4.Buku

495 25 5
                                    

Aku nggak menangis,ini hanya kelilipan, batinku. Sumpah, aku nggak merasa sedih. Kami bukan putus seperti orang pacaran! Kami hanya menselesaikan hubungan sandiwara kami selama satu hari dua malam, itu saja.
Tetapi entah kenapa aku merasa sakit di hatiku.
Mungkin saja aku hanya merasa Kevin seharusnya mengatakan itu dari awal bukan tiba-tiba memaksaku. Aku tidak suka itu.
Tapi.. aku merasa perasaanku sangat kacau sekarang.
Aku membuang buket bunga pemberian Kevin di tempat sampah depan rumahku dan segera memasuki rumahku.
Tidak ada siapa-siapa, hanya ada mbak Tia, asisten rumah tangga pulang-pergi di rumahku.

" Eh udah pulang! " sapa Danny dari lantai atas.
Mataku membulat.
Aku kangen Danny!, meskipun kami satu rumah tetapi Danny selalu sibuk dengan urusan kuliahnya, jadi kami jarang bertemu.

Danny menuruni anak tangga satu per satu.
Dia menatapku sambil memegang pipiku.

" Wow kita lihat wajah adikku yang sedih disini " memencet kedua pipiku gemas.

" Apa sih aku gak sedih " gerutuku.

" Masa? matamu terlihat sembab " dia tertawa kecil.

Aku tersenyum kecut.
" Terserah kau, aku mau ganti baju " aku melepaskan tangannya dari wajahku dan segera menuju kamarku di lantai atas.

Setelah berganti baju rumah aku mencari Danny.
" Danny aku rindu padamu " kataku dengan manja begitu melihat Danny yang sedang duduk di sofa ruang tv lantai atas.
Aku ikutan duduk disampingnya dan bersandar di pundaknya.

" Aku juga rindu adikku. Hanya saja begitu melihatnya dia terlihat sedih " ujarnya.

" Kamu putus dengan pacarmu ya? " tanyanya.

Aku melotot, " Aku gak punya pacarrrr!!! Ahhh kenapa sih kalian gak percaya padaku, mama, papa dan sekarang kau Danny " jawabku kesal.

Danny tertawa terbahak-bahak. " Oke oke, I trust you, terus kenapa kamu sedih? " tanya Danny.

" Aku juga gak sedihhh, ah Dannyyy!! " jawabku.

" Wowowow adikku seram sekali ",
" moodmu pasti sedang gak bagus " dia tertawa lagi.
" Well, mama dan papa akan pulang telat. Gimana kalau kita nonton bioskop dan makan malam di luar? " dia menaikkan alisnya.

Aku menatapnya senang, " aku akan bersiap-siap " ucapku segera bangkit dari sofa dan menuju kamarku.

Danny hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Pev! Cepatlah " Danny meneriakiku dari bawah.

Aku segera turun ke bawah.
Segera kukunci pintu rumah karena mbak Tia sudah pulang.
Kutaruh kunci di tempat rahasia dan memasuki mobil Danny yang sudah menunggu di luar.

" Mau nonton apa?? " tanyanya.

" Film romance " jawabku.

Dia menghela nafas, " duh Pev..., emang ya anak perempuan demennya yang romance,kenapa enggak action atau horror ? bagiku itu lebih seru " .

" Hmmm.. aku juga suka action atau horror, cuman aku lagi mau nonton romance.. " ucapku.

Danny tersenyum, " kamu sudah dewasa ".

" Yaa masa kecil mulu " dengusku.

Danny tertawa. " Action aja ya? gimana?please " pinta Danny.

" Okee, gak papa kok " aku mengangguk setuju.

Kami pun sampai dan segera membeli tiket bioskop dan masuk ke studio karena film akan dimulai.

Setelah satu setengah jam, kami selesai menonton dan saling berpendapat tentang film yang ditonton.

" Mau makan apa? " tanya Danny. Waktu memang sudah menunjukkan waktu makan malam.

Love.HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang