15.Pertemuan Kedua

356 20 2
                                    

Hari Jum'at ini aku dan Kevin punya janji untuk belajar bersamanya di rumah Kevin. Karena esok kami akan tes di universitas yang kami pilih. Kevin akan tes di universitas yang berbeda dari universitas pilihanku dan mengambil jurusan bisnis. Aku sangat menantikan bel pulang sekolah berbunyi.

Pagi ini aku berangkat bersama mama, karena papa sangat sibuk dan Danny juga sibuk. Kevin?. Oh dia tidak bisa mengantarku karena ia harus mengantar sepupunya ke sekolah, sepupunya yang menginap.
" Mama senang deh dengan pacar kamu itu, orangnya ramah kalau datang terus ketemu mama pas bukain pintu " kata mama sambil fokus menyetir. Aku terssnyum mendengarnya, " dia 'belum' jadi pacarku " ucapku. Mama memukul kepalaku, " haaaa kamu nih bohongin orang tua mulu, dosa tau " . Aduhh siapa yang bohong lagi... .Aku meringis kesakitan, " ih sakit maa.., jangan dipukul dong ". Mama tertawa, " Nanti kalo kamu udah disakitin pacar kamu, kamu cari yang lain aja " kata mama, " masa udah disakitin tapi masih bergantung, kan menyedihkan banget " tambahnya. Aku tertawa kecil. " Iya lah ma " ucapku sembari mengangguk setuju." Belajar yang rajin makanya " kata mama. Aku memutar mataku, " apa hubungannya deh maa " kataku. Mama membesarkan matanya, " wah ada dong honey, kalo nggak pintar kamu mana tahu rumus cinta dari matematika ". Aku melongo kebingungan mendengar sang ibu yang berapi-api mengatakan 'rumus cinta dari matematika'. " Ha? rumus cinta dari matematika? mama enggak salah ngomong? " tanyaku. " Rumus segitiga kan termasuk rumus cinta tuh? " jawabnya. " cinta segitiga maksudnya hahahaha " mama tertawa terbahak bahak. Aku melongo kebingungan. Oooh.. jadi itu lawakan. " Hahaha... bisa juga mama " aku tertawa garing. Sebenarnya itu sangat aneh dan tidak lucu menurutku. Tidak lucu sama sekali malah.

" Dahh sayang, belajar yang semangat yaa " mama melambaikan tangan begitu aku keluar dari pintu mobilnya. Aku tersenyum dan memasuki gedung sekolah. Begitu masuk aku segera menuju ruang kelasku. Lisa belum datang, jadi aku mengobrol dengan Brian yang tepat duduk di belakangku.
" Buleeeeee! " teriak Kirana sambil menghampiriku.
" Eh iya kenapaa? " sahutku. Ia duduk di kursi Lisa. " Lo nanti pulang mau kemana? " tanyanya. Lisa seperti berbicaa serius denganku. " Eh... gue rencana mau belajar bareng Kevin... " jawabku, " kenapa Kir? ". Dia menaikkan alisnya, " yaa.. Pev, gue harap lo bisa batalin " ucapnya. Aku melotot, " lah kenapa? " tanyaku. Kirana menyerengitkan dahinya." Ada yang harus diomongin.. antara lo dan gue dan juga... " ucapnya terputus. Ia menghela nafas dan melanjutkanny " laki-laki yang kemarin ". Aku menatap Kirana kebingungan, " Ha?? emang kenapa Kir? " ucapku. kirana menghembuskan nafas, " kalo gue cerita sekarang pasti bakalan panjang.. jadi mending pas pulang kita bahasnya ". " Kir, gue udah bilang, gue gabisaa, gue mau belajar bareng Kevin. Besok tes " keluhku. Kirana menggigit bibir, " sebentar saja oke, habis itu lo bisa belajar bareng Kevin " ucapnya. Aku berpikir sebentar. Pembicaraan ini pasti penting. " Oke Kir, sebentar aja. Oke oke dimana? " tanyaku. " Di halte aja, gue tunggu " Kirana mengedipkan matanya dan kembali ke tempat duduknya begitu melihat Lisa yang sudah datang.
" Lo sama Kirana abis gosipin gue ya? iya kan? " ucapnya sambil duduk di kursinya. Aku mendesis, " ngapain banget deh gue sama Kirana gosipin lo, kurang kerjaan banget ". Lisa mendengus, " ah gue penasaran jadinya kan, kalian ngomongin tentang apa? " tanyanya. " Oh, ga penting " jawabku. Lisa memutar bola matanya, " oke gak penting " ucapnya.

" Emang kenapa Pev? " tanya Kevin begitu aku beri tahu ia kalau aku akan telat untuk belajar bersama di rumahnya. Kami sedang makan siang di kantin. " Ooh.. masalah kecil aku dan temanku " jawabku. " Oh ya? masalah apa? mau kutemani? " tanyanya lagi. Aku menggeleng, " haa.. gausah Kev, gaada hubungannya kok sama lo " jawabku. " Oke, gue percaya sama lo " ujarnya sambil tersenyum. Aku membalas senyumnya.." Lo merasa nervous banget gak sih buat besok? " tanyaku. " Emm.. sedikit yaah hanya sedikit takut " jawabnya. " Gak satu universitas.. hmm susah dong ya buat ketemu " kataku. Kevin menghembuskan nafasnya, " ingat Pev, kuncinya kita harus saling percaya,jangan lupa dong " ucapnya. Aku tertawa, " hahaha.. iyaaa ". Kevin tersenyum, " yang pasti.. lo nggak umpatin sesuatu dari gue kan? " tanyanya. Aku yang sedang mengunyah makananku tersedak. Umpatin sesuatu darinya?!. " Duh Pev, pelan-pelan " kata Kevin sambil meyodorkan minumanku. Aku meminumnya dan menatap Kevin. Tentu aku menyimpan sesuatu darinya.. buku Ann. " Enggak... aku tidak umpatin apa pun darimu " jawabku berbohong. " Kalau begitu, waktu itu kamu ingin memberikan apa padaku? " tanyanya. " Oooh... itu, aku belum siap memberikannya " jawabku. Kevin tertawa, " oke, kamu bisa memberikan itu saat kamu siap, memangnya kamu ingin memberikan apa? " tanyanya lagi. Aku menggigit bibir bawahku, " ada deh " jawabku. Kevin tersenyum jahil melihatku.

Bel pulang berbunyi. Aku cepat-cepat mengikuti Kirana menuju halte. Kami ingin ke suatu tempat menaiki bus. Aku menyikut Kirana pelan, " Kita mau kemana? " tanyaku. Kirana menoleh, " ke cafe, teman gue menunggu di sana " jawab Kirana. Aku mangut-mangut. " Terus.., kita mau ngomongi apa sih emangnya? nggak lama kan? " tanyaku lagi. Kirana menggeleng, " yang mau ngomongin sesuatu itu bukan gue sebenarnya, tapi teman gue " jawabnya, " nggak bakal lama kok, kita ini mau ngomongin tentang... Ann ". Aku terkejut, " terus apa hubungannya gue sama Ann? " tanyaku. Kirana menghela nafas, " Ann sedang kacau, emosinya sedang tidak bisa dikendalikan setelah ia tau..." Kirana memutuskan perkataannya. Matanya berkaca-kaca, " yaaah, pokoknya.. dia sering mengomel sendiri, kalo lo itu cewek murahan " tambah Kirana. Astaga, seburuk itukah emosi Ann?. Apa ini karena Kevin?, tapi sewaktu itu bukannya dia bilang ia menerima pilihan Kevin yang memilihku. " Maaf Kir, apa Ann mempunyai gangguan mental? " tanyaku. Kirana menggeleng pelan, " bukan gangguan mental.. dia emosi aja " jawabnya. Percakapan kami berhenti ketika bus yang ingin kami tumpangi datang.

Kami sampai di pusat kota. Kirana mengajakku ke sebuah kedai waffle yang terkenal di kota. Laki-laki itu ada di sana, ia sedang duduk sambil memperhatikan kami yang sedang memesan waffle. Begitu kami menuju kursi yang ia duduki, ia berdiri. " Hey ga, lama ya? " sapa Kirana.
Laki-laki itu tersenyum, " haha enggak kok, gue juga baru sampai, oh hai Pevita, makasih ya udah datang " ucapnya. Aku tersenyum mengangguk. Kami duduk dan mengobrol kecil-kecilan. Aku melihat jam, baru sepuluh menit kok.. . " Emm.. maaf bisa kita langsung bahas ke topiknya aja? gue gapunya banyak waktu " ucapku. Kirana dan laki-laki itu mengangguk. " Oke.., gimana kalau kita kenalan dulu sebelum bahas topiknya? " tanya laki-laki itu sambil mengajakku bersalaman. Aku menyalaminya, " ah, iya juga kita belum kenalan. Pevita ". Dia tersenyum, " gue Angga, makasih udah mau datang " ucapnya. Tunggu.., bukannya Angga itu orang yang pernah Ann tulis di diarynya?

Love.HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang