Para 'giant' mulai menumbuhkan kecurigaan dalam hati mereka. Gran Kain telah membuktikan kebodohannya dengan membuat mahluk hina yang tak berguna yang ia namai manusia. Selain itu, disebabkan oleh perilaku cabul sang dewa dan rasa cemburu Einhasad, 'underworld' pun tercipta, bersama dengan berbagai bentuk 'demon' dan mahluk kegelapan lainnya. Juga, dikarenakan oleh kelemahan dan ketidakcakapan Eva dalam mengendalikan roh air, benua sekarang porak poranda. Benih keragu-raguan dan prasangka mulai bersemi dalam benak para 'giant'. Apakah dewa yang seperti itu pantas untuk mereka sembah?
'Giant' dapat keluar masuk istana para dewa dengan menggunakan kereta kuda yang mereka buat sendiri. Mereka dapat menggunakan sihir untuk mengangkat pulau-pulau dan hidup di udara seperti para dewa. Mereka dapat memperpanjang waktu hidup mereka seakan mereka dapat hidup selamanya. Para 'Giant' mulai berpikir bahwa kekuatan mereka setara dengan sang dewa. Terlepas dari kebijaksanaan mereka, para 'giant' menjadi sosok yang sangat arogan.
Dan akhirnya, para 'giant' pun berusaha untuk menjadi dewa.
Mereka mulai bereksperimen dengan memodifikasi berbagai organisme untuk mebuat bentuk baru kehidupan. Mereka menyebut sihir yang mereka gunakan untuk mencipta ini sebagai 'science' (ilmu pengetahuan).
Dimabukkan oleh kuasa, para 'giant' pun mengorganisasi sebuah pasukan yang kuat untuk bertempur melawan para dewa, mengacuhkan kegagalan Shilen, keenam naga, dan pasukan 'demon' dalam melakukan hal itu.
Para dewa yang melihat persiapan para 'giant' pun murka. Einhasad, yang merupakan satu-satunya pencipta dan pemberi kehidupan, bahkan meradang sampai kehilangan kata-kata. Ia bersumpah untuk menghancurkan semua 'giant' bersama dengan seluruh bumi. Melihat hal itu, Gran Kain memohon padanya untuk tetap tenang.
"Seperti engkau yang merupaka Sang Ibu Pencipta," tukasnya, "maka kehancuran adalah tanggung jawabku. Kau tahu betul apa yang harus kulalui saat aku berusaha melakukan apa yang menjadi keahlianmu,"
"Aku akan menghukum para 'giant' atas tingkah laku dan kesombongan mereka. Tapi jika engkau masih menyimpan hasrat untuk menghancurkan seluruh bumi, akulah, dengan seluruh kekuatan yang aku miliki, yang akan menjadi lawanmu," Apapun yang terjadi, Gran Kain tidak menginginkan kehancuran dunia dan Einhasad merasa sangat tersinggung atas campur tangan Gran Kain. Namun, karena mereka memiliki kekuatan yang setara, ia tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah pendiriannya.
Akhirnya Einhasad menyetujuinya. Untuk menghukum para 'giant' ia memutuskan untuk meminjam palu perkasa Gran Kain, yang dikenal juga dengan sebutan 'Hammer of Despair' (palu keputusasaan). Senjata itu memiliki kekuatan yang sangat dasyat, bahkan Gran Kain sendiri tidak pernah menggunakannya. Tapi, karena amarah yang menggelegak dalam hatinya, Einhasad pun mengangkat palu itu, tinggi di atas kepalanya, dan menghantamkannya tepat di tengah-tengah kota para 'giant'.
KAMU SEDANG MEMBACA
History of Lineage II
FantasyHalo teman-teman.. berhubung karena aku butuh latihan untuk mengalihbahasakan cerita, maka kali ini aku akan mencoba untuk menerjemahkan kisah-kisah yang menjadi latar belakang cerita dari game online berjudul Lineage II (yang merupakan salah satu g...