Kepingan: Bima dan Raya (2/2)

64 15 6
                                    

"Raya gimana?" tanya Bima esoknya. Dia kemudian meminta maaf karena tidak bisa dihubungi kemarin, dia sedang tidur. Terlihat kecemasan sekaligus kekecewaan karena tidak ada disana saat Raya membutuhkannya. Sepanjang hari itu, Bima seperti bukan dirinya. Sepanjang hari itu, suasanya kelas tidak seperti biasanya. Sepanjang hari itu, untuk pertama kalinya, tidak ada K-pop yang menjadi bahan pembicaraan.

Seminggu lebih Raya absen, sempat aku dan teman-teman mengunjunginya-terlihat banyak luka di tangan, kaki, serta dagunya. Ada yang aneh dari dia, seakan dia lupa akan kejadian-kejadian yang baru dia alami. Raya beberapa kali menceritakan hal yang sama berulang-ulang seakan belum pernah diceritakannya. Kami mendengarkan, tetapi juga bersedih. Raya sadar akan hal itu, dia berhenti bercerita, "aku uda cerita ini berapa kali barusan?" tanyanya sedih.

Akhirnya Raya kembali masuk sekolah, kedatangannya disambut gembira oleh anak-anak, terutama Bima. Tapi ada yang aneh lagi, Raya seperti tak mengenali Bima. Dia melupakan beberapa wajah, hampir setengah kelas.

Pada saat itu ada sistem baru yang dikembangkan sekolah, namanya 'moving class', intinya kelas kami dipecah-pecah, dan hanya tiap hari senin (jam pertama) saja kami bisa berkumpul seperti biasanya. Raya sempat kebingungan mengejar pelajaran, plus mengingat pelajaran yang terlupakan. Tapi Bima lebih bingung lagi, seakan hubungannya dengan Raya di reset kembali ke-nol. Mungkin ini cara Tuhan menguji insan-Nya atau mungkin ini karma karena Bima dulu pernah-melakukan kebodohan hidup-menyiakan Raya.

Beberapa minggu berlalu, Raya mengalami kemajuan yang pesat-dia ingat nama teman-temannya, ingat pelajaran, dan Bima. Bima senang, akhirnya perjuangannya tidak sia-sia, tetapi kemudian kecewa saat Fany bertanya kepada Raya, "kamu inget Bima kan?"

"Inget... tapi disini ngga," kata Raya polos sambil memegang dadanya. Sabar ya, Bim. Semangat! Semangat! Kalau dia pantes diperjuangin, perjuangin!

Pagi ini wajah ceria nampak pada angkatanku, yup, UNAS telah selesai. Sekarang saatnya liburan ke Bali. Kami berkumpul pagi sekali tapi seperti biasa... molor! Setelah upacara keberangkatan, kami memasuki bis dengan penuh antusias.
Perjalanan yang panjang, melelahkan, tapi sangat seru! Kami melihat DVD di bis, bernyanyi, dan yup, terdengar teriakan K-pop di berbagai penjuru. Pak sopir sepertinya mantan pembalap nascar, bis dipacu sangat kencang dan memakai ruas jalan kanan. Awalnya kami takut, tapi lama-lama terbiasa, seru juga!

Malam itu angin sangat dingin, udara seakan menggoda kami, membujuk agar tetap terjaga. Bima, Diki, Rindra, Aku, Rizal, dan Rudi-keenam cowok dari kelasku-sekamar (Randy tidak ikut, sayang sekali). Kami mengalunkan nada-nada. Tiba-tiba Bima membuka pembicaraan, aku ingat suasana ini, seperti saat dia akan mengungkapkan perasaannya pada Luna... dulu.

"Aku sayang banget ama Raya," Semua hening, Diki berhenti memainkan gitar. Kami memandang Bima, "aku takut kehilangan dia, menurut kalian gimana? Apa aku harus ngomong lagi ke dia? Aku uda ditolak sebelumnya...".

"Uda, ngomong aja lagi, mumpung ini lagi di Bali, di pantai. Lagian kalo ditolak, ya udah, ini terakhir kamu ketemu dia kan? Kapan lagi?" celetuk Rindra.

"Tapi aku takut, aku mesti nggrogi klo deket dia, rasanya aneh."

"Sudahlah, yang penting ngomong. Cewek itu gitu, mungkin dia nolak kamu kemarin-kemarin itu karena dia pengen nguji kamu. Serius ngga kamu sama dia. Kalau sekali nembak terus mundur, kamu ngga serius namae itu!" Rudi kembali menghisap rokoknya.

"Tumbenan kamu dewasa gini? Sangar kamu, bener kata-katamu kali ini... terus aku harus gimana? Kapan aku harus ngomong ke dia?"

"Lho kamu serius?" Rindra meragukan Bima.

"wes, pacul! Kapan lagi aku bisa jujur ke dia, daripada aku nyesel kehilangan dia tanpa usaha?"

"Asek, asek!" seru Diki.

"Tapi gimana ngomongnya? Kapan?"

"Di pantai aja," usulku.

"Nah! Iya, bener kata Gio, besok kan ada acara di pantai kute! Hhhmmmm," Rindra menemukan ide, "gini, nanti aku bakalan ngajak ngomong Raya, kamu ama anak-anak minggir dulu. Nanti Raya aku pancing ke depan, di deket laut,"

"Terus?"

"nah, pas uda di depan, nanti aku tinggal, terus tungguen sebentar, kamu kesanao, terus ngomongo, sip ta?"

"Asek! Asek!"

"Aha!"

"Terus aku ngomong ke Raya gimana? Frontal gitu?" tanya Bima, bingung, "Diki, ajarin. Kamu nembak Cahya gimana dulu?"

"lhe, ya nembak, ngomong klo aku suka, gitu... pikir sendiri lah"

"masak gini... Ray, aku suka kamu, mau ngga kamu jadi pacarku?"

"simpel banget? Utarakan isi hatimu!" Rudi protes.

"Ray, aku tau aku uda ngomong ini sebelumnya, maaf kalo aku ngomong lagi, aku pengen kamu tau kalo aku serius ama kamu. Di hatiku cuma ada kamu. Aku mau, seenggake, sebelum kita ngga ketemu lagi, kamu tau klo ada orang yang sayang sama kamu, perasaanku ngga berubah ke kamu... Ray, aku pingin kamu jadi cewekku,.."

"Asek! Asek!"

Pagi itu Bima terlihat lebih semangat dari biasanya, dan hal itu sangat menyebalkan-dia membangunkan seisi ruangan dan menyuruh mandi di pagi yang sangat dingin. "ayo, cepet! Semangat!" dasar orang kasmaran...
Bima menaiki bis lalu berlatih di sepanjang perjalanan, kami hanya tersenyum melihat antusiasnya. Kami tidak langsung turun ke pantai Kute, Bima menaiki 'kol' terlebih dahulu, sedangkan aku tertinggal di belakang, sehingga terpaksa harus menaiki kol dengan para guru.

Aku berlari secepat mungkin ke pantai, disana aku melihat Bima murung, seakan ada mendung yang menyelimutinya. Aku hendak bertanya tapi aku tak tahu kata yang tepat. Hhh, pasti dia ditolak.

"Kenapa dia ngga bilang ke kita dulu se? Bukane dia temen kita," Rindra emosi.

"Sudahlah, udah. Aku gapapa kok, ngga jodoh" Bima membesarkan hati nya sendiri.

"Tapi seenggake ngga gini kan? Dia bisa ngomong dulu ke kita,"

"Udahlah, mau gimana lagi, aku keduluan. Aku yang salah uda menyia-nyiakan dia dulu," Bima menghela nafas panjang, "ayok wes! Mumpung lagi di Bali! Mumpung di pantai Kute,"

Hhhhh.... aku tahu yang ia rasakan saat itu, dia hancur. Terlalu banyak luka, hingga tak lagi dihiraukannya. Ini membuatku ragu, "Sagita..." entah kenapa dia terlintas lagi dipikiranku saat ini.

" I know that you dont wanna hurt me, but in the end, you did''

--------------------

Tolong jangan vote kalau emang ngga worth it :D

Silahkan membaca, ditunggu kritiknya :)

[Revised] Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang