Mahesa POV
Aku senyum-senyum sendiri dikelas kalau ingat kejadian tadi pagi, ingat betapa lucunya makhluk itu ketika kejedot pintu gerbang sekolah. Ekpresinya begitu menggemaskan. Dia adalah Bima, ya Bima seorang laki-laki dari kelas XI IPA 1, dilihat dari kelasnya sih pasti pintar, karena anak IPA 1 itu identik dengan anak-anak pintar. Sedangkan aku cuma punya otak pas-pasan jadi aku masuk di XI IPS 4. Aku memang kurang jago dalam hal akademik, tapi aku jago di lapangan. Aku ikut klub sepak bola di sekolah, dan selama aku gabung ini sudah sering menjuarai berbagai macam turnamen. Aku di daulat sebagai kapten disana.
"Woiii...!!" Sebuah tepukan tangan mendarat di bahuku dan otomatis mengagetkanku.
"Sialan koe!! ngagetin aja," gerutuku kepada sosok dibelakangku, dia adalah Bondan sahabtku. Aku dan Bondan emang sudah berteman sejak kecil, itu dikarenakan rumah kami tidak terpaut jauh, aku dan Bondan sekolah di sekolah yang sama sejak TK, SD, SMP dan sekarang SMA, kami selalu satu kelas, tidak jarang kami dibilang homo oleh temen-temen, karena dimana ada aku, disitu pasti ada Bondan begitupun sebaliknya.
"Awan-awan kok ngelamun," (Siang-siang kok ngelamun)
"Sopo sek ngalamun lho...aku gek mikirke PR matematika ki, urung rampung," (Siapa yang melamun lho...aku lagi mikirin PR matematika ni, belum selesai) jawabku ngelak.
"Masa? gak percaya aku, lha kamu aja gak buka buku gitu kok." Seraya duduk disampingku
"Ini lho bukunya." Aku mengambil sebuah buku dari dalam laciku dan menunjukan ke Bondan
Bondan cuma geleng-geleng kepala dan menarik nafas seraya menghembuskanya, itu menandakan kalo dia ngalah. Dari pada berdebat denganku, dan gak akan ada habisnya. Aku pun menghembuskan napasku lega, karena dia tidak mengintrogasiku macam-macam. Huffff.
"Nanti sore aku gak ikut latihan ya," katanya sambil memainkan handphonya.
"Lho kenapa?"-aku mengernyitkan dahi-"mau pacaran ya?" kataku sambil mengarahkan telunjuku di mukanya.
"Mau pacaran sama siapa? orang masih jomblo ting ting gini," katanya sambil menarik kerahnya bangga.
"Terus??"
"Aku mau ngantar ibu ke rumah simbah, sudah lama gak ketempat simbah," katanya panjang lebar.
"Oooh...yowes kalau gitu ndak apa apa, nanti kamu ijin juga sama pak Wagio," jawabku menjelaskan.
"Oke, aku ke kantin dulu ya..mau ikut gak?" Bondan berdiri dari duduknya.
"Enggak deh, aku masih kenyang," tolak ku halus, Bondan pun langsung bergegas keluar kelas berlari kecil menuju kantin. Aku masih duduk di tempat duduk ku sambil membolak-balikan buku matematika ini, rasanya angka-angka di buku ini lompat-lompat dan ingin menonjok ku. Jujur dari dulu aku memang tidak suka dengan yang namanya matematika, kalau boleh usul matematika di hilangkan dari kurikulum sekolah, dan diganti dengan sepak bola. Ngarep
***
Bel pulang sekolah pun berbunyi, anak-anak di kelas ini pada sibuk mengemasi buku-bukunya dan memasukan ke tas nya, begitu juga dengan diriku. Ku rapikan buku-buku yang ada di meja dan laciku. Setelah semuanya rapi, aku bergegas ke ruang ganti untuk ganti kaos bola kesayanganku. Di ruang ganti sudah kumpul beberapa anak lainya, ada yang lagi ngobrol, main hape dan ada juga yang lagi jahilin anak-anak yang lain. Setelah ganti baju aku langsung menuju ke lapangan bola yang letaknya di belakang sekolah. Aku lari keliling lapangan untuk pemanasan agar nanti tidak cedera saat main bola. Saat lari keliling lapangan aku melihat sosok Bima seperti sedang kebingungan. Kuperhatikan gerak-geriknya gelisah seperti sedang mencari sesuatu. Aku pun berlari mendekati Bima.
"Hey Bima..lagi cari apa?" tanyaku ke Bima."Ehm ini..cincin aku hilang, sepertinya jatuh pas jam olah raga tadi," katanya menjelaskan.
"Ooh sepertinya cicinya spesial ya, sampai begitu khawatirnya," kataku meledek.
"Cincin itu pemberian kakek ku yang udah meninggal, aku selalu memakai cincin itu, klau sampai hilang...," Bima tertunduk sedih dan tidak melanjutkan kata-katanya. Aku yang menyadari hal itu langsung mencoba menenagkan Bima "Hmm...jangan sedih gitu donk, aku bantu cariin ya," ujarku mencoba menenagkan Bima.
"Tapi kamu kan lagi latihan bola," tukasnya
"Tidak apa-apa, nanti aku iin sebentar sama pak Wagio."
"Maturnuwun ya, jadi ngerepotin." (Terimakasih ya, jadi ngerepotin)
Aku mengangguk dan berlari menuju ke tempat pak Wagio berdiri, untuk meminta ijin sebentar. Setelah selesai minta ijin aku pun bergegas kembali ke Bima untuk membantunya mencari cincinya.
Setelah lebih dari 2 jam aku dan Bima mencari cincin itu akhirnya cincin itu ketemu juga, aku dan Bima memutuskan untuk istirahat dulu. Aku mengajak Bima ke kantin untuk mengisi perut yang udah keroncongan dari tadi, Bima pun mengikuti permintaanku. Dan aku pun tidak melanjutkan latihan bola ku.
Setelah selesai makan aku dan Bima memutuskan untuk pulang saja, Dan Bima harus membantu ibunya berjualan di pasar. Aku dan Bima berjalan menuju parkiran, aku menuju motorku sedangkan Bima menuju motornya, aku segera memakai helm dan jaketku kemudian menaiki motorku, mesin ku hidupkan untuk memanskannya "Bima...aku duluan ya," kataku kepada Bima, ku lambaikan tangan ku dan Bima pun membalasnya dan segera ku lajukan motor ku menyusuri jalanan kampung yang masih asri. Aku sangat menikmati perjalanan ini, meskipun tiap hari lewat tapi tidak pernah merasa bosen, Perjalanan dari sekolah ke rumah kurang lebih 1 jam sekolahku berada di kota, sebenarnya bukan kota besar juga tapi lebih ramai dari tempat tinggalku. Karena rumahku berada di kampung yang dekat dengan pegunungan. Jalanan yang ku lewati berkelok-kelok, sebelah kanan dihiasi tebing yang tinggi, sedangkan sebelah kiri adalah jurang yang cukup curam, dibawah sana ada sungai yang mengalirkan air dari daerahku, kalau misalnya lengah sedikit, bisa-bisa terjun ke jurang. Pernah suatu ketika aku pulang sekolah agak malam karena ada tambahan extrakurikuler, aku tidak konsentrasi bawa motor dan tidak sadar kalau di depan ada mobil pas di belokan, aku hampir tabrakan dan bisa masuk jurang. Aku langsung tersadar dan kembali konsentrasi bawa motor.
===================================================================================
Belum bisa nambah publish banyak, fiuhh tadi malem abis ujian yang bikin nguras pikiran n tenaga, Soalnya sih cuma 5 tapi anaknya buanyaaaaak . Ngerjain soal sampe keringetan, padahal gak panas sama sekali #Curcol
Thanks to Malvice grsentosa litayuliastuti Rhy-Chan Pradestia Ma-kun rizki_darkmage123 *Berpelukaaaaaaaan*
Vote and Comment jangan lupa ya...biar aku semangat nulis :)
Maaf masih absurd banget ceritanya, maaf masih banyak kesalahan, maaf maaf maaf
YOU ARE READING
Bima Samudera
RandomCerita tentang kehidupan di perkampungan yang jauh dari hiruk pikuk kota. Nuansa alam yang masih asri yang jauh akan polusi, tapi menyimpan beribu cerita kehidupan didalamnya