Kemudian waktu berlalu begitu saja. Musim semi sudah berada pada puncaknya, dimana tidak ada lagi kuncup yang baru mau mekar. Sepanjang waktu yang berlalu Harry mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Terlepas dari apapun, kini Estelle Theodore sudah menjadi istrinya, dan akan resmi menjadi ratunya kalau ia naik tahkta nanti. Lagi pula Ellea tidak seburuk kelihatannya. Justru sebaliknya, wanita itu seperti sinar matahari pagi yang hangat, ceria, dan 'mengesankan'.
"Harry, bagaimana pendapatmu soal politik luar negeri?"
Pernah suatu kali Ellea menanyakan topik yang berbau politik, dengan bahasa yang unik seperti biasa. Harry mengerutkan kening, mencoba mencerna maksud si Putri Mahkota yang menjajal politik sebagai bahan pembicaraan.
"Politik luar negeri bagaimana yang kau maksud?" Harry malah balik bertanya.
Ellea menyesap tehnya kemudian menatap Harry lekat-lekat, "Ya ... politik luar negeri. Sejenis hubungan baik antar negara."
"Maksudmu dengan Bangsa Trevian?" Harry masih berusaha memperjelas maksud Ellea.
"Bukan," perempuan itu menggeleng cepat, "Kalau Trevian, bukan politik luar negeri namanya. Melainkan penjajahan tersirat."
"Lantas politik luar negeri seperti apa yang kau maksud?" Harry menarik napas dalam-dalam sebelum menyesap tehnya dan melanjutkan, "Ellea, kau tidak lupa, 'kan, kalau Tanah Mounia cuma diduduki oleh Kerajaan Deandrez dan Trevian?"
"Oh, iya ...."
Harry mendesah lelah, "Lantas, kau mau aku berpolitik dengan siapa lagi? Ikan paus, huh?"
Dan percakapan itu berakhir dengan cengiran polos Ellea yang lupa bahwa sekarang ia tinggal di sebuah pulau antah berantah, bukan di benua Amerika yang adidaya. Padahal kegiatan minum teh di sore hari sudah menjadi agendanya dengan Harry, tapi pembicaraan mereka masih saja seperti itu. Lokasi kebun lili yang hanya berjarak beberapa meter dari Istana Spica, membuat Ellea jadi kecanduan minum teh. Apalagi dia bisa bersantai sambil menikmati cantiknya warna-warni lili.
Kehidupan di Deandrez sangat jauh berbeda dengan New York. Walaupun begitu Deandrez juga bukan pilihan yang buruk untuk menghabiskan sisa hidup, apalagi memiliki posisi yang cukup berpengaruh sebagai putri mahkota. Kalau saja dia jadi Catherine yang punya akhir bahagia, pasti Ellea rela walau tak bisa kembali ke New York. Masalahnya adalah Ellea tetap berperan sebagai dirinya sendiri, Estelle Theodore. Putri Mahkota bernasib tragis yang mati di tangan suaminya.
***
"Sudah kubilang jangan masuk sembarangan!"
Ellea masih ingat betul perangai Harry yang sangat pemarah dan menyebalkan itu. Waktu itu ia baru menempati Istana Spica dua hari, tapi Harry sudah membentaknya karena hal kecil. Harry dan Ellea sama-sama memiliki ruang pribadi di dalam kamar mereka, orang-orang kaya di New York akan menyebutnya lemari. Mirip seperti ruangan berukuran sedang yang digunakan untuk menyimpan pakaian, tapi dilengkapi dengan set meja kerja pribadi. Dan Harry, suka sekali berdiam diri di dalamnya.
"Kenapa aku tidak boleh masuk?" Ellea bersedekap di depan pintu, "Aku ini istrimu, aku berhak tahu apa yang dilakukan suamiku seharian di dalam lemari."
"Ruang pribadi, Ell," ralat Harry.
"Oke, ruang pribadi." Ellea mendesah kesal, "Tapi seharusnya kau tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan di situ."
"Apanya yang mencurigakan?" Harry memicing kesal, "Jangan merasa kau berhak atas diriku sepenuhnya hanya karena kita baru menikah dua hari yang lalu!"
"Kau menghindariku, mengurung diri di dalam sana hampir seharian dan melarangku masuk." Ellea tak mau kalah, "Memangnya salah kalau sebagai istri, aku mau tahu apa yang dilakukan suamiku?"
"Kau tidak belajar tata krama?" Harry mengembuskan napasnya kasar, "Aku juga butuh privasi, Estelle."
Ellea jadi ikut kesal, "Iya, aku paham, tapi privasi untuk apa?"
"Aku harus menahan diri, paham?" Harry menggertakkan giginya gemas, "Aku harus menahan diri sebagai seorang pria."
Detik itu juga Ellea paham. Wanita itu kemudian berbalik cepat-cepat dan meninggalkan Harry sendirian di lemarinya--ralat, di ruang pribadinya. Wajah Ellea tiba-tiba merah padam dan terasa panas. Bukan berarti dia akan menyerahkan dirinya pada Harry, tapi tetap saja itu aneh. Mereka 'kan suami istri, seharusnya Harry tak perlu menahan diri. Tapi Ellea jadi tiba-tiba takut kalau seandainya Harry tidak menahan diri.
Pun begitu, Ellea jadi sedikit paham. Meskipun dari luar Harry terlihat dingin, kaku, pemarah, dan kejam, tapi jauh di dalam dirinya lelaki itu adalah orang baik. Harry juga kelihatannya tidak terlalu suka membagikan pemikirannya pada orang lain, termasuk Ellea. Sepasang insan itu tak bisa saling menghindar dalam takdir di Deandrez, tapi setidaknya Ellea bisa tenang karena Harry tidak sejahat yang tertulis di naskah.
Tak terasa sudah lewat enam bulan sejak hari pertama Ellea sadar bahwa ia terdampar di dalam cerita naskah yang ia tolak. Sudah selama itu pula Ellea menjabat posisi sebagai putri mahkota sekaligus istri Harry. Ellea tidak tahu berapa banyak waktu yang sudah terlewat di New York, atau apa yang terjadi pada tubuh aslinya. Dia juga tidak terlalu pandai matematika untuk menghitung selisih waktu antara Deandrez dan New York. Jadi dia akan menikmati waktunya di Deandrez untuk sementara.
"Tuan Putri, waktunya berburu." Suara Frita memanggil dari luar, "Putra Mahkota sudah menunggu Anda di ruang tengah."
Ellea masih mengulas gincu saat suara Frita terdengar. Ada juga beberapa hal yang sangat Ellea sukai sejak menginjakkan kaki di Deandrez. Yaitu gaun-gaun cantik dengan berbagai model dan pilihan warna yang disediakan khusus untuknya. Belum lagi berpasang-pasang sepatu, sederet handbag dan clucth, serta ratusan jenis aksesoris yang memenuhi rak-rak mewah di lemari wanita itu. Untuk seorang fashionista seperti dia, ini adalah surga.
Ellea menoleh sebentar, kemudian melirik pada jam yang sudah menunjukkan pukul tiga sore. Berburu adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh Harry dan Ayahandanya seminggu sekali. Kalau diingat-ingat, ini adalah kegiatan yang paling Ellea hindari dulu. Dia sempat heran, kenapa laki-laki suka sekali pergi ke hutan untuk memburu hewan. Tapi setelah berkali-kali ikut Ellea akhirnya terbiasa.
"Sudah selesai?" Harry tersenyum lembut ketika Ellea muncul dari arah koridor kamar tidur.
Ellea memberikan senyuman terbaiknya. Sebuah lengkung manis dengan deretan gigi yang tersusun rapi, juga mata yang menyipit membentuk bulan sabit. Wanita muda itu kemudian menggamit tangan Harry tanpa diminta. Harry lantas meletakkan tangannya pada pinggang Ellea, dan semakin mengikis jarak diantara mereka berdua.
Bertahun-tahun berlatih akting, ini adalah pertama kalinya Ellea menggunakan keahliannya selama hampir 24 jam setiap hari. Ada beberapa rencana yang sebenarnya sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari, ini terkait masalah hukuman mati yang akan dia terima kalau Catherine datang. Dalam naskah dijelaskan bahwa Catherine Sillian masuk ke dalam kehidupan Harry di waktu-waktu menjelang Rose Night.
Rose Night adalah malam peresmian pernikahan Harry dan Ellea, sementara dalam cerita Estelle yang kaku tidak bisa mencairkan suasana karena Harry terlalu dingin. Hubungan mereka kelewat canggung dan Estelle Theodore versi bangsawan ini terlalu statis. Sehingga pada akhirnya Harry bertemu Catherine di sebuah perjamuan makan, yang mengantar mereka pada cinta terlarang. Di dalam cerita sifat Catherine berbanding terbalik dengan Estelle.
Estelle yang kaku dan statis harus berhadapan dengan Catherine yang ceria, baik hati, dan lembut. Mereka bersaing untuk mendapatkan hati Putra Mahkota. Jelas saja Estelle versi bangsawan kalah telak, dan akibatnya dia mati ditangan suaminya sendiri. Sungguh ironi, dan Ellea yang sekarang tidak mau bernasib sama dengan versi dirinya di dalam naskah. Sementara ini Ellea punya dua rencana: satu, bersikap manis pada Harry dan membuatnya jatuh hati sehingga Catherine tidak bisa masuk ke dalam pernikahan mereka; atau dua, ia akan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan kabur saat Catherine datang.
Sampai detik ini, Ellea berusaha memantapkan hati untuk memilih yang kedua. Jadi dia akan mengumpulkan banyak emas dan perhiasan sampai Catherine muncul. Semoga saja hatinya juga bisa sejalan dengan rencananya.
◇•◇•◇
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me A Princess? [On Revision]
FantasyEstelle Theodore terbangun sebagai istri Putra Mahkota Harziusse Arez Deandrez setelah mengalami kecelakaan, usai pembatalan kontrak naskah yang tidak ia sukai. Anehnya, Estelle justru masuk ke dalam alur cerita naskah itu dan berperan sebagai putri...