Chapter 9 : Goodbye

219 26 0
                                    

"Relakah kalian, jika seseorang yang kalian sayangi pergi dari kehidupan kalian?"

=====《FaBell》=====

Sepulang sekolah, Bella benar dijemput oleh Alif. Alif memang sengaja melakukan hal itu guna untuk menjelaskan perihal tentang kepergiannya nanti.

Bella hanya bisa pasrah menerimanya. Andai saja dia bisa berjalan normal kembali, dia akan kabur sebelum Alif menjemputnya. Karena jujur, dia ingin menyendiri saat ini.

"Sayang? Kok ngelamun. Lagi ngelamunin apa sih?" Bella yang sedang bermain-main dengan pikirannya mendadak menoleh kearah Alif yang saat itu sedang fokus menyetir.

"A-aku gapapa. Cuma ... capek aja," kilahnya dan langsung membuang muka kembali.

Alif mendesah panjang dan memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang terdapat danau di dalamnya. Dia turun dan memutari mobil hingga menuju pintu tempat Bella duduk.

"Ayo, aku gendong." Bella mendadak tergagap dengan perlakuan Alif yang tiba-tiba berjongkok di depan pintu. Namun, pikirannya telah lelah memikirkan perkataan yang akan dilontarkan untuk menolak ajakan Alif. Dengan sedikit terpaksa, akhirnya ia melompat ke atas punggung Alif.

"Berat banget sih kamu." Alif berkomentar disertai tawa kecilnya. Sebenarnya lumayan menghibur sih godaan Alif, cuma ... entah kenapa Bella sangat malas untuk menanggapinya. Dia terlalu lelah dengan pikirannya yang entah menerawang jauh ke mana.

Alif mendudukan Bella di tepi danau yang kebetulan di belakangmya terdapat taman bunga. Ada beberapa pedangan kaki lima juga disana. Namun, sudah di-steril-kan pemerintah. Tahu sendirilah, pedagang kaki lima jaman sekarang itu gimana. Suka buang sampah sembarangan, 'kan? Mangkannya di taman ini harus ada surat izin pemerintah dulu, baru boleh berjualan. Aelah, back to topic!

Bella memainkan rumput yang didudukinya. Sementara Alif? Entah dia pergi ke mana sekarang setelah mendudukan Bella ditepi danau yang sungguh indah dan bening itu. Tersirat dari kekaguman Bella dalam hati.

"Choco lava ice cream?" Sebuah cone berisikan ice cream coklat disertai saus coklat yang sangat kental membuat siapa saja pasti ingin menikmatinya dibawah terik sinar mentari yang hangat ini.

Bella pun meraihnya dan tersenyum kecil pada Alif. "Makasih, Kak." Alif mendaratkan bokongnya tepat disebelah Bella. Tak lupa dia juga melahap ice cream vanilla blue miliknya.

Masing-masing masih asik menyantap ice cream dan tidak ada yang membuka pembicaraan. Masih diam dengan pikiran masing-masing. Hingga ice cream mereka telah kandas pun masih tetap diam.

"Ekhem."

Bella menoleh karena Alif yang seperti tersedak begitu. Buru-buru dia mengambil tempat minum di dalam tasnya. Dan sial! Tasnya tidak dibawanya karena berada di dalam mobil Alif.

"Kak? Kakak butuh minum? Kakak mau anter aku buat ngambil minumku di mobil? Mungkin tenggorokan Kakak sudah enakan." Dengan polosnya dia berkata dengan nada sepanik itu dan justru membuat Alif tertawa gemas melihat tingkah polos Bella.

"Kakak butuh kamu, Bell." Skakmat! Bella terdiam kembali. Dia menundukkan kepalanya dan bermain jari-jari tangannya saking gugup dan takutnya. Entah apa yang dia takutkan.

"Aku mau minta maaf, Bell."

"Bu-buat apa, Kak?"

"Karena aku udah nggak jujur dari awal kalau aku mau ... nerusin perusahaan papi aku di L.A." Dan tiba-tiba saja, perasaan nyeri di dada Bella muncul lagi. Rasanya begitu menyesakkan hingga matanya memanas. Bella sekuat mungkin meremas roknya agar air matanya tidak runtuh saat itu.

FaBellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang