3 - Meet

103 11 1
                                    

Hyojin POV

Ke sekolah? Mungkin untuk sementara itu tidak bisa. Karena apa? Oh jangan tanyakan alasannya, saat ini aku memiliki sebuah keadaan yang memang harus kuterima.

"Sekarang aku harus kemana?" tanyaku saat kurasa langkah kakiku bingung hendak menapak kemana.

Makam. Yah benar, kurasa kesana bisa menenangkan sedikit pikiranku.

"Baiklah. Park hyojin, kajja!"

Akhirnya kembali kulangkahkan kakiku meski terselip perasaan enggan. Dengan berjalan sambil menundukkan kepala, kutelusuri jalan setapak menuju makam eomma appa.

Heran? Tentu tidak bukan. Ini keadaan yang lazim saat seseorang harus kehilangan orang-orang yang berharga bagi mereka. Dan inilah yang terjadi padaku sekarang.

Tiga hari yang lalu. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Bahkan tanpa kusadari semuanya terlampau cepat dan mendadak. Mereka, orang yang sangat kusayangi, orang yang sangat mencintaiku, mereka yang selalu mengajari dan menjagaku. Mereka,... Mereka sekarang telah tiada.

Karena kecelakaan itu. Kecelakaan sial yang menimpaku beserta eomma dan appa waktu itu. Kalau saja, kalau saja hal itu tidak terjadi padaku.

Aku tahu ini berat. Bahkan sangat berat. Melihat kedua orang yang selalu berada disamping kita pergi begitu saja. Yah, mereka pergi, pergi ketempat yang jauh yang tak mungkin bisa kucapai.

Wajah itu. Wajah yang terakhir kalinya harus aku lihat. Ugh! Air mataku terjatuh lagi karenanya. Mengingat kejadian beberapa hari lalu sukses mengoyak kembalu luka itu.

Tubuhku terduduk lemas didepan makam eomma appa. Mataku memandang sayu, dan buliran itu jatuh dengan derasnya. Hanya diam, menangis tanpa sebuah katapun. Aku tahu eomma appa pasti merasakan apa yang kurasakan sekarang. Merekalah orang yang paling mengerti diriku. Mereka tahu apa yang kurasakan tanpa harus mengujar sebuah kata. Merekalah yang terbaik untukku.

Kumohon waktu, kembalilah.

Jika bisa memilih, lebih baik aku yang pergi.

Jangan mereka.

Aku saja!

Aku rela!

Kumohon!!!

Suara-suara itu terus berperang dalam pikiranku. Kupikir tak ada lagi gunanya melanjutkan hidup jika eomma appa tak ada lagi.

'Apa aku harus menyusul kalian juga?'

Bukan sekali atau dua kali niatan itu seakan menyuruhku. Namun, berkali-kali pula aku memikirkan akibatnya nanti.

Tidak! Bukan sekarang! Aku belum bisa menunjukkan apa-apa jika aku bertemu dengan eomma appa nanti. Itu tidak boleh! Tidak boleh!

Hyojin POV end

After 30 Minutes

Hyojin sekarang tengah berada disebuah halte yang ada didepan pemakaman eomma appanya.

Kepalanya menunduk lesu. Rasanya dia tidak ingin melakukan apapun untuk saat ini. Sebagian hidupnya terasa hilang. Hilang menjauh darinya.

Hyojin-ah, eomma dan appa percaya kelak kau pasti akan menjadi anak yang bisa kami banggakan. Bahkan hingga kami berdua sudah tidak berada disampingmu. Kami percaya kau pasti bisa melewati semuanya, karena kami tahu Hyojin adalah yeoja yang kuat!

Deg,,

Kepala Hyojin terangkat seketika, dia mengingat kalimat yang pernah eommanya ucapkan. Sebuah kalimat pembangun yang sukses mengisi sedikit energi hyojin. Bibir tipisnya melengkung keatas. Meski sangat tipis, tapi yang jelas sekarang yeoja itu sedang tersenyum. Senyum tipis yang sangat manis.

"Geurae! Park Hyojin! Hwaiting! Sekarang tak ada waktu untuk meratapi nasib burukmu! Kau harus bangkit, okay?!"

Usai mengucapkan kalimat penyemangat itu, hyojin beranjak dari duduknya dan melangkah perlahan dari halte itu.

Hingga sampai di penyebrangan jalan, hyojin memperhatikan seorang ahjumma yang tengah kesusahan menyebrang karena membawa banyak barang. Hyojin sebenarnya ingin menolong, tapi nyalinya menciut saat dilihatnya sebentar lagi lampu penyebrang berganti tanda jika para penyebrang tak boleh melewati jalan itu.

Deg!deg!deg!

Beberapa detik lagi lampu akan berganti dan hyojin masih bergeming ditempatnya. Disana memang tak ada siapapun selain hyojin dan ahjumma yang hendak menyebrang itu.

O,
Sa,
Sam,
I,
Il!!!

Tinnn! Tiiinn!

"Ahjumma awas!!!"

Brukkkkk

Hyojin dan ahjumma itu terpental kejalan, bukan karena mereka tertabrak oleh pengemudi yang lewat tadi. Tapi karena hyojin yang berlari secepat mungkin dan menarik ahjumma itu kepinggir jalan.

'Eomma! Appa! Ireonna jebal'

'Adakah orang disini? Ceogiyeo! Salyeojuseyo'

'Eomma~~ appa~~ hikks, bangunlah'

Mata hyojin membulat ketika suara-suara mengerikan itu mengiang dikepalanya. Lantas kedua tangan mungil itu beralih menutup kedua telinganya. Kepala hyojin menggeleng kuat. Raut wajahnya berubah menjadi ketakutan.

"Ahgassi kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat pucat" ahjumma yang hyojin tolong itu merasa khawatir melihat keadaan hyojin.

"Aniya! Andwae! Shireo!"

Diluar perkiraan. Sekarang hyojin berteriak sambil menutup telinganya.

"Ada apa denganmu nak? Kenapa kau ketakutan seperti ini? Apa kau sakit?" ahjumma itu memegang bahu hyojin pelan dan mencoba menenangkannya.

"Aniyo! Eomma,... Appa.... Hiks, kajima"lirih gadis kecil itu.

Akhirnya, seakan mengerti keadaan ahjumma itu membawa hyojin kedalam dekapannya. Dan dalam seketika hyojin merasakan kenyamanan dan kehangatan itu. Dia merasa seperti eommanya telah kembali. Sangat nyaman.

"Eomma~"

Itu kata terakhir dari hyojin sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya dalam dekapan seorang ahjumma yang bahkan tidak ia kenal.

Where Do U Come? [iKon FanFiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang