Bab 2 - Erica (Bagian satu)

28 0 0
                                    

Danau Innadril membatasi wilayah Giran dan Innadril. Sementara itu, Wasteland yang terhampar luas membentang ke utara sampai ke Death Pass. Dari utara, Sungai Air Mata mengalir ke selatan menuju danau Innadril. Dan di puncak bukit itu, tinggi di atas pantai barat daya, berdirilah sebuah kastil dengan pemandangan danau yang dapat dinikmati dari setiap sisi.

Musim panas itu, seperti hari-hari biasa di musim panas lainnya, dilengkapi oleh terik sinar matahari yang menusuk kulit bagai sekumpulan anak panah. Permukaan parit yang mengelilingi kastil bercahaya terang memantulkan sinar mentari, meskipun awan-awan gelap yang menggantung rendah di pegunungan utara menandakan hujan lebat akan segera tiba. Gagak-gagak mengaok riuh di langit. Dan kedua kubu, meski terlihat tenang, mulai merasa resah, menunggu waktu yang tepat untuk memulai pertempuran.

Graham, tidak lebih dari pria renta yang mengenakan pakaian mewah, hadir di sana sebagai perwakilan bagi sang penguasa kastil, lebih terlihat seperti seorang pedagang yang tengah mengunjungi istana. Semenjak tiba di tendanya, Sir Graham tak hentinya membetulkan jubahnya dan terus mengeluhkan betapa ganasnya angin yang berhembus di wilayah barat.

Sebaliknya, Erica Ken Weber mengikat erat rambutnya untuk terbang bersama angin. Kegelisahannya sebelum mulainya perang diperburuk oleh gerutuan Sir Graham. Panji-panji klan di sekitar perkemahan mereka berkibar bagai api unggun besar di tengah hembusan angin. Di sebelah tenda mereka, para tentara bayaran membereskan perbekalan mereka, sembari menyortir anak panah.

"Karena jasa dan investasi Tuan, kita tidak perlu lagi takut kekurangan perbekalan. Jika saja yang lainnya ditangani sebaik ini oleh pasukan tuan, atau mungkin oleh para petarung kelas rendah itu,"

Graham membuang ingus, tanpa ragu menatap perkemahan di hadapannya dengan pandangan menghina. Klan lain telah berjanji untuk mempersiapkan pengepungan kali ini secara diam-diam. Kelompok yang terdiri oleh tiga puluh dark elves yang dilengkapi oleh pedang tipis yang sudah dipoles dan pelindung tubuh dari mithril telah ditempatkan bersama panji hitam dengan lambang serigala merah. Seorang dark elf wanita dengan rambut perak memimpin di depan pasukan itu.

"Tidak ada yang harus engkau khawatirkan. Mereka adalah pasukan Persaudaraan Red Wood. Beberapa saat yang lalu mereka berhasil mengalahkan sekelompok Ksatria Griffon dan sekarang, mereka berada di peringkat teratas dalam perang antar clan,"

"Oh... sangat mengesankan..." Graham membalas, masih menatap pasukan di depannya dengan hina.

"Tapi terdengar kabar kalau mereka tidak punya harga diri maupun belas kasihan. Mereka juga memiliki reputasi buruk, mudah tersinggung dan seringkali meninggalkan orang yang menyewa mereka. Belum lama ini, seseorang dari serikat perdagangan tertarik untuk menyewa mereka, tapi mereka malah memotong lidahnya. Ia pastinya telah salah bicara,"

Si perempuan dark elf itu mengalihkan pandangannya pada Erica, seakan ia menyadari lirikannya. Dengan gerakan yang dibuat-buat, Erica meletakkan tangan kanannya di dada kirinya, memberi penghormatan. Sir Graham dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Cukup! Kita sudahi saja inspeksi ini. Mari kita kembali ke Sir Sieghardt,"

"Jika itu adalah kehendak ada, Tuanku,"

Sebelum ia menyelesaikan jawabannya, Sir Graham sudah meninggalkannya, terlalu terburu-buru untuk menemui ketua kelompok sewaan itu. Erica pun tersenyum.

Dari berbagai perserikatan para kurcaci, Black Anvil adalah yang paling terkenal dalam hal membuat dan menggunakan berbagai peralatan mekanik yang aneh. Rumor mengatakan, perserikatan Black Anvil ikut ambil bagian dalam tragedy besar yang terjadi di wilayah Dion, saat inti dari Cruma Tower dibangkitkan kembali.

"Baiklah, apapun yang kau inginkan. Tak ada lagi yang ingin aku katakan,"

Sieghardt mengangkat kedua tangannya dan ketiga kurcaci di hadapannya menyingsingkan lengan baju mereka. Pada lengan bagian dalam mereka masing-masing tertera tattoo hitam berbentuk landasan tempa. Mereka tak henti menggerakkan tungkai mereka saat berbicara, dan Sieghardt kadang menggelengkan kepala seiring dengan penjelasan mengenai hal penting yang dituturkan para kurcaci. Akhirnya, pemimpin mereka menjabat tangan Sieghardt dan pergi dengan gaduh. Erica berdeham dan mulai berhati-hati memilih perkataannya, meski ia mengucapkannya dengan lantang.

History of Lineage IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang