Mungkin Aku Anak Indigo

137 10 5
                                    

8Aku langsung melempar batang kayu yang tadi berbicara. Ternyata omongan batang kayu itu benar. Batang kayu yang ku lempar tadi tepat mengenai mukanya dengan keras, si jagoan preman itu terjatuh dan tangannya mulai menutup mukanya dengan rasa sakit. Aku kebingung karena lemparan ku bisa mengenai anak nakal itu dengan telak, padahal aku belum pernah melalukannya.

"Hey nak, hampiri anak nakal itu dan injaklah kedua tangannya dengan keras. Ayo cepat waktumu untuk mengalahkannya hanya sedikit!" teriak batang kayu yang ku lempar tadi. Disaat yang sama aku tanpa berpikir panjang langsung menghampirinya dengan cepat dan mengikuti perintah batang kayu. DAN YAP. Si jagoan preman itu meringis kesakitan dan tergeletak lemah dilantai kantin. Aku merasa seperti ada yang mengendalikanku. Aku tak bisa menggerakan tubuhku dengan sadar. Semua terjadi begitu saja. Dan hal yang benar-benar membuatku bingung adalah bagaimana bisa aku menarik tangannya yang sedang menutup mukannya dengan mudah. Aku tak mungkin punya kekuatan sebesar itu.

"Peduli amat lah" ucapku dalam hati

Aku melihat ekspresi temanku yang sama kebingungan-nya denganku dan melihat ekspresi kesakitan pada kedua tangan jagoan preman itu. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari cepat ke kelas

Sesampainya di kelas

Aku melamun dibangku-ku paling ujung dan memikirkan kejadian tadi.

"Kacau sudah hidupku di sekolah, untung saja aku sudah kelas 6 . Kalau tidak, aku gak bisa kabur dari sekolah ini dalam waktu yang lama" ucapku dalam lamunan-ku yang dalam

"HEY!! BAGAIMANA KAU MELAKUKANNYA?" terdengar suara yang cukup keras. Dan hal itu membuatku kaget dan ketakutan

"Jangan-jangan itu suara temannya jagoan preman yang ku kalahkan tadi!?" ucapku dalam hati tanpa melihat sekelilingku

Eh ternyata. Itu hanya suara Renka. Mungkin ia tampak penasaran mengapa aku sekuat itu. Aku berpikir sejenak dan menjawab pertanyaan temanku tadi.

"Aku tak tahu. Itu semua terjadi dengan sendirinya. Aku tak sepenuhnya bisa mengendalikan diriku."

Renka masih kebingungan. Dan tak berkata sepatah katapun. Berberapa waktu kemudian. Renka mulai mengerti. Tanpa berbicara apapun dia meninggalkanku lalu duduk dikursinya

Kring kring kring

Suara bel pelajaran berbunyi. Karena baru hari pertama, aku dengan santai menikmati imajinasi bebasku di bangku. Nyaman sekali, mudah, dan tenang. Lalu tiba-tiba terdengar suara informasi sekolah

"Ada informasi. Besok akan ada psikotes gratis. Jadi dimohon semua siswa dan siswi kelas 6 untuk membawa pensil 2B dan penghapus. Terima kasih"

"Waw. Besok akan ada psikotes. Dari namanya mungkin itu menyenangkan."
Ucapku dalam hati. Sebenarnya aku belum pernah mengikuti psikotes. Secara spontan, aku mengingat ucapan Ayahku tentang psikotes.

"Jadi tujuan psikotes adalah untuk mengetahui IQ dan bakat serta perilaku secara psikologis. Hmm. Aku harus menenangkan otak dari sekarang." ujarku.
Kali ini bukan dalam hati. Lalu aku melanjutkan imajinasiku yang liar. Yang menggambarkan kalau aku bisa menggenggam bumi dengan mudah, seperti seorang penguasa bumi.
Tak terasa, sudah 30 menit aku menikmati imajinasi. Lalu aku mendapat perasaan yang tak nyaman.. Aku memilih mengambil tas ku dan pulang secepatnya. Demi menghindari teman-temannya si jagoan preman yang ku kalahkan tadi (PERASAAN TAK ENAK TADI)

***

Kebesokan harinya, dipagi yang cerah. Aku sudah berada disekolah, aku menuju sekolah tanpa ada rintangan dan hambatan. Lalu aku duduk dibangku ku dan mulai melakulan rutinitas. Yaitu, berimajinasi.
Sayangnya rutinitas yang akan kulakukan gagal, karena Renka memanggilku.

Orang AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang