12.Misteri

381 20 0
                                    

Hari berganti hari, tak terasa sekarang sudah memasuki pertengahan akhir bulan Februari. 4 bulan lagi, aku akan menghadapi ujian akhir. Dan 4 bulan lagi aku akan berpisah dari teman-temanku.

Hari ini hari Senin. Seperti biasa, aku mengawali hari dengan bangun pagi, mandi, merapihkan buku dan sarapan. Begitu selesai sarapan aku mengintip dari ruang depan. Kulihat mobil Kevin sudah ada di depan. " Ma, pa, aku pergi dulu ya " aku segera meraih ranselku di kursi. " Iyaa, hati-hati ya. Cepatlah Pev, nanti temanmu kelamaan tunggunya " kata mama. Aku mengangguk dan segera keluar. Setelah itu, aku segera memasuki mobil Kevin.

" Morning, lama ya? " tanyaku sambil memasang seatbelt. Dia tersenyum, " morning Pev, enggak kok " jawabnya. Kevin pun segera melajukan mobil sampai sekolah. Selama di perjalanan kami mengobrol banyak hal. " Bentar lagi ujian akhir lhoo " ucap Kevin. Aku mengangguk, " sedih ya, masa-masa SMA udah mau habis " tambahku. " Oh ya? menurut gue gak ada kenangan tuh di SMA " ujar Kevin. Aku merengut. " Kenapa? haha " tanyanya sambil tertawa. " Terus lo sama gue? " tanyaku berbalik. " Gue sama lo ya bukan kenangan dong haha " katanya. Aku tersenyum tipis. Senang rasanya ketika Kevin berkata kalau dia akan selalu bersamaku secara tidak langsung. Tapi.. kami ini tidak pacaran. Kata Kevin, sewaktu-waktu dia pasti akan memintaku menjadi pacarnya. Hanya saja untuk saat ini masih belum, terlalu cepat katanya. Aku terima itu. Itu memang benar. Kami dekat dan tahu satu sama lain tepat sebulan yang lalu. Dan ini yang pertama bagiku untuk serius menyukai seseorang. Ini pertama kalinya. Ternyata, beginilah menyukai seseorang. Kau merasa sangat nyaman begitu didekatnya. Perasaanmu bermain dengan sendirinya. Tidak bisa kau kendalikan. Apalagi degupan yang terus semakin kencang begitu engkau didekatnya.
" Pev? nggak turun?mau bolos aja?hahaha " suara Kevin membangunkanku dari pikiranku.
" Ah iya, yuk " aku segera membuka seatbelt dan turun. Setelah menutup pintu mobil, aku dan Kevin berjalan bersama memasuki gedung sekolah.

" Cie sekarang bareng Kevin mulu " kata Lisa sembari menaruh tasnya di bangku. Aku tersenyum, " ingat kami belum pacaran " . Lisa tertawa, " oke belum, akan kuingat itu haha " dia duduk. Lisa sudah tahu tentang aku dan Kevin. Reaksinya saat pertama kali mengetahui itu, dia sangat kaget dan senang. Katanya, dia senang karena aku akhirnya bisa merasakan 'cinta pertama'. Aku tak mengelaknya, itu kenyataan. Aku benar-benar jatuh hati pada Kevin.

Begitu bel istirahat berbunyi, Kevin menghampiriku. Lisa sudah pergi ke kantin bersama Kirana. " Mau ke kantin? " tanyanya. " Nggak udah kenyang, ke rooftop yuk " jawabku.
" Ngapain? " tanya Kevin lagi.
" Nggak tahu? yaah.. santai sedikit, mau mengeluarkan pikiran gak penting " jawabku.
Kevin tertawa, " jangan terlalu banyak berpikir Pev, cepet tua lho " ucapnya lagi. Aku memukul punggungnya pelan, " gausah bercanda iih..! " seruku.

Kami menaiki tangga menuju rooftop. Kubuka pintu rooftop. Bisa kulihat pantulan sinar matahari yang bersinar. Aku menyenderkan tubuhku di pagar pembatas. " Terus kita mau ngapain? " tanya Kevin. " Berbicara tentang sesuatu? " aku tersenyum. " Oke, mau bicara tentang apa? " tanya Kevin. " Kalau kita berpisah? maksudku, 4 bulan lagi kita akan berpisah bukan? " ucapku. Kevin menatapku , ia terlihat terkejut. Tapi seperti biasa, ia dapat menutupinya. " Kenapa berpikir jauh seperti itu Pev? tentu saja kita akan tetap bersama jika kita saling percaya " katanya.
" Oke, kita saling percaya " ulangku,
" hanya saja gue nggak yakin ".
Kevin menghela nafas, " nggak usah berpikir yang enggak-enggak deh Pev, ini baru awal cerita " ucapnya sambil membelai rambutku.
" Gue cuman mau lo selalu ada di dekat gue dan kita saling percaya, gimana? ". Kevin memang selalu bisa membuatku nyaman kembali. Aku tersenyum, " makasih Kev " ucapku. Dia berdiri di depanku. " Lo tuh kebanyakan mikir " dia mendorong kepalaku dengan telunjuknya.
" Yaa harus mikir dong ke depannya gimana.. " kataku.
" Pev, gak usah mikir terlalu panjang, gue selalu ada buatlo dan gue gak akan ninggalin lo saat sekarang atau nanti " . Kevin benar-benar hebat membuatku berdebar.

Begitu selesai belajar bersama Kevin di perpustakaan kota, aku pulang ke rumah tanpa bersama Kevin. Kata Kevin, dia harus membantu ayahnya di perusahaan keluarganya. Jadi ia hanya mengantarku ke halte dan melihatku sampai menaiki bus.
Oh ya, sebelumnya Kevin dijuluki sebagai anak cabutan. Maksudnya, dia sering pulang saat sekolah. Sekarang aku tahu, sebenarnya, Kevin izin karena sering membantu ayahnya di perusahaan keluarganya. Maklum, dia anak satu-satunya dan penerus perusahaan.
Aku segera menaiki bus yang menuju rumahku. Keadaan bus sangat penuh saat itu, aku sampai tidak kebagian tempat duduk. Sambil menggantungkan satu tanganku di pegangan, aku chattingan dengan Lisa dan Hana. Tidak kusangka, Ann meng-greet ku di 'LINE'. Aku membalasnya :

A: halo..
P: hai Ann..
A: Pev gue nggak mau banyak basa basi... lo sama Kevin?
P: ya..iya...
A: lo udah kasih bukunya ke Kevin?
P: udah ( aku berbohong )
A: oke gue percaya, gue bisa liat kalo lo nggak bohong
P: oke
A: dia nggak ada reaksi apa-apa?
P: dia diam aja ( bohong lagi )
A: hm.. setidaknya gue udah berusaha
P: maksudlo?
A: gue mau Kevin sama gue lagi tapi kayaknya dia udah milih lo, oke gue udah nggak apa-apa
P: maaf Ann, gue gatau..
A: pilihan Kevin ke lo itu yang terbaik, gue tetep sayang dia cuman gue senang kok apa yang dia pilih:)
P: Ann.. maaf, gue nggak tahu kalo lo sama dia dulu..
A: udah lo nggak usah bahas yang udah berlalu
A: Pev, jaga perasaan Kevin baik-baik ya,soalnya gue sayang banget sama dia, lo ngerti kan maksud gue
P: iya Ann gue ngerti, gue janji
A: makasih Pev udah kasih titipan gue ke Kevin
P: Iya Ann.. sama-sama ,btw, kok lo cuti?kita sekelas penasaran loh

Tidak ada jawaban dari Ann setelah ia-mebacanya. Yap, ia hanya membacanya. Bus berhenti di halte sebelum halte komplekku. Karena dekat pintu, aku berdesakkan dengan orang yang ingin turun.
" Thanks Pev " ucap seseorang yang melesat turun begitu aku menoleh. Siapa? Itu Ann?. Aku melihat Ann sangat berantakkan seperti waktu itu. Bajunya sangat tidak nyambung plus rambutnya yang berantakkan.
Tetapi, aku berusaha menyapanya, tapi pintu bus tertutup dengan cepat. Jadii... daritadi Ann memperhatikanku? dia menaiki bus ini juga?. Aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri. Jujur saja, begitu melihat Ann aku langung teringat akan buku itu.. . Aku sudah bertekad kalau aku akan memberikannya pada Kevin. Tetapi tidak untuk saat ini. Dan, kenapa Ann terlihat sangat berantakan? mendadak sikapnya berubah. Apa itu sebab tekanan mental? apakah ia.... berkepribadian ganda?

Love.HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang