Happy Reading
"Hati-hati ya El, jangan ngebut" Tika mengingatkan Raffa yang mulai menarik gas motornya membonceng Quinn ke sekolah. Hari pertama disemester genap.
"Iya mah, assalamu'alaikum" ucap Raffa.
Sudah seminggu, Raffa, orang tuanya dan Quinn kembali ke Jakarta. Kepalang tanggung Quinn memilih menyelesaikan pendidikannya di Jakarta yang sebentar lagi UN, meski mendapat protes dari ponakan dan cucunya yang lain karena lebih memilih Raffa dibanding mereka. Yaksa juga meminta Quinn tetap melanjutkan sekolah dijakarta.
Keadaan duka memang masih menyelimuti anggota keluarga tapi ya begitulah kehidupan, ada yang pergi dan ada yang datang. Cuma kenangan yang membekas selebihnya orang-orang akan mulai lupa dengan kesedihannya. Semua kembali pada aktifitasnya masing-masing.
Senin, upacara. Wajah siswa-siswa berbagai macam ada yang masih tak rela kembali sekolah, ada yang semangat, ada yang cuek saja mau sekolah atau tidak, dan banyak lainnya. Quinn termasuk pada kategori tak rela kembali sekolah. Jujur, Quinn masih betah lama-lama hibernasi dikasur empuk rumahnya (rumah Raffa). Kalau saja pagi tadi Raffa tidak mengganggu tidurnya dengan memanggilnya bak toa mesjid saat adzan shubuh, menarik-narik selimutnya, lebih parah lagi menoel-noel pipi dan menjepit hidungnya, Quinn tidak mungkin berada disini sekarang, dilapangan upacara yang sudah dipenuhi kerumunan eh..maksudnya barisan siswa serta guru dan staff sekolah. Quinn dengan semangatnya yang hanya secuil mendengar ogah-ogahan kata-kata pembina upacara. Bahkan perjalanan dari rumah kesekolah saja hanya ia habiskan Quinn dengan bersandar dipunggung Raffa, memeluknya dan melanjutkan tidur, membuat Raffa harus ektra hati-hati mengendarai kuda besinya. Indra yang melihat Quinn dengan segala ekspresi malasnya pun menyenggol lengan teman sekelasnya yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah berbaris dibarisan belakang tapi hari ini dengan suka rela baris dibelakang.
"Sstt.." Quinn hanya menoleh kearah Indra dengan tampang kusut.
"Tumbenan dibelakang lu?" Bisik Indra.
"Ngantuk" jawab Quinn hampir tak terdengar suara cuma gerakan bibir. Indra hanya mengangguk-anggukan kepala. Meskipun enak diajak untuk mendengarkan cerita tapi Quinn bukan orang yang enak untuk diajak tanya jawab saat moodnya buruk contohnya ya sekarang. Wajahnya memang sudah menunjukkan kalau ia mengantuk, buat apa ditanya lagi, sudah pasti karena kurang tidur. Penyebabnya? Hanya Quinn dan Tuhan yang tau.
"Mimiiii!!!!" Hampir saja Quinn terjungkal kalau ia tidak bisa menyeimbangi badannya yang memang sedikit kurang kokoh hari ini. Makhluk imut berwujud pacar Vino ini baru saja menubruk Quinn dan memeluknya erat seakan Quinn sudah pergi bertahun dan baru kembali.
"Iih,,Uca kangen banget sama Mimi""I-iya..tapi a-aku kejepit" ucap Quinn terbata.
"E-eh...maap hehe" Uca melepas pelukannya dan nyengir kuda.
"Kantin yuk Mi"
"Ga ah Puss..kan bentar lagi masuk"
"Yah, Mimi ketinggalan info ya? Sekolah ini biarpun beken tapi hari pertama itu memang ga diadain kegiatan belajar mengajar, cuma bersih-bersih aja. Itu juga paling dilakuinnya kalo udah mau pulang" jelas Uca pada Quinn yang merubah ekspresinya menjadi tambah kusut.
Jadi El bohong? Tadi katanya sekolah ini ga peduli hari pertama atau terakhir kegiatan belajar mengajar tetap dilangsungkan bahkan akan ada tugas bejibun. Waah, tau gini kan lebih baik lanjut tidur.
Karena asik dengan pikirannya, Quinn ikut saja saat Uca menarik lengannya menuju kantin. Keadaan kantin sudah ramai hanya ada beberapa bangku kosong dan pastinya meja bundar disebelah barat kantin adalah tempat yang akan selalu menjadi tempat aman untuk diduduki oleh dua perempuan cantik yang baru saja melewati pintu kantin ini. Uca dengan wajah super sumringahnya apalagi melihat Vino, pacar kesayangannya yang sudah duduk manis di meja itu. Beda lagi dengan Quinn yang semakin kusut saja melihat keadaan kantin dan orang yang duduk membelaknginya sedang bercanda ria dengan teman dimejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Grandma [Diterbitkan - open PO]
Fiksi Remaja"Gila..nyokap bokap bakal keluar kota dan gue disuruh tinggal sama sepupunya kakek? pasti ngerepotin dah itu nenek-nenek pikun" -Raffael Putra Azeefa "Punya keponakan dan cucu yang bahkan lebih banyak dari angka usiaku, itu seru" -Quinn Keylisha Aze...