Sejauh ini Ellea masih harus mewaspadai seluruh gerak-gerik Putra Mahkota. Pasalnya, dari semua orang, hanya Harry yang gerak-geriknya paling mencurigakan. Pantas saja dia yang paling berpotensi membunuh si Putri Mahkota, yang sekarang sedang Ellea perankan. Beberapa waktu lalu lelaki itu menyebutnya bisu dan tidak punya tata krama, kemudian sesaat sebelum memberi salam tiba-tiba saja si mata elang itu mengecup buku-buku jarinya.
"Harry, jangan cepat-cepat!"
Ellea berusaha mengimbangi langkah kaki jenjang pria itu yang terlihat sangat buru-buru. Si Putri Mahkota gadungan tampak kesulitan mengimbangi kecepatan Harry yang didukung tungkai panjangnya. Sambil mengangkat gaun tinggi-tinggi, perempuan itu juga mempercepat langkah.
"Harry!" Dia berseru lagi, "Harry, tunggu! Hhh!"
Harry berhenti, Ellea terengah-engah. Semilir angin musim panas yang kering menyapa mereka, sementara beberapa pohon meranti yang tumbuh tinggi rindang mengelilingi mereka. Membiaskan sinar mentari yang menyorot tepat di atas kepala menjadi cercah cahaya keemasan di balik daun-daun yang bergemerisik. Tanah kering dengan sedikit rumput yang mereka pijak ditumbuhi beberapa tanaman paku-pakuan.
"Aku. Hhh. Tidak. Hhh. Kuat. Hhh. Lagi. Hhh." Ellea menelan salivanya pada tenggorokan yang kering.
"Pasukan Ayahanda Raja sudah di depan, kalau kau lambat seperti ini bisa-bisa kita tertinggal jauh." Harry berdecak dan mendengkus sekaligus. "Lagi pula, kenapa pakai gaun untuk berburu?"
"Ya, mana aku tahu kau mau mengajakku berburu!" Ellea masih sibuk mengambil napas, megap-megap seperti gurami nyasar ke darat.
"Aku sudah bilang padamu untuk memakai pakaian yang simpel dan ringan, 'kan?" Harry berkacak pinggang, beberapa prajurit yang mengikutinya berbaris rapi beberapa meter di belakang. "Ayo, cepat!"
Ellea menarik ujung kemeja Harry, kemudian menatapnya memelas. "Tidak bisa naik kuda saja?"
"Kau bahkan tidak bisa duduk di atas kuda dengan benar, Estelle." Harry mendesah lelah.
Dia teringat bahwa keduanya hampir jatuh saat berkuda dari Istana Spica ke Barack Pegasus. Salahkan wanita merepotkan itu yang tiba-tiba melonjak sehingga membuat hewan berkaki empat itu terperanjat dan lari tidak karuan. Alasan tersebut juga yang membuat mereka harus berburu tanpa kuda, dan hasilnya? Ellea malah kelelahan padahal baru setengah jam mereka memasuki hutan. Jangankan membawa pulang hasil buruan, keluar hutan dengan saja sepertinya sulit bagi sang Putri.
"Estelle, ayo." Harry melirik pada perempuan itu, tapi yang dilirik tajam malah merosot santai dan duduk bersandar di bawah pohon meranti.
Ellea menatap manik kelam yang tertuju padanya, heh, tajam sekali sampai ingin kucolok.
"Estelle," Harry melanjutkan ucapannya, "jangan membuatku terpaksa meninggalkanmu di sini."
Ellea memutar bola matanya malas, "Ya, ya, ya, tinggalkan saja. Biarkan aku dimakan harimau atau beruang, paling besok jadi bangkai."
"Tidak ada yang seperti itu di hutan istana, ck!" Harry berbalik, menarik tangan Ellea yang masih bersandar di batang pohon meranti. "Ayo bangun, merepotkan sekali!"
"Kalau begitu tinggalkan saja aku!" Ellea menepis tangan pria itu. "Jemput aku di sini kalau sudah selesai. Jangan lupa bawakan air."
Harry tertawa hambar, menunjukkan sarkasme pada perempuan itu. "Oh begitu, ya?" Dia mendengkus pelan. "Baik, kita lihat seberapa lama kau bisa duduk di dekat sarang ular."
Mata Ellea membola, secepat kilat dia bangkit berdiri sambil menepuk-nepuk gaunnya. "Oke, ayo jalan."
Sang Pangeran kembali mencangklong set anak panah dan busurnya ke punggung, menarik napas panjang. Sementara Ellea mengerjap beberapa kali sebelum menatap Harry dengan senyuman yang dibuat-buat. Satu pertanyaan terlintas di kepalanya, kenapa seorang Putri Mahkota harus ikut kegiatan berburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me A Princess? [On Revision]
FantasyEstelle Theodore terbangun sebagai istri Putra Mahkota Harziusse Arez Deandrez setelah mengalami kecelakaan, usai pembatalan kontrak naskah yang tidak ia sukai. Anehnya, Estelle justru masuk ke dalam alur cerita naskah itu dan berperan sebagai putri...