"What do you want to eat for dinner?" tanya Kyle kepadaku.
"Whatever you want to eat" jawabku gugup.
Ia masih menggenggam tanganku.
"Sweet" balasnya dengan singkat dan mengedipkan sebelah matanya padaku.
Rasanya seperti aku berhenti bernafas sejenak. Kedipan matanya membuat ku melayang terbang tinggi. Walau kedipannya hanya satu detik.
Berhenti mengaguminya Edeline, dia hanya sebatas teman. Tak lebih dari seorang teman. Dan itu juga jika Ia menganggap kau temannya. huft
"kau duduk saja, biar aku yang memasak" Katanya sambil melepaskan tanganku darinya.
"no, I'll help you okay?" jawabku tidak setuju pada kata-katanya.
"Okay if that what you want" Jawabnya lagi dengan senyuman miring. Apa maksudnya memberiku senyuman seperti itu?
. . .
"What do we need?" Ucapku dari depan kulkas, mengalihkan perhatiannya kepadaku.
"hmm.." Ia berfikir sambil mengerutkan dahinya dan meletakkan jarinya di dagu.
"kau mau masak apa?" tanyaku.
Ia tak menjawab pertanyaanku malah menghampiri ku ke depan kulkas.
Jangan terlalu berharap Edeline, kau tidak mau tersakiti lagi kan?
kata-kata itu selalu menguasai pikiranku saat aku sedang bersama dengan Kyle. Selalu.
"Kau memikirkan apa?" tanyanya membuyarkan lamunanku.
"tidak, tidak ada apa-apa. kau membuatku kaget" jawabku dengan nada kaget dan berjalan ke arah sofa yang tidak jauh dari dapur.
"katanya mau membantu" ucap Kyle mengejek.
"I'm not in a mood to do this anymore" jawabku.
Lalu Ia langsung terdiam dan berjalan ke arah ku. Dia langsung duduk disampingku dan merangkul pundakku. Aku takut jika Ia terus-terusan seperti ini, aku akan lebih mencintainya, lalu Ia meninggalkanku. Aku tidak mau itu terjadi.
Aku melepaskan tangan Kyle yang tadinya berada di pundakku.
Mungkin sebaiknya aku harus menjauh.
Tapi bagaimana bisa kau menjauhi seseorang yang kau cinta?
Mungkin waktu akan menjawab semuanya.
"hei? kau melamun lagi? ada apa? cerita saja kepadaku, siapa tahu aku bisa membantu" Ucapnya lagi-lagi membuyarkan pikiranku. Aku tidak menjawabnya, tapi tetap sibuk memandang televisi walaupun aku tak tahu aku menonton acara apa. Aku hanya tidak ingin mengombrol sekarang.
"Edeline, cerita saja padaku, aku janji aku akan membantu semampu ku"
"Aku hanya lagi tak enak badan" Jawabku singkat dengan mata masih mengarah ke televisi, tak berani menatap matanya, karena aku tahu aku akan semakin jatuh cinta padanya.
"kau bohong" ujarnya lagi dengan menirukan suara bayi, agar berkesan imut menurutnya mungkin, tapi itu sangat menjijikan menurutku.
Aku tidak menjawab kata-katanya tadi, justru aku menarik beberapa bantal sofa dan meletakkannya di samping ku lalu meletakkan kepalaku diatasnya.
"Edeline, kau marah ya padaku?" Ujarnya sambil asik mengganti-ganti siaran tv yang tidak aku tonton sejak tadi.
Lagi-lagi aku tidak menjawab.
Sampai akhirnya Ia berdiri dan berjalan kearahku. Aku bisa melihat bayangannya dari tempat aku mengubur wajahku ke bantal sofa yang tadi ku ambil.
Ia menunduk sedikit lalu mengelitiki perutku, sehingga kau tahu apa yang terjadi, aku langsung bangun dari posisiku yang semula tiduran.
Aku memukulnya pelan dengan bantal sofa tadi sehingga menjadi penghalang agar tidak bisa Ia kelitiki.
Aku terus memukulinya pelan dengan bantal sampai Ia terjatuh ke lantai dan menutup matanya. Aku tidak tahu Ia bercanda atau tidak. Jadi aku suruh dia bangun, tapi Ia tidak bangun-bangun.
Aku langsung duduk di kedua kaki ku dan menggoyangkan tubuh nya agar bangun.
"Kyle, bangun Kyle, Kyle" Aku sedikit panik karena Ia tidak bangun-bangun. Dan aku takut kalau dia mati.
"Kyle,Kyle" ucapku beberapa kali, Ia tetap tidak mau bangun.
Saat aku memanggil untuk yang terakhir kalinya. Ia bangun dan kembali mengelitikku, kelihatannya Ia sangat senang, aku suka bagaimana caranya tertawa.
Sekarang, Ia masih berusaha mengelitikku sampai dia berada di atasku. Wajah kami hanya berjarak kurang lebih satu jengkal.
Aku merasa sangat gugup dan tentu saja, pipiku berubah menjadi merah.
Kyle memindahkan kepalanya ke samping leherku dan menggerakkan kepala nya kekanan dan kiri. Favoritku.
"Kyle what are you doing ahaha" Tanyaku dengan nada tertawa.
Bukannya menjawab pertanyaanku. Ia justru pencium pipi kanan ku. Aku jelas kaget.
Dan Ia tidak memindahkan kepalanya dari leherku, bibirnya berada di pipiku cukup lama hingga sekarang.
.
.
.
Iseng part gapapa la ya
.
karena langit bukan perempuan, kalo perempuan warnanya pink
karena langit bukan anak tumblr yang warnanya grunge kekinian
karena langit bukan anak alay nan bopung cem tatank
karena langit gadagang bakso, soalnya lu gabisa nemuin kuah-kuah berminyak beserta toge dan sawi mengambang di langit
karena langit kebanyakan minum air toilet yang warnanya biru, bukan polkadot apalagi tribal
karena langit mencintai samudera karena riaknya,
maka, Ia menjadi biru untuk menemani samudera dalam hembusan nafasnya yang dibayar dengan kecupan di ujung horizon.
.
.
Just for fun aja ya tadi kata2 diatasnya..
xo,
KAMU SEDANG MEMBACA
WAITING
Teen FictionEdelina Eritha ingin menemukan jati dirinya. Ia gadis cantik yang sangat menyukai petualangan, dan cinta. Cinta inilah yang membuatnya mengetahui siapa dirinya sebenarnya. . . .