Part 18

138 26 1
                                    

Pagi ini keadaan tidak seperti biasanya, di meja makan tidak seramai dulu. Semuanya sarapan dengan tergesa-gesa, termasuk aku yang tiba-tiba nafsu makanku hilang ketika ayah lebih memilih diam di kamar menjaga ibu. Semalam ibu jatuh sakit, suhu tubuhnya panas hingga saat ini dan aku belum tahu kondisinya seperti apa. Aku berniat membawakan bubur setelah aku selesai memberi makan Lincoln.

"Sam, kau tidak ingin sarapan?"

Sam pun menjadi berubah, aku yakin pasti ini ada hubungannya dengan Holly yang beberapa hari lalu memeluk Louis. Lalu bodohnya, aku memberitahu Sam berharap dia marah dan memukul Louis. Tapi sialnya, Sam malah lebih memilih menghabiskan waktu menyediri di kamarnya.

"Tidak, kau keluar saja."

Aku mendengus ketika Sam sama sekali tidak melirikku. Lantas aku mengangkat kaki dari kamar Sam dan berniat ke kandang Lincoln. Biasanya ketika aku hendak pergi memberi makan Lincoln, Niall selalu mengajukan diri untuk membantu. Tapi sekarang, keadaan tidak sama lagi. Niall belum kembali, dan rumah tampak sepi.

"Butuh bantuan?"

Aku berhenti, mendongak ke arah sosok yang menjulang tinggi didepanku. Saat itu pula aku menghembuskan napas berat.

"Tidak usah," jawabku sambil melewatinya begitu saja.

"Kau selalu seperti itu. Percayalah, kali ini aku bersikap tulus."

Kupikir dia akan membiarkanku pergi begitu saja, nyatanya dia malah mengikutiku. "Aku tidak mau percaya padamu."

"Baiklah, setidaknya kau tidak kesusahan seperti itu."

Seketika aku menghentikan langkahku, dia mengikutiku. Lalu kusimpan setumpuk rumput segar ke tanah dan mata Louis memperhatikan setiap gerak-gerikku. Sekelibat muncul rasa curiga, mataku menyicipit mencari kebenaran atas ucapannya. Ayolah, aku sama sekali tidak mempercayai dirinya dan entah badai darimana dia mau membantuku.

"Apa kau sakit?" Aku berjinjit untuk menyentuh keningnya dan ada perasaan aneh ketika kulitku bersentuhan dengannya. Seperti ada sengatan listrik yang membuat perasaan itu kembali muncul. Keningnya tidak kurasakan ada suhu panas layaknya orang sakit. Semuanya normal lalu aku kembali menarik tanganku sedikit salah tingkah.

"Salah tingkah telah menyentuh seorang artis, eh?"

Aku melotot dan langsung mendorong tubuhnya sehingga dia sedikit mundur ke belakang. "Tidak usah membantuku!" desisku sebal sambil mengangkat tumpukan rumput dan berjalan cepat menuju kandang Lincoln.

Setelah kubuka pintu kandang, sinar matahari menerobos masuk membuat keadaan didalam menjadi terang. Memang kandang ini tidak terjamah oleh siapa pun bahkan sinar matahari hanya sedikit masuk melewati celah jendela, tapi tidak usah khawatir karena ayahku selalu menyalakan lampu untuk Lincoln menghangatkan diri.

"Wow, very big!"

Sontak aku terkejut bukan main ketika suara Louis memekak telinga, sudah tahu suaranya tidak enak didengar dan dia malah berteriak tepat di telingaku. Lagipula kupikir dia tidak mengikutiku hingga kesini.

"Kau tidak pernah bilang jika ada kuda sebesar ini," katanya sambil melangkah masuk mendekati Lincoln yang tiba-tiba saja berdiri. Kuda itu mundur hingga menabrak dinding di belakangnya, dapat kulihat matanya ada kilat kewaspadaan.

Aku berjalan perlahan di belakang tubuh Louis sambil bersiap siaga jika saja Lincoln mengamuk. Aku tahu, kuda itu merasa tidak nyaman dengan kehadiran Louis berbeda sekali saat Niall datang kesini.

"Kau tidak pernah bertanya dan lagipula, untuk apa aku memberitahumu," balasku sinis sambil menyimpan seetumpuk rumput yang kubawa tadi kehadapan Lincoln.

Summer TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang