Ketika Conrad mengirimku pesan, aku lantas menyusulnya ke sebuah tempat dimana koran maupun majalah bekas terkumpul disini. Aku tidak tahu alasan Conrad menyuruhku untuk menemuinya di tempat seperti ini. Jika di London mungkin aku akan menyebutnya tempat kumuh. Bukan hanya banyak koran maupun majalah bekas tetapi juga ada banyak barang rongsokan yang tidak bisa dipakai lagi oleh pemiliknya lalu membuangnya kesini.
Aku menyusuri tempat ini dan bersikap seolah-olah aku sedang berjalan di red carpet dimana para wartawan dan kameramen sibuk memotretku dengan blitz hanya saja disini bukan memakai kamera melainkan beberapa pasang mata dari orang-orang yang entah sedang mencari apa di tempat kumuh seperti ini. Ketika aku sudah berada di dalam tempat, aku enggan untuk terus masuk ke dalam. Aku langsung menelepon Conrad dan menyuruhnya menemuiku.
Tak lama Conrad muncul dengan beberapa koran menumpuk di kedua tangannya. Ia langsung menyuruhku untuk mengikutinya ke tengah-tengah perkebunan gandum yang terletak tak jauh dari tempat kumuh tadi. Lalu dilemparkannya beberapa koran itu ke tumpukan tanaman gandum yang sudah mengering. Conrad berjongkok dan membuka setiap lembar koran tersebut. Merasa penasaran apa yang dilakukannya, aku lantas ikut berjongkok dan melepaskan kacamata hitamku.
"Lihat ini." Conrad menunjuk ke sebuah gambar yang mana tercetak foto sebuah papa besar bertuliskan Stockyards Station. Papan yang sama ketika aku mulai memasuki kawasan tersebut.
"Aku menemukan koran-koran ini yang di keluarkan dua tahun yang lalu," ujar Conrad wajahnya terlihat begitu serius.
"Lalu apa hubungannya dengan kau memberitahuku?" Tanyaku bingung.
Conrad lalu membuka lembaran demi lembaran koran tersebut dan menyuruhku untuk membaca sebuah berita yang menjelaskan bahwa Stockyards Station merupakan tempat wisata menarik dengan berbagai kasino layaknya Las Vegas. Selain itu keunggulan tempat ini adalah sebuah balapan kuda yang selalu menjadi taruhan para pendatang kawasan tersebut.
"Kau lihat, dulu ini tempat sangat menarik bahkan aku berpikir untuk berkunjung kesini. Sialnya, kawasan ini sudah dilarang oleh petugas bahkan masyarakat disini," beritahu Conrad yang masih sibuk mencari-cari sesuatu. Aku menontonnya sambil teringat sesuatu. "Bahkan tempat-tempat menyenangkan seperti billiar, kasino dan beberapa pub terpaksa ditutup. Sungguh disayangkan," lanjut Conrad.
"Lalu apa penyebab dari semua itu? Aku pun pernah membaca di sebuah koran bahwa tempat itu terlarang. Bahkan Sam ataupun Eleanor pernah mengatakannya namun tak sempat menjelaskan padaku."
Conrad sesaat menjentikkan jarinya, lalu kembali sibuk dengan koran-koran tersebut. "Tidakkah kau memiliki niatan untuk mencari tahu?"
"Aku bahkan hendak bertanya padamu, tapi bajingan Arlo selalu mengalihkan pikiranku."
"Kenapa? Karena dia selalu mendekati Eleanor sehingga kau merasa terancam?"
"Maksudmu?"
"Kau takut Arlo merebut Eleanor darimu?"
"Kau bercanda?" Sungguh aku tidak bisa untuk tidak tertawa. Apa aku takut? Tidak mungkin. Untuk apa aku takut Arlo merebut El dariku? Yang mana aku sungguh tidak peduli apa yang akan Arlo lakukan pada El.
"Sungguh? Lalu mengapa kau selalu menjelek-jelekkan Arlo bahkan menuduhnya tanpa alasan didepan Eleanor?"
Mengapa bocah ini seolah membela Arlo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Time
FanfictionIni kisah seorang Eleanor Calder yang ingin memanfaatkan waktu liburan di musim panas. Berkumpul dengan keluarga dan sahabatnya. Ia tidak ingin waktu liburan musim panas kali ini di sia-siakan begitu saja, apalagi mengingat dirinya selalu disibukkan...