Pagi yang cerah di tandai oleh terbitnya sang mentari dengan penuh sinar, itu menandakan bahwa saatnya manusia kembali beraktifitas secara normal. Seperti pada manusia umumnya Seta juga memiliki kegiataan hari ini, ralat, banyak sekali kegiatan yang akan dia lalui hari ini. Bagaimana tidak, pagi ini ia akan memulai hari nya dengan mempersiapkan dua presentasi hasil penelitian untuk tugas harian di dua mata kuliah yang berbeda hari ini. Belum lagi jadwal rapat BEM untuk mempersiapkan kegitan pengenalan kampus atau biasa di kenal dengan nama OSPEK.
Layaknya sebagai mahasiswa Seta selalu mengatur alarm pada handphone nya agar tidak terlambat dalam urusan bangun pagi. Seperti saat ini perempuan muda itu masih bergelut dengan selimut yang melilit tubuhnya, sampai terdengar suara keras yang berasal dari handphone nya. Ia rogoh bawah bantal nya untuk mengambil benda kotak tersebut.
Seta melihat pada layar handphone nya yang menunjukan pukul 05.00 pagi dan langsung mengubah posisinya menjadi duduk sambil mengumpulkan sisa sisa nyawanya yang masih melayang entah bepergian kemana tadi malam. Setelah sudah sepenuhnya sadar dan mengucapkan syukur karena masih bisa bernafas , ia lekas bangun dari kasur nya.
Mencuci muka, minum air putih dan memutar musik adalah sebuah kebiasaan saat bangun tidur yang Seta miliki sejak dulu, menurutnya mendengarkan musik seperti doping penyemangat memulai hari. Sambil terduduk di meja makan ia membuka laptop yang sejak semalam ia tinggalkan disana setelah mengerjakan perkerjaannya, Seta membuka slide presentasinya untuk dibaca ulang agar dia menguasai saat presentasi nanti.
" Pagi pagi buka laptop, apa gak sepet mata lu kak ?" Tanya Wiona, adik Seta, yang entah dari kapan sudah berada di area dapur tanpa sepengetahuan Seta.
" Ada presentasi gue, kalo gak bisa jawab bisa dimakan sama dosen nanti " Jawab Seta tanpa menoleh kearah Wiona.
" Lu pasti belom tidur kan, ada kuliah gak lu hari ini? " Sambung Seta
"Kerjaan gue belom kelar mana bisa tidur kak masih ada laporan keuangan yang belum kelar, mepet deadline. Paling nanti jam 2 gue ada kelas si Bardi botak sih jadi lumayan lah dapet beberapa jam buat tidur" Pak Bardi yang disebut botak oleh Wiona adalah dosen terbilang cukup genit kepada mahasiswi yang mengajar di angkatan Wiona.
Seta dan Wiona hanya tinggal berdua di rumah mungil nan minimalis, pasalnya mereka berdua sudah dipaksa harus mandiri sedari sekolah menengah atas. Mereka harus bekerja untuk dapat membayar uang sekolah dan membayar kepentingan lainnya, jika ditanya kemana orang tua atau kerabat lain nya mereka akan menjawab "hilang dimakan musang" sambil tertawa.
Ayah dan ibu Seta meninggalkan mereka sedari Seta duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tingkat akhir. Mereka sudah bercerai dan saling melemparkan tanggung jawab atas hak asuh anak, Seta kesal karena kedua orang tua nya terkesan tak menginginkan Seta dan Wiona ada dihidup mereka. Pada akhirnya Seta memutuskan untuk pergi dan hidup hanya berdua dengan adik semata wayangnya.
Orang tua Seta sangat sangat tidak keberatan dengan keputusan anak nya itu, karena mereka rasa sudah cukup masanya Seta dan Wiona mengganggu kehidupan ayah dan ibu, mereka harus mandiri jadi tidak menyusahkan kehidupan ayah dan ibu. Saking senangnya, masing masing orang tua Seta memberikan mereka sejumlah uang untuk memulai hidup sendiri dengan syarat Seta dan Wiona tidak boleh mengganggu kehidupan ayah dan ibu nya. Kecewa? Sudah pasti, jika dapat memilih dari awal Seta dan Wiona tidak mau lahir dikeluarga yang sangat tidak akur itu.
Seta bekerja paruh waktu di cafe milik ibu Bianca , teman masa sekolah menengah pertama Seta, dan saat ini menjadi penanggung jawab cafe itu. Prata, Ibu Bianca, tidak pernah mengatur jam kerja Seta perempuan paruh baya itu malah membebaskan Seta mau datang kapan saja selagi tidak mengganggu jam belajarnya. Semua itu dilalukan Prata bukan karena hanya Seta teman anaknya, namun karena kemampuan Yang dimiliki Seta sudah sangat membantu cafe kecil nya berkembang. Berbeda dengan Wiona ia menjadi freelancer pengelola keuangan di beberapa perusahaan kecil, walau uang yang ia hasilkan tidak sebanyak milik kakak nya tapi ia tetap ingin membantu kakak nya dalam menghasilkan uang. Mereka berjuang bersama hingga saat ini dapat berkuliah dan hidup cukup.
Jam menunjukan pukul 06.00, Seta bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan kearah dapur minimalis nya. Setelah berhasil mengikat rambutnya asal, ia membuka kulkas dan melihat apakah ada bahan yang bisa ia masak, ia hanya menemukan chicken katsu yang ia buat minggu lalu di dalam freezer dan beberapa sayur yang cukup di buat untuk salad. Seta mengambil dua porsi chicken katsu memasukan nya ke dalam airfryer dan segera membuat salad, ia mempersiapkan semua nya cukup untuk makan Seta dan Wiona. Mengambil tempat makan memasukan porsi untuk dirinya lalu menyimpan nya kedalam paper bag , sementara untuk Wiona ia letakan diatas meja.
Setelah beres ia mengambil laptop dan bergegas kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap, Seta tidak seperti kebanyakan gadis yang membutuhkan waktu lama untuk bersiap. Ia hanya perlu menghabiskan 15 menit untuk mandi dan bersiap, sungguh kecepatan di luar dari normal. Setelah siap ia bercermin untuk mengecek penampilannya hari itu, kemeja satin maroon yang di padukan dengan celana hitam. Mengambil tas dan laptop lalu turun ke bawah untuk mengambil bekal yang sudah ia siapkan tadi.
" Dek gue berangkat dulu, abis makan piring di cuci ya " Pamit Seta kepada Wiona yang direspon dengan jempol saja.
Setelah berkendara selama 30 menit dengan mobilnya, Seta sampai di kampus dengan selamat, untung nya hari ini tidak terlalu macet jadi Seta dapat sampai di kampus sesuai dengen perkirannya. Bergegas ia masuk kedalam kelas sesuai jadwalnya hari ini.
" Hei bian, tumben banget lu udah sampe jam segini. Biasanya telat banget " Ya, itu Bianca teman Seta sedari Sekolah Menengah Pertama.
" Gue telat salah gak telat di tanyain, ribut ajah lah Ta " Seta terkekeh mendengar jawaban dari teman baik nya itu.
Tak selang berapa lama, dosen pengampuh datang untuk memulai kelas. Hari ini Seta melalui dua kelas dengan baik, semua presentasi yang ia persiapkan tereksekusi dengan sempurna dan memuaskan karena kerja kerasnya itu Seta memuai pujian dari kedua dosennya. Setelah kelas berakhir Seta memutuskan pergi ke ruang BEM untuk bertemu anggota organisasi lainnya, seperti yang sudah terjadwalkan bahwa hari ini mereka akan mengadakan rapat membahas perihal kegiatan Ospek mahasiswa baru nanti. Seta memang mahkluk yang cukup aktif dalam dunia perkulihaannya, hal itu ia lakukan karena merasa perlu membuang waktu dengan baik untuk masa mudanya.
Setelah semua kegiatan di kampus berakhir, Seta berencana untuk datang ke Prata Cafe, Tempat ia bekerja, untuk mengecek beberapa hal yang di perlukan operational Cafe.
" Ta tungguin gueee " Seta yang kaget langsung menoleh kearah belakang. Terlihat sosok Bianca yang berlari untuk mengejar Seta.
" Gak usah lari anjir, gue gak bakal ninggalin lu " Respon Seta sesampainya Bianca di samping Seta.
" Lu mau ke Cafe kan? gue ikut nebeng dong, mobil gue lagi di bengkel abis nabrak pager kemarin hehehe " Bianca memang orang yang sedikit ceroboh dan terburu buru, sudah dapat terbayangkan oleh Seta bagaimana bentuk mobil yang masuk bengkel itu.
Seta dan Bianca berjalan beriringan kearah parkiran sambil mengobrol dengan topik random, mata Bianca tertuju kepada seorang pemuda yang berdiri bersama teman temannya tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
" Ta , si Aksa udah balik tu " Ujarnya sambil menunjuk singkat kearah kerumunan yang ia lihat tadi, Seta mengikuti arah yang dimaksud oleh Bianca dan dengan jelas mengenali sosok yang di sebut namanya oleh Bianca.
" Kurang ajar banget, Balik gak bilang bilang " Kesal Seta
" Ah udah lah, ngurusin dia nanti ajah. Buruan ke Cafe yuk, kerjaan banyak Bi " Sambung Seta dan berlalu meninggalkan Bianca dibelakang. Bianca yang tidak mau di tinggal langsung berlari untuk menyamakan langkahnya dengan Seta.
Laki laki itu, Aksara Sander. Teman Seta sedari masa kanak kanak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Widuri
RomansaSebesar apapun rasa yang aku miliki akan terpisahkan oleh takdir, terlalu abu abu untuk ku pandang saat ini. Apakah aku dapat bertahan pada kehilangan dan bangkit ataukah aku ikut hilang di dalamnya. {Widuri} Aku terlambat menyadari bahwa aku menaru...