BAB V- Kacau

50 5 0
                                    

Kali ini, langit sore yang biasanya indah terasa agak kelam. Barangkali karena mendung. Kiela mulai menggigil karena dingin yang tidak biasanya. Sepertinya ia juga sudah flu, kepalanya pusing seperti ditonjok-tonjok kecil dari dalam. Namun apalah daya Kiela, ia akan kena damprat kakaknya lagi jika di tutup seharian. Kakak? Sepertinya, tidak masalah jika Kiela menganggapnya demikian.

"Nak Kiela." Ibu Ning, yang saat itu memakai kaos ketat berlengan panjang, memanggilnya setelah menghabis sepiring nasi ayam goreng. Raut wajahnya ambigu, namun seperti bukan sesuatu yang menyenangkan. "Makanannya jadi hambar yah, akhir-akhir ini."

Jantung Kiela seolah ingin melompat keluar sejenak. Setelah berhasil menenangkan diri, ia menghampiri Ibu Ning di bangku sebelahnya. Dari tampilannya, makanannya memang terlihat kurang berwarna dan pucat. Dia mulai menyadari keteledorannya untuk tidak menambah bumbu-bumbu sesuai permintaan Tante Nia. Beliau masih lemas sehingga meminta tolong pada Kiela untuk mencampurkan bumbu-bumbunya tadi subuh, walaupun dasarnya tetap dari Tante Nia. Ibu Ning menjetikkan jarinya usil di depan mata Kiela, mengembalikannya dari lamunan singkatnya. "Nggak apa-apa kok, Kiel. Ibu cuman sekedar memberi tahu jadi Nia bisa memperbaikinya.". Kiela tersenyum usai menerima uang pembayaran Ibu Ning. "Oke, Bu. Makasih atas informasinya!". Dalam hati, Kiela agak merasa bersalah terhadap Tante Nia dan apalagi Neyra.

"Hai Kak Kiel!" Nathan, yang hari ini tumben-tumbennya berada di rumah seharian, menongolkan kepalanya dari pintu geser yang masih terlihat terawat itu. Ia dengan senyum iseng khasnya masuk kedalam dan membantu Kiela yang kebetulan sedang sendiri. Biasanya, jam-jam makan siang memang jauh lebih ramai dari jam-jam makan sore. Nathan duduk disebelah Kiela di meja kasir. "Gimana hari ini?"

"Kamu yang gimana hari ini, Nathan." Kiela menatap usil adik tirinya itu sampai ia salah tingkah membuang mukanya. Nathan berusaha berwajah datar namun itu malah membuatnya semakin ketara akibat senyum yang terus muncul dan hilang. "Tadi Vira habis cerita banyak kan?".

"Ah, apa sih Kak Kiela. Vira mau ngembaliin buku tutorial gitar yang pernah aku pinjamin." Nathan mulai nyerocos tanpa henti sambil berusaha menenangkan dirinya. Wajahnya merah seperti kepiting rebus. "Yah, habis itu dia cerita soal adiknya yang nakal. Dan juga kakaknya yang protektif namun baik. Oh iya, dia bilang dia mau ke luar kota dan bakal bawain aku souvenir.."

"Cie." Kiela berceletuk keras, membuat Nathan tiba-tiba berhenti berbicara dan tersenyum aneh. Anak itu mengalihkan pandangannya dan memainkan jarinya, yang menurut Kiela menambah level imutnya. "Semangat ya, Nathan yang sudah mulai besar.". Tak elak, sebuah tonjokan gemas melayang ke tangan Kiela, yang malah membuatnya semakin tergoda untuk meledek Nathan. Kiela tak kuat menahan tawa melihat kegugupan Nathan yang makin menjadi-jadi. Lagipula, ia cukup suka dengan Vira yang feminim dan lembut. Rambut panjang, aksesoris bunga, rok berenda, pokoknya cewek banget deh! Kelihatannya cocok dengan adiknya yang anak band.

"Ah, nggak tahu ah!" ucap Nathan yang berbicara sendiri sambil membawa tumpukan piring dari laci ke laci yang lebih besar. Ia membawa langsung banyak dalam satu tumpuk. Biar nggak bolak-balik, ujarnya. Semua baik-baik saja hingga tumpukan piring yang oleng, dan Nathan yang kehilangan keseimbangannya.

"AH!"

Kiela sempat menjerit saat sepuluh piring melayang dan jatuh satu per satu, menciptakan bunyi 'prang' dan 'preng' keras berkelanjutan. Nathan, yang hanya bisa bengong, menatap Kiela khawatir. Wajahnya ketakutan melihat apa yang telah diperbuatnya. "K-kak.. Maaf.. Nathan tadinya mau bantu.. T-tapi..."

"Nggak apa-apa, Nathan." Kiela mendorong Nathan ke bangku dan mulai memungut pecahan piring di lantai secara hati-hati. Ia pernah mengalaminya dan tertusuk beling, dan percayalah, sama sekali tidak asyik. "Kamu duduk dulu yah, biar Kak Kiela yang beresin."

Tenanglah, KielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang