuk meneruskan kembali mimpi.

3 menit... 6 menit....

"RERE, ADA TEMENNYA DI BAWAH. KAMU ITU UDAH GEDE MASIH AJA KEBO!" Seruan mama membuat ku melompat kaget hingga berdiri dengan kepala berat. Tangan ku meraba nakas lalu mengetikkan nomor telpon rumah dengan mata menyipit pusing. "Halo, Rumah Keluarga Wafi" suara mama.

"Si Keke sama Nike bawa masuk aja, ma. Pala Rere berat banget" gumamku lesu. Mama histeris dan lagi-lagi membuat ku terperanjat bangun. "RERE! CEPAT TURUN ATAU KALIAN MAMA SURUH PUTUS!"

Aku misuh-misuh, kebiasaan mama selalu berteriak walaupun dalam sambungan selalu berhasil membuat telinga semua orang tuli seketika. "Apasih ma, jangan drama napa pagi-pagi. Apanya yang putus, palanya si Nike sama Keke mau mama putusin? Yauda gih sana, Re juga masih ngantuk. Kalo mereka ga mau pulang juga, mama paksa jadi pengganti Mbo Jum juga ga apa" sahut ku kesal. Mata ngantuk malah di bikin pengang, siapa yang ga kesel. Raisa aja ga seneng, apalagi Kyle.

Mama mulai mencak-mencak. Kebiasaan. "EMANG YANG BILANG ADA NIKE SAMA KEKE ITU SIAPA? TEMEN KAMU INI BUKAN CEWE TAPI COWO! YA GA MUNGKIN MAMA BOLEHIN DIA MASUK KE KAMAR KAMU, RERE!"

Saat itu juga aku merasa terlempar dari kasur. Sempat linglung hendak bertanya untuk memastikan tapi sambungan sudah di tutup mama. Va'i 'kah? Tapi mana berani dia? Atau... Kali ini ke gesitan ku bertambah, aku buru-buru menguncir asal rambut lalu turun kebawah tanpa sadar.

Mataku tak berkedip dengan wajah shock menatap lelaki di sofa tamu sedang berbincang dengan ayah.

Abithama.

Lelaki itu menoleh seakan menyadari keberadaan ku. Kami bertatapan beberapa detik sampai suara Bio menyadarkan ku. "Woi! Iler belom di elap udah berani pasang muka"

Aku meringis panik. Wajah bantal, iler di mana-mana, belek numpuk, rambut macan, kaos buntung butut pasangan celana tidur sobek di dengkul. Ga banget buat di pandang!

Aku pun segera memberi kode padanya -yang untungnya di mengerti- lalu segera naik untuk berperang pada penampilan.

Bodohnya, aku baru sadar jika hari ini pembukaan ulang tahun sekolah.

XXX

"Maaf ya tadi nunggu lama banget. Gue ga tau ternyata lo yang jemput." setelah duduk di kursi mobil, Abi hanya terdiam berbeda sekali saat di dalam rumah tadi. Lelaki itu terlihat akrab dengan keluarga ku terutama Ayah -walau bukan berarti ia banyak bicara.

Abi menoleh setelah menyalahkan mesin mobil, "Emang ngarep siapa yang jemput? Jey? Dia sibuk sama pengurus lain sedangkan lo belom dateng buat bantu sama sekali. Kalo lo lupa, ini udah jam sembilan lewat sepuluh menit." sahutnya dingin. Aku meringis, salah ku tidur larut malam hanya untuk menonton musikal biola selama dua jam penuh sampai lupa jika esoknya ada acara penting.

"Iya, maaf." kata ku akhirnya. Name tag panitia ku selipkan di kantung kaos seperti Abi dan membenarkan letak tas untuk menghilangkan kecanggungan.

Suasananya sangat hening membuat ku tegang, apalagi jika Abi sedang dingin seperti ini. Radio pun tidak menyalah. Hanya ada suara dari klakson luar yang terdengar sayup. Beberapa kali aku meliriknya yang sibuk dengan jalur dan setir, ingin mengajak berbincang tapi takut, entah takut mengganggunya atau takut terkena semprotnya. Jadi aku memutuskan untuk menatap padatnya jalan di balik jendela.

Shadow's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang