6

17.7K 1K 12
                                    

Maaf ya, selalu banyak typo bertebaran.

Happy Reading

'Mungkin orang kira ini berlebihan tapi, inilah caraku menyayanginya. Seolah dia bayi kecil yang sangat rapuh'

----------

BUGH

"Lu..seharusnya elu yang terbaring disana!! Dasar ga bertanggung jawab!" Seketika Raffa terjerembab ke lantai ubin putih mengkilap itu. Darah segar mengalir disudut bibirnya. Dia tidak berniat membalas orang yang telah memukulnya karena tanpa berkenalan pun ia tau siapa orang yang memukulnya membabi buta.

Imam menarik kerah baju Raffa hingga Raffa terpaksa berdiri. Imam menatap Raffa tajam penuh amarah. Raffa juga membalas tatapan itu tak kalah tajamnya tapi dia menekan emosinya. Dada Imam naik turun cepat, seiring dengan tarikan nafasnya yang memburu. Hingga akhirnya dia mengembalikan kesadarannya dan mengendalikan emosinya.

"Sorry.." Imam berujar lirih. Menundukan wajahnya dan duduk disisi ranjang Quinn. Diraihnya tangan Quinn dan digenggam erat, tatapannya sendu. Diusapnya jari Quinn yang terbalut perban.

"Sorry juga..gua tau, ini salah gua. Lu seharusnya ngehukum gua lebih dari ini" ujar Raffa sarat penyesalan. Ia berjalan kesisi lain ranjang dan duduk. Ia juga menggenggam tangan Quinn. Tatapannya sendu, memandang wajah nenek yang sudah seminggu ini merawatnya.

"Kenapa lu malah ninggalin Mimi?" Imam terdiam sejenak "lu tau, alasan kami semua ga pernah ninggalin Mimi itu apa? Kami bener-bener ga rela waktu nenek Uti bilang, Mimi harus tinggal sama lu. Cucu nya yang bahkan kami semua ga pernah tau elu itu gimana. Kami semua cuma tau kalo elu ga pernah suka kenal keluarga. Lu ga pernah peduli sama kami. Gimana mungkin Mimi kami biarkan tinggal sama lu. Mimi malah bilang, ga boleh ada cucunya yang ditinggal sendirian. Tapi, lu malah ninggalin Mimi?!" Ujar Imam tanpa menoleh pada Raffa, tatapannya sendu menatap wajah Quinn.

"Maaf..gua tau ini salah gua. Tapi gua ga tau kalo cuma ninggalin dia sebentar bisa bikin dia kayak gini" Raffa mengusap tangan Quinn.

"Mimi ga pernah suka sendirian, dia bakalan panik, dan melakukan hal-hal yang ga masuk akal itu semua untuk menutupi kepanikannya. Lu...bisa jelasin dari mana luka ini?" Tunjuk Imam pada jari Quinn yang terbalut perban "dan ini, kenapa lembam?" Tunjuk Imam pada kedua kaki Quinn. Ya, tadi pagi saat Imam sampai dijakarta dia langsung ke rumah sakit. Raffa mengabarkan pada Papanya bahwa dia membawa Quinn kerumah sakit.

Imam terkejut ketika melihat keadaan Quinn yang terbujur di ranjang rumah sakit, diperiksanya keadaan Quinn dan ia melihat lebam itu. Hal itu membuat Imam naik pitam. Bagaimana mungkin Raffa bisa membiarkan Mimi nya terluka seperti itu, bahkan mereka yang sudah belasan tahun tinggal dan dirawat Mimi nya saja tidak pernah membiarkan Miminya terluka sedikitpun. Mereka rela mereka yang terluka.

Seperti sewaktu Quinn masih sekolah dengan mereka. Ada anak perempuan yang kesal dengan Quinn karena kedekatannya dengan cowok-cowok keren disekolah (ya, jelas Quinn dekat karena cowok-cowok itu rata-rata keponakan dan cucunya). Perempuan itu berniat mendorong Quinn namun Imam melihatnya ia langsung menarik Quinn dan akhirnya ia yang terjerembab mengguling di beberapa anak tangga.

Atau saat Quinn menangis meminta diajarkan naik sepeda, mereka bersikukuh tidak mau dan memilih membonceng Quinn. Mereka bersedia mengantar Miminya itu kemanapun. Mereka tidak mau Quinn terluka saat belajar sepeda, karena mereka semua tau rasanya jatuh saat belajar sepeda.

Masih banyak lagi yang mereka korbankan demi melindungi Quinn. Tapi ini, Raffa malah dengan seenaknya dalam waktu sehari semalam ia membuat berbagai macam luka pada Quinn. Hal ini jelas membuat semua yang mendengar kabar ini geram, mereka semua ingin menyusul kesini tapi keadaan tidak memungkinkan. Para orang tua ada pekerjaan yang lain sekolah atau kuliah. Imam juga harus sekolah tapi ia sudah bersikukuh untuk pergi. Lagipula dari semua keponakan dan cucu memang Quinn lebih dekat dengan Imam. Imam itu keponakan kankandung tertua yang usianya pun sama dengan Quinn.

Little Grandma [Diterbitkan - open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang