BAB VIII- Belum Usai

35 5 0
                                    

"Terima kasih!

Suasana di kafe siang itu ramai lancar. Mba Imi, Mas Satyo, dan Kiela saling membantu. Berhubung mereka juga cukup akrab, kerja sama menjadi semakin lancar dan tanpa gugup-gugupan. Akhir-akhir ini, butik Tante Nia dan Neyra juga semakin maju karena Tante Nia yang kembali gencar bekerja. Ia melakukan promosi ini dan promosi itu, sehingga semakin banyak klien yang memercayakan butik Vanilla tersebut. Tentu saja Om Agus masih mengomel, takut Tante Nia kecapekan. Wanita tersebut tampaknya cuek bebek dan mulai bekerja seharian lagi. Mumpung badan udah sehat, ujar beliau.

"Halo, Kak!" Nathan yang tiba-tiba muncul di sebelah Kiela membuatnya sempat kaget. Ia muncul dengan seragam putih birunya, yang menyatakan dia dari sekolah. Rambutnya sedikit basah, keringatan karena naik sepeda. "Ini masih hari-hari pertama, jadi aku emang dijadwalkan pulang cepat."

"Hai, Nathan. Gimana, kamu masih males dan masih ingin libur yah?" ujar Kiela usil sambil terus mengelap piring yang baru dicucikan Mas Satyo. Ia menggunakan tenaga ekstra dalam mengelap agar tidak ada makanan-makanan kering yang tersisa. "Sudah mulai try out ujian nasional?"

"Iya, Kak. Rasanya libur sebulan cepat sekali berlalu." Ujar Nathan mendesah berat, sambil sesekali menatap piring-piring yang di lap Kiela. Mba Imi yang bolak-balik mengantarkan pesanan tersenyum saat melihat Nathan. Anak itu juga suka ngobrol dengan kedua karyawan mamanya tersebut. "Dan, try out ujian nasional akan mulai minggu depan."

"Ingat apa yang Kak Kiela pernah bilang," ujar Kiela sambil tersenyum penuh arti, melihat Nathan yang berusaha mengingat sesuatu. Melihat Nathan, ia jadi teringat dirinya sendiri pada masa-masa SMP yang menyenangkan tersebut. "Banggakan papa dan mamamu.". Nathan mengangguk senang, sesekali memainkan kacamata berbingkai hitamnya. "Aku nggak akan lupa pesan Kak Kiela tersebut"

"Kalau Vira apa kabar?" ujar Kiela sambil berpura-pura nggak melihat kea rah Nathan, yang ia tahu jadi membuang mukanya. Anak itu menunduk, berusaha menghindari kontak mata dengan Kiela. Nathan bergumam nggak jelas. "Aku pernah bilang mau lebih dekat dengannya. Tapi,"

"Tapi?" Kiela menaikkan alisnya curiga, meninggalkan Nathan yang semakin bingung bagaimana berceritanya. Anak itu kalau gugup selalu menaikkan dan menurunkan kacamata, mengingatkan Kiela persis akan dirinya dulu. Nathan memainkan jarinya, antara gemas dan nggak tenang. "Tapi, Vira mau fokus ujian dan belum yakin denganku."

"Vira ada benarnya, kok." Kiela tersenyum, menepuk pundak Nathan yang semakin gundah. Anak itu menggoyang-goyangkan kakinya, tidak seperti biasanya. "Kamu masih SMP dan udah mau ujian, lho. Gimana kalau kalian fokus ke ujian itu dulu?"

"Tapi, Kak." Nathan menarik napas panjang, dan akhirnya ia berani menatap mata besar Kiela. Ia akhirnya membantu Kiela mengelap beberapa piring untuk mengurangi kegugupan yang mengganggu tersebut. "Gimana kalau nanti ia keburu direbut orang lain?"

"Yah, lihat aja Neyra dan Mario. Bertahun-tahun bersama, baru sekarang bisa jadian." Kiela terkekeh kecil, membuat Nathan tertawa tertahan juga. Neyra dan Mario semakin lama semakin terlihat serasi. Mario sering sekali mengantarkan Neyra pulang, dan tak lupa memberikan kecupan kecil di kening yang bisa membuat siapa saja meleleh. Pria itu juga sering memberikan kejutan-kejutan, dan ia menyanyikan lagu buat Neyra saat anniversary sebulan berpacaran mereka. Membuat Kiela juga senang bercampur dengan iri. "Jangan terlalu mikirin soal itu dan tunggu waktu yang tepat aja, oke? Jangan panik, kita kan enggak tahu kita bakal cocok sama orang-orang seperti apa."

"Oke deh, master cinta." Nathan mengacungkan jempolnya, membuat Kiela kali ini nggak bisa menahan tawanya. Kiela baru sekali itu mendengar dirinya dipanggil master cinta. Dia kan udah jomblo akut, namun tetap saja kawan-kawannya sering meminta nasihat dari si sesepuh cinta tersebut. Kiela menyenggol lengan Nathan usil. "Laksanakan ya, muridku."

Tenanglah, KielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang