Tak seorangpun tahu kenapa aku jadi begini. Bahkan, aku sendiri pun tidak yakin apa penyebabnya. Yang pasti, setelah kejadian dua bulan lalu, jangan harap aku akan sehangat dulu.
*Flashback on*
"Maaf, aku mencintainya" lirih gadis di depanku ini sambil menatapku dengan perasaan bersalah yang dalam.
"Dia sahabatku dan kamu dengan kurang ajarnya bilang ke aku kalo kamu mencintai dia bukan aku? Gila kamu," balasku dengan nada tinggi. Jelas pengakuan gadis itu berhasil menyulut emosiku.
"Maafkan aku..." gumamnya lalu memelukku dan menumpahkan tangisnya di dadaku.
Rahangku mengeras. Setelah mengkhianatiku, ia masih berani memelukku seperti ini?
"Pergi!"
Namun, dia tetap bertahan di tempatnya.
"Kalau kamu masih diam disini, biar aku saja yang pergi"
Seakan tidak mendengar gertakanku, gadis itu masih terus membenamkan wajahnya di dadaku yang kini terasa basah.
Aku membuang napas kasar lalu dengan enggan menyentakkan tubuh gadis itu hingga pelukannya terlepas. Dengan mata yang basah, ia menatapku tidak percaya dengan sikap kasarku barusan.
Tanpa memedulikannya lagi, aku pun pergi meninggalkannya.
*Flashback off*
Aku menghembuskan napas berat. Setiap kali mengingat kejadian itu, rasa sakit yang sama menghujam hatiku dengan kejam. Menyayat berulang kali luka menganga di hati yang tidak kutahu kapan akan sembuh.
Hanya karena seorang gadis, kini aku ragu membiarkan hatiku tetap bebas memilih seseorang untuk dicintai. Takut? Iya, aku takut hal sama terjadi untuk kedua kalinya. Sudah cukup rasa sakit yang kuterima akibat mencintai sembarang gadis.
Gadis itu. Dia kini bisa menebar senyum bahagianya. Ya, ia berhasil mendapatkan keinginannya. Setelah meluluhkanku, ia membuangku begitu saja demi mendapatkan yang baru. Walaupun aku sedikit ragu ia memang gadis seperti itu.
Dan karenanya, aura hangatku membeku. Tidak ingin merasakan sakit yang lebih parah lagi, aku pun menutup hati, menjauhi setiap gadis yang berusaha mencuri perhatianku yang mahal. Ini semua karena dia.
Aku sangat membencinya.
Tapi, hati kenapa kau tidak menyesal pernah mencintainya?
***
Sumbangkan vote mu, kawan :)
Peny_Chan
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories About Pain
RomanceUntukmu, yang ingin tahu betapa menyedihkannya diriku yang terperangkap di balik kata cinta. Tak ada yang kurasakan, selain sakit. Peniu.