Sorenya aku memutuskan bermain video games bersama Sam. Untungnya aku berinisiatif membawa video games karena aku sudah mengira pasti disini akan sangat membosankan jika tidak melakukan kegiatan apa pun. Lalu benar saja, disini aku hanya bisa memandangi pemandangan yang gersang didepan rumah, melihat Paman Max yang sedang menggembala sapi atau melihat melatih kuda-kudanya.Di belakang rumah ini terdapat halaman yang sangat luas, mungkin ukurannya dua kali lipat dengan rumahku yang ada London. Halaman itu dipenuhi dengan rumput hijau yang segar. Aku membayangkan jika halaman itu tidak dipakai sebagai kandang sapi ataupun kuda, pasti aku bisa piknik disana. Berbaring dibawah rerumputan dan memandang langit sore yang indah. Atau mungkin keluarga Calder bisa memperluas rumahnya sehingga menjadi seperti kastil dan aku akan sering berada disini.
"Berapa lama kau beristirahat dari jadwal One Direction?" Suara Sam memenuhi indera pendengaranku sehingga semua bayangan itu lenyap dan membawaku ke dunia nyata.
"Ya! Aku menang!"
Aku mendecak tak terima karena terlalu lama melamun, aku jadi tak fokus dalam balapan mobil sehingga akhirnya Sam yang menang.
Tunggu dulu, mendengar kata balapan aku jadi teringat sesuatu.
"Tunggu disini, aku akan membawakan teh untukmu."
Aku mengangguk dan membiarkan Sam berlalu menuju dapur. Aku sekarang mulai berpikir tentang sesuatu. Sesuatu yang menyenangkan, jadi jika aku mengadakan balapan di kota ini—mengingat jalanan disini cukup sepi dan tidak terlalu padat—mungkin ini ide yang cukup bagus. Aku bisa melakukan hal lebih gila lagi selain mencari masalah dengan El, lagipula sebelum aku menjadi terkenal aku sering mengadakan balapan bersama Conrad dan teman-temannya di Doncaster.
Aku rasa aku akan menghubungi Conrad se-segera mungkin dan menyuruhnya untuk datang kemari. Semoga saja dia tergiur dengan ideku yang cukup mengesankan.
"Hanya sampai liburan musim panas habis," jawabku setelah Sam datang dan membawakan dua cangkir teh hangat. Dia meletakkannya di nakas dekat tempat tidurnya.
"Jika sudah kembali, tanyakan pada manajermu. Apakah ada pekerjaan kosong untukku."
"Bukannya kau sedang bekerja?" tanyaku heran. Untuk apa Sam menanyakan pekerjaan kosong jika dia sudah memiliki pekerjaan?
"Ya, kau benar. Tapi aku sudah sangat bosan berada disini, aku ingin mencari sesuatu yang berbeda. Ke luar negeri, contohnya."
"Dan bukannya kau sudah pernah ke Kanada?"
"Ayolah, itu sudah beberapa tahun yang lalu. Lagipula saat di Kanada aku bertemu dengan kuda, again and again," keluhnya.
Aku ingat saat aku sampai di London, aku mendapat pesan dari El bahwa dia akan pergi ke Kanada untuk melihat kuda-kuda yang akan di lombakan dalam pacuan. Dengan bangganya dia berkata seperti itu. Aku mengerti, wajar saja dia hanya gadis desa dan itu membuatnya merasa senang karena baru merasakan rasanya terbang menggunakan pesawat.
Aku tersenyum tipis. "Akan aku tanyakan."
"Thanks, mate."
Kami pun melanjutkan bermain video games hingga akhirnya seseorang mengetuk pintu kamar Sam, terpaksa permainnya kami pause sejenak.
"Masuk," ucap Sam.
Setelah pintunya dibuka dari luar, aku melihat El. Dari beberapa meter dia berdiri, aku bisa melihat dia berdecak sebal saat melihatku sekilas. Lalu beralih ke Sam.
"Sam, apa kau masih menyimpan figura bekas fotomu yang tak terpakai?" El berjalan semakin masuk ke dalam kamar, lalu dia duduk di tepi ranjang sambil menyeruput teh yang tadi Sam buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Time
FanfictionIni kisah seorang Eleanor Calder yang ingin memanfaatkan waktu liburan di musim panas. Berkumpul dengan keluarga dan sahabatnya. Ia tidak ingin waktu liburan musim panas kali ini di sia-siakan begitu saja, apalagi mengingat dirinya selalu disibukkan...