Chaper 6 : Amarah

264 34 1
                                    

suitsuit:* ada mas Raffa lewatt tuh .... #ngenggg tin tin tiiiin:v

=====《FaBell》=====

Jam olah raga memang bukan untuk berolah raga. Namun bagi siswa perempuan, ini adalah ajang mereka untuk memperhatikan lekuk tubuh mereka. Dengan bermain basket serta voli, mereka bisa lincah sekali memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Bisa diperhatikan juga oleh siswa lain yang bukan waktunya jam pelajaran olah raga.

"Lo mau ke mana, Bell? Ini olah raganya mau mulai lho. Kena hukuman Pak Dirga entar." Alen mengingatkan Bella yang sedang tergopoh akan sesuatu.

"A-aku mau ke toilet sebentar. Kebelet sumpah." Bella menyengir dan Alen hanya menganggukan kepala serta tersenyum kecil. Bella pun langsung ngacir menuju toilet dan Alen hanya bisa memperhatikannya dari jauh.

Bella pun langsung memasuki bilik pertama toilet. Dia mendesah lega lantaran keadaan toilet yang sekarang sepi. Karena jarang sekali toilet sepi di saat jam mau menuju istirahat begini. Biasanya para siswi sedang berasik ria berdandan dengan style mereka.

Bella keluar dari toilet dan mencuci tangannya sejenak. Dia beralih menatap ke arah kaca dan membenarkan sedikit kacamatanya. Setelah selesai dia merapikan seragam olah raganya sebentar dan segera beranjak keluar toilet. Namun tiba-tiba, dunia gelap menghampirinya.

Sementara di sisi lain, Alen yang sedari tadi tak gentar menunggu Bella. Sudah 15 menit lamanya Bella berada di toilet namun tak kunjung balik juga. Dia sangat gelisah. Bukan takut ada pak Dirga, melainkan takut terjadi sesuatu pada Bella.

Sebuah tepukan lembut mendarat di bahu Alen yang membuatnya sedikit tersentak. "Ngagetin gue aja lo, Von," sungutnya sedikit sebal.

"Lo kenapa sih, Len? Dari tadi gue perhatiin, lo celingak celinguk nggak jelas sambil lihatin jam tangan mulu. Sabar aja dah, bentar lagi juga bel istirahat."

"Ini nih, Von. Si Bella, dari tadi di toilet sampai sekarang belum balik juga. Ke mana sih tuh anak?" Alen berdecak kesal sekaligus cemas. Devon pun langsung terperangah mendengarnya.

"Kita cari sekarang!" Alen menyeritkan alisnya bingung mendengar celetukan Devon yang tiba-tiba itu.

"Lo kenapa deh? Kayak khawatir banget."

"Bukan gitu. Ini masalahnya gawat."

"Lo ... lihat sesuatu?" Devon mengangguk.

Perlu kalian ketahui, Devon itu memiliki telepati semacam indera keenam. Dia bisa melihat sekelebat bayangan yang muncul tiba-tiba saat orang-orang yang kesusahan sedang memerlukan bantuan. Maka, tak ayal jika beberapa temannya banyak yang menyukainya, karena kelebihan yang dimilikinya itu sangat membantu sekali.

"Oke! Kita pergi!"

☆☆☆

Bella mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa pusing. Kedua tangannya terasa nyeri serta kedua kakinya. Dan yang terpenting, matanya sekarang terasa sedikit buram. Dia membutuhkan kacamatanya.

Dia pun mencoba menggerak-gerakan tangan serta kakinya yang terasa nyeri itu. Dirasakannya bahwa saat ini dia sedang terikat. Dia pun mencoba meronta, namun tetap saja tidak bisa.

"Hmppfftttt .... " Mulutnya tertutup oleh lakban. Dia tidak bisa mengucapkan 1 kata pun apa lagi berteriak. Dia menggerak-gerakan badannya ke sana kemari. Tanpa sengaja dia menyenggol sebuah tongkat dan tubuhnya basah tiba-tiba. Rupanya itu adalah sebuah jebakan.

"Udah bangun lo, Cupu? Udah puas tidurnya?" Suara itu. Sangat familiar sekali di telinganya. Dan sudah tidak asing lagi.

"Kaget kenapa gue bisa culik lo kemari? Nggak usah kaget. Biasa aja deh." Bella membulatkan matanya kaget ketika dugaannya itu benar, Diandra. Dia datang bersama dengan gengnya. Bella pun semakin meronta agar dia terlepas dari ikatan itu.

FaBellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang