CHAPTER 15 : Chaterine Sillian (2)

32.9K 2.9K 137
                                    

Sampai beberapa hari kemudian kabar sakitnya Ratu Arielle tersebar hingga ke seluruh pelosok Deandrez. Hari itu Kate datang lagi ke istana untuk menjenguk Permaisuri. Ellea baru saja mengambilkan ramuan obat untuk Baginda Ratu saat Kate datang bersama ayahnya.

"Hormat kami, Yang Mulia Putri Mahkota." Kate dan ayahnya membungkuk hormat bersama-sama.

Ellea tersenyum simpul, kemudian mengangguk kecil, "Apa Anda memiliki janji temu dengan Ayahanda Raja?"

"Kami kemari untuk menjenguk Yang Mulia Ratu, Tuan Putri." Octavius menjawab lugas, "Mana tahu kami dapat meringankan beban Yang Mulia Raja."

Ellea sebenarnya agak sangsi dengan kedatangan Keluarga Sillian, akan tetapi akan sangat tidak sopan kalau menolak mereka mentah-mentah.

"Siapa, Ell?"

Suara bariton Harry menyapa rungu mereka bertiga. Octavius dan Catherine langsung memberi hormat pada Putra Mahkota. Sementara itu Harry menyadari sesuatu, bahwa ia sudah berbuat salah pada wanita yang berdiri di sebelah Tuan Sillian ini.

Kate menarik diri, ia mundur selangkah saat Putra Mahkota maju dan menyalami Ayahnya.

"Nona Sillian, maafkan ketidaksopanan saya tempo hari." Harry mengulurkan tangannya dan bersiap menjabat tangan Kate.

Ellea tersenyum puas saat Harry mendadak meminta maaf pada Kate. Akan tetapi entah mengapa tetap ada ganjalan yang mengganggu di hatinya. Yaitu saat Ellea melihat Kate yang tersipu malu saat menyalami Harry. Mungkin dia sedang cemburu, tapi tidak juga. Ellea tahu betul bahwa dibandingkan rasa cemburu, ia lebih takut kalau Harziusse akan berpindah hatinya pada Catherine.

"Mari masuk, Ayahanda Raja berada di dalam." Harry mengangguk kecil, kemudian tangannya meraih pinggang Ellea dan menggamit tangannya masuk.

Demi apapun, meski Harry menggamit tangannya mesra, akan tetapi pikirkan Ellea tidak bisa lepas dari seorang Kate. Perempuan berparas super cantik itu pasalnya sukses membuat sang Putri Mahkota rendah diri. Dengan surai pirang yang diimpikan semua gadis bangsawan, ia benar-benar memesona.

"Hormat kami, Paduka Raja Damian Areez Deandrez. Damai negeri ini menyertaimu." Octavius membungkuk hormat, diikuti Kate.

Selain surai keemasannya, Ellea juga iri sekali pada kulit porselen Kate. Belum lagi bola matanya yang sejernih air di sungai Amoa, serta bibir tipis yang entah kenapa tetap terlihat sensual walaupun tidak penuh. Kalau Harry ibarat mencuri ketampanan para dewa, maka Kate mungkin saja sudah mewarisi kecantikan dewi athena.

"Paduka Raja, jika Anda mengizinkan, bolehkah saya melihat keadaan Yang Mulia Ratu lebih dekat?" Catherine tiba-tiba saja mengajukan sebuah ide.

Ellea yang tengah menyuapi ramuan obat pada Ratu Arielle yang terbaring lemah sontak menoleh. Respon yang tak jauh berbeda juga ditunjukkan Harry. Sebelah alis pria itu terangkat, tanda bahwa ia meragukan apa yang Kate usulkan.

"Putri semata wayang saya, Catherine, mempelajari secara khusus mengenai sihir penyembuh di Akademi Gerrard." Octavius berdeham, seolah paham dengan situasinya, "Dan kalau Paduka Raja tidak keberatan, bolehkah putri saya mencoba mengobati Yang Mulia Ratu?"

"Akan ada penghargaan yang pantas apabila putrimu dapat menyembuhkan Ratuku, Octavius." Raja Damian yang tengah berada dalam keputusasaan tidak bisa menolaknya.

Ellea tahu diri. Ia menyingkir dari sisi Ratu Arielle yang terbaring sakit, kemudian ia mundur ke belakang. Kate pun melangkah maju, mengambil tempat bekas Putri Mahkota di sebelah Permaisuri. Detik berikutnya gadis pucat itu membaca beberapa mantra, dan cahaya berpendar dari kedua tangannya.

Kate mengarahkan tangannya pada Yang Mulia Ratu. Dia melakukannya lagi, berulang-ulang. Sampai pada titik tertentu luka-luka di tubuh sang Ratu nampak menghilang perlahan. Dan tak lama kemudian Permaisuri pun membuka matanya.

"Ratuku!" Raja tersentak kaget, lantas memeluk Ratu Arielle yang baru tersadar dari sakitnya, "Astaga, Arielle, aku sangat mengkhawatirkanmu!"

Semua orang terkejut senang. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah Paduka Raja dan Putra Mahkota. Mungkin cuma Ellea yang bimbang, tidak tahu harus sedih atau senang. Karena dengan ini keberadaan Kate akan semakin di perhitungkan.

"Nona Sillian, sungguh, aku sangat berterima kasih pada kemampuan sihirmu yang luar biasa itu." Harry menghampiri Kate, kemudian mengambil tangannya dan mengecup buku-buku jarinya.

Ellea menatap miris pemandangan di depannya. Ia masih ingat betul bahwa dulu Harry juga melakukan hal yang sama padanya. Tepat saat mereka akan pergi untuk memberi salam pada Raja, kala senja hampir tiba di hari pertamanya menginjakkan kaki di Deandrez. Catherine Sillian, apa yang seharusnya kulakukan padamu?

Sementara itu Octavius menyeringai dalam diam.

◇•◇•◇

◇•◇•◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang