"Semua yang indah, tak selamanya indah. Karena kenyataan itu tak semanis khayalan."
======《FaBell》======
"Terimakasih, datang lagi ya," ucap gadis berkuncir kuda ini. Setelah itu, dia berjalan menuju lokernya untuk mengambil sesuatu.
"Bella, kamu ngapain?" Bella yang tadinya ingin mengambil ponselnya di dalam loker mendadak berbalik menatap teman kerjanya yang memanggil.
"Ini Kak, kakak aku baru saja pulang dari Jogja. Dan dia menginap di apartemenku. Sekarang aku mau telepon dia, takut belum makan malam. Jadi, aku bisa beliin makanan di luar," jawab Bella jujur. Namun tanpa disangka, hal itu membuat lawan bicara Bella terkesima. Dia sangat suka melihat Bella yang sangat menunjukkan rasa perhatiannya seperti itu.
"Oalah. Iya udah kalau gitu. Aku tinggal ke dalam dulu ya. Kalau ada perlu, panggil aku aja." Pria itu melangkahkan kakinya menuju ruangan pegawai.
"Eh, Kak Alif."
"Ada apaan Bell?"
"Nggak kok, hehe. Cuma mau bilang, jangan lupa makan, eh." Bella merutuk kebodohannya. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Sementara pria bernama Alif itu hanya tersenyum hangat sambil menganggukan kepalanya dan melanjutkan aktivitasnya kembali.
Bella menepuk-nepuk mulutnya yang merasa sangat gatal itu. Namun, tak urung juga jika dia tersenyum kecil ketika mengingatnya. Dia menggeleng keras kepalanya dan menuju loker untuk menelpon kakaknya yang sempat tertunda.
☆☆☆
Bella turun dari sebuah motor yang mengantarkannya kembali ke apartemen. Dia melepas helm dan mengembalikannya ke pada sang pemilik.
"Makasih ya, Kak Alif. Maaf kalau Bella ngerepotin Kakak terus." Alif hanya tersenyum merespon ucapan Bella. Dia mengacak gemas rambut Bella hingga membuat Bella tersenyum malu.
"Nggak masalah, Bella. Ke mana pun kamu pergi, aku bakal antarin kamu kok." Bella merasakan ritme jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Terasa hangat menyergap dadanya mendapat perkataan serta perlakuan manis dari Alif. Dia seperti merasakan terbang ke angkasa melintasi angin dingin yang menusuk.
"Iya sudah, aku pulang dulu ya, Bell. Goodnight." Tanpa sadar Bella melamun hingga motor Alif telah pergi dan hilang dari pandangannya.
Senyum merekah masih mengembang di bibir mungilnya. Baru kali ini dia merasakan hal seperti itu. Mendapat perlakuan serta perkataan manis dari seorang teman pria, bisa cepat akrab dengan seorang pria selain keluarganya sendiri. Rasanya, bukan Bella banget gitu.
"Senyam-senyum teruss. Paham deh yang baru dianter sama yayang Alif, upsss." Bella melotot kearah Raffa yang kalau bicara suka tidak dipikir dulu. Raffa hanya cengar-cengir tidak jelas dan langsung melompat duduk di sofa sebelah Bella.
"Ceritain sama Mas dong. Gimana sih, adek Mas yang super duper cuek ini bisa suka sama cowok." Bella mendengus melihat kelakuan Raffa yang satu ini. Huh, kalau bukan kakaknya, rasanya sudah ingin Bella timbuk juga pakai sepatu.
"Males ah, Mas. Bella capek mau tidur, habis kerja tau." Bella tidak mengidahkan permintaan Raffa dan langsung bangkit menuju kamarnya. Namun, tangannya tertahan karena ditarik kembali oleh Raffa.
"Kenapa sih kamu pakai kerja segala? Mas 'kan udah bilang waktu itu, nggak usah! Apa uang yang mama sama papa kirim nggak cukup buat kamu? Apa mau Mas tambahin? Bilang aja sama Mas kalo kamu mau. Jangan buat dirimu sakit saking diforsir kerja dan sekolah. Kamu butuh istirahat, Dek," nasihat Raffa membuat Bella bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FaBell
JugendliteraturMenjadi pribadi yang mandiri memang keinginan Bella. Dia tinggal sendiri di sebuah apartemen yang dibeli oleh orang tuanya atas keinginannya yang tidak biasa itu. Kehidupan Bella yang awalnya manis menjadi pahit sebab tersiram oleh remahan masalah y...