Chapter 6

123 7 0
                                    


Vero POV.

Diatas tempat tidur ternyamanku. Aku berbaring. Tidak, maksudku bukan benar-benar berbaring dengan 'baik dan benar'. Tapi, berbaring dengan posisi terbalik dengan kepalaku yang menggelantung disisi tempat tidur. *Ah, kalian tau apa maksudku.

Melamun. Frustasi. Masih memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu. Masih berpikir mengapa begitu mudahnya aku menerimanya. Aku tau kalau itu taruhan. Dan aku harus berani menerima resiko 'kan?

Sampai dering ponselku membawaku kembali ke dunia nyata. Segera aku mengangkatnya dengan malas.

"Hala?" ucapku.

"Vee! Eh, maksud gue-- ketua, lo harus ke basis sekarang!" ucap Max panik dari seberang sana.

Aku berdecak kesal. "Biasa aja kali Max. Emang ada apaan?" tanyaku malas.

"B-Arctic ngajak balapan!" ujarnya.

"WHAT??!!" teriakku lalu mendudukkan badanku. Wajar aku terkejut. Jarang untuk bisa mendapatkan kesempatan balapan dengan B-Arctic. Mereka terlalu sibuk untuk mengajak kami balapan. Ya, walaupun geng-ku, Passific G. juga sama sibuknya.

"Iya, sore ini juga lo harus ada disini. Balapan dimulai malam ini." katanya lagi.

"O-oke! Gue kesana sekarang." ujarku lalu bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap. Memakai hotpants jeans, tank-top dan dilapisi kemeja kotak-kotak, sneakers putih favoritku, dan yang tidak akan pernah aku lupakan: kupluk kesayanganku. Lalu segera berlari ke lantai bawah.

"Dek! Mau kemana?" tanya kak Alex.

Akupun menoleh."Mau balapan bentar. Udah ya, gue buru-buru nih kak!" ucapku dan langsung pergi ke garasi. Oh, iya!

Segera aku masuk kedalam lagi dan berlari ke lantai dua.

"Kok balik lagi??" tanya kak Alex.

"Kunci mobil!" jawabku sambil berlari ke lantai atas.

Setelah mengambil kunci aku segera berlari ke lantai bawah. Lagi. "Buru-buru banget sih?" tanya kak Alex.

"Udah deh kak. Bawel ya!" ujarku sambil berlari ke garasi.

Setelah menemukan Jaguar-ku, aku segera masuk ke dalamnya, menghidupkan mesin, menunggu pintu mesin sialan itu membuka, mengatur gigi, dan akhirnya pintu mesin sialan itu terbuka dengan lebar, aku menancapkan gas. Sampai ban-ku berdecit, meninggalkan bercak hitam ban, dan asap dari decitan itu.

Aku mengambil jalan pintas menghindar dari kemacetan di jalan. Ini sore hari. Jam pulang kerja para pekerja kantoran. Sudah dipastikan akan macet dan aku tak akan bisa sampai ke basis tepat waktu.

Mobilku melaju dengan cepat. Sampai aku melihat sebuah mobil yang akan berbelok ke arah yang sama denganku.

Ckiiitt...

Rem dadakan. Tentu saja. Kalau tidak, aku akan melukai Jaguar-ku. Dan diriku juga, tentunya. Sangat shock. Aku terdiam di dalam mobil selama beberapa detik. Dan sepertinya hal yang sama juga sedang dirasakan oleh pengendara mobil di depanku ini. Tunggu. Sepertinya aku mengenali mobil itu. Mclaren. Itu seperti mobil--

"Simon!" mataku terbelalak. Ia keluar dari dalam mobilnya. Bagaimana bisa? Itu-- yang hampir aku tabrak. Simon. Dan sekarang ia sedang berjalan kearah sini.

"Oh no! Mana kacamataku?! Topiku?!" Aku begitu panik. Buru-buru kucari kacamata dan topiku. Ya-- yang aku harapkan dari kedua benda itu untuk menyamari wajahku. Dan dengan menundukkan kepalaku. Wish me luck.

Tok..tok..

Simon mengetuk kaca mobilku. Dengan sangat terpaksa aku membukanya.

"Maaf, ada apa ya?" tanyaku seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa. Oh, suaraku. Itu jelas terdengar sangat bergetar. Mengapa jadi begini?

On My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang