12

13.8K 743 17
                                    

'Berada didekatmu itu sudah biasa tapi sedekat ini denganmu aku tidak bisa biasa'

Happy Reading

Adit pov

Dit! Dit! Sini. Buru!" Seru Juna. Aku menoleh kearah Juna, disana juga ada Quinn dan Raffa. Akupun membawa motorku mendekati mereka.

"Paan Jun?" Tanyaku pada Juna ketika sampai ditempat mereka.

"Ini ban motor gua bocor" jawab Raffa, aku pun melihat ke arah ban motornya yang kempes.

"Terus?"

"Pake nanya lagi, dasar Oon. Ya kita tebengin mereka dodol!" Ujar Juna menoyor helm dikepalaku.

"Ooh..kirain mau nyuruh cariin bengkel. Hehe" ujarku memamerkan cengiranku.
"Yaudah ayuk" aku mengajak mereka pulang. Lebih cepat lebih baik kan? Suasana panas mameenn...

"Yuk Raf" ajak Juna pada Raffa. Eh? Dia mengajak Raffa? Itu berarti aku dengan??

Raffa nampak berfikir sejenak "iya deh, Mi..balik bareng Adit ya"

"Ok" jawab Quinn dengan santainya, but wait...jantungku kenapa ga bisa santai gini ya? Pada ngedance.

"Dit, gua ga mau tau. Anter Mimi sampe rumah dalam keadaan yang sama kayak gini" ancam Raffa, dasar cucu over protective!

"Yailah. Iyeee..ga mungkin juga gua mutilasi ditengah jalan..." ucapku santai. Mata Quinn melotot. Pasti dia ngebayangin aku mutilasi dan nyumapahin aku Gila!

"Becanda Quinn" sambungku.

"Awas kamu ya, aku juga bisa bela diri!" Ancamnya padaku. Aku hanya mengacuhkan ancamannya dan membantu dia menaiki motor.

"Hehe iye kanjeng Ratu" ujarku lagi dengan cengiran khas saat dia telah duduk dibelakangku. Kulihat dia sudah memakai jaket untuk menutup roknya, pasti kerjaan Raffa.
"Pegangan ya, jangan sampe jatoh, gua ga mau mungutin lu dijalan"

TUK

"Adaww..kenapa sih Quinn?!" Tiba-tiba dia mengetuk helmku.

"Makanya kalo ngomong disaring. Emangnya aku sampah? Pake dipungut!" Sungutnya, aku hanya tersenyum geli, wajahnya yang kesal setiap aku jahili itu lucu.

"Hehe iya maap, becanda Quinn"

Aku mulai menjalankan motorku, Quinn berpegangan erat pada tas dipunggungku. Tidak ada yang memulai pembicaraan antara kami, hanya keheningan. Walaupun dia duduk dibelakangku tapi aku dapat merasakan wangi parfume bayi didekatku yang berasal darinya.

Aku sudah biasa dekat denganya tapi sebelumnya tidak pernah aku merasa segugup ini, jantungku serasa mau copot. Apalagi saat ia tidak sengaja mencengkram bahuku karena hampir diserempet mobil.

Sekitar 15 menit kemudian kami sudah memasuki lingkungan perumahan Raffa. Masih hening diantara kami, Aku menghentikan motorku tepat didepan gerbang. Aku membantunya turun dari motorku. Setelah ia turun aku melihat ia melepas jaket yang tadi disekolah dipasangkan Raffa untuk menutup rokknya.

"Makasih ya" ucapnya sembari tersenyum.

Sepersekian detik aku terpaku, aku tau dia memang murah senyum tapi senyumnya kali ini berbeda. Jantungku semakin berdendang.

"Sama-sama. Sering-sering juga gapapa" candaku, untuk mencairkan suasana jantungku.

"Ngga ah, ntar kalo jatoh katanya kamu ga mau pungut!" Cibirnya, dia lucu menurutku.

"Ceileee...ngambek" aku mencolek dagunya. Sengaja, aku tau dia akan kesal.

"Eh, colek-colek! Emangnya sambel!" Quinn mencak-mencak.

Little Grandma [Diterbitkan - open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang