Aku punya sebuah cerita. Tentang diriku dan seseorang di masa lalu. Tentang rasa sakit yang terus membekas, menggerogoti hati yang semakin layu dalam putaran waktu.
Pada awalnya, aku hanyalah gadis biasa yang tiba-tiba menemukan cintanya. Saat itu, aku tak bisa menyembunyikan kebahagiaanku karena akhirnya aku jatuh cinta. Semua terasa berbeda, menjadi lebih indah. Aku menikmatinya.
Hingga lama-kelamaan, aku akhirnya jatuh terlalu dalam. Semakin tergila-gila akan sosoknya, tak lagi mampu mengendalikan perasaan membara di hati kecilku. Aku melangkah maju dengan menggenggam keyakinan, percaya bahwa perasaan ini tak lagi bisa kupendam lebih lama lagi. Aku semakin mendekat, penuh percaya diri, penuh harap, dan penuh cinta.
Aku tergila-gila padanya. Aku mencintainya. Kalimat itulah yang terus kuulang-ulang dalam pikiran, hingga langkah ini membawaku semakin dekat dengannya. Dan akhirnya, aku sampai di depan pria yang telah lama kupuja-puja, mengulurkan tangan dengan senyum yang tak tertahankan.
Aku mencintainya dan akan terus seperti itu. Kepolosanku inilah kesalahan yang tak kutahu. Bodohnya aku yang tak sempat tersadar sebelumnya, bahwa dia belum tentu menerima uluran tanganku.
Haruskah aku melanjutkan cerita ini sampai selesai? Ataukah kuhentikan saja sampai disini? Aku tak sanggup menceritakannya karena itu membuatku kembali teringat. Rasa sakit akan kembali menusukku tanpa ampun. Tapi tak mengapa, sepertinya aku mulai terbiasa.
Maka akan kulanjutkan kisah yang sempat terhenti ini.
Aku tak lagi menyembunyikan perasaan ini, sehingga dia akhirnya tahu. Berdebar kencang jantungku ketika menunggu reaksinya. Begitu lama terasa, tapi aku tetap bersabar. Berharap nanti perjuanganku terbalaskan. Tapi saat dia tahu aku mencintainya, ia menolakku. Meski caranya sangat halus, tapi tetap tak bisa menghindarkanku dari rasa sakit, seakan bagian hatiku terasa nyeri dan sesak sebelum akhirnya patah dengan bekas retakan yang tak membuatnya terlihat lebih baik.
Aku mundur, menjauh. Niatku ingin melupakan semua kesalahan ini. Melupakan sosoknya yang jika kuingat terus akan membuatku tanpa sengaja meremas hati, hingga sakit yang sama kurasakan tanpa henti. Aku ingin melupakan kenangan pahit itu karena aku tak ingin lebih sakit lagi.
Tapi tahukah kau? Melupakan dia tak semudah saat aku mencintainya.
Hati, pada akhirnya kau sendirian menanggung rasa yang tak mampu kau lenyapkan.
Peni U.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories About Pain
RomanceUntukmu, yang ingin tahu betapa menyedihkannya diriku yang terperangkap di balik kata cinta. Tak ada yang kurasakan, selain sakit. Peniu.