BAGIAN IV : Cahaya Ilahi

4.5K 210 0
                                    

Lewat tengah malam Aisyah memasuki ruangan Bedah, bertegur sapa dengan para perawat yang memakai masker dan sarung tangan. Kedua tangannya yang mungil menggenggam kotak makanan yang akan diberikan kepada seorang dokter tampan yang tadi siang melewatkan sholat ashar dengan sengaja.

"Ekhemm !" teguran Aisyah itu membubarkan briefing singkat yang dilakukan dokter Naufal dan rekan-rekannya, "Seorang pasienku akan dioperasi hari ini, aku harap kau bisa melakukannya dengan baik, ini aku bawakan sedikit makanan untukmu".

"Hahaha aku tahu caraku pasti berhasil, terima kasih sayang" tiba-tiba Aisyah meminta klarifimasi dari pernyataannya barusan "Rencana apa Fal ?".

"Ah tidak tidak, hmm rencana untuk mengoperasi anak itu, anak yang menderita tumor dikepalanya, aku pasti bisa melakukannya" kepercayaan diri Naufal membuat kegembiraan di hati Aisya, ia tidak sabar ingin melihat anak itu lekas sembuh dan kembali bermain bersama teman-temannya.

"Bolehkah aku melihat kondisinya dok ?" pintah Aisyah.

Naufal mengiyakan permohonan dokter anak itu dan menuntunnya menuju kamar operasi.

"Allahuakbar" anak yang kini terbaring lemas di meja operasi, berusaha menahan sakit sembari mengagungkan asma Allah dalam shollat Tahajudnya.

"What the hell is he doing ? aku menyuruhnya untuk istirahat sebelum pembedaan",

Aisyah kemudian menempelkan jarinya di bibir untuk menyuruh Naufal diam,
"Masya Allah, dia bahkan tidak meninggalkan shollat tahadjud" kata Aisyah kagum.

"Haha dia sama sepertiku, tadi sebelum kau datang aku baru saja melakukannya", balas Naufal memuji diri.

Dengan berpakaian safety ditemani tiga orang perawat dan seorang dokter bedah, Naufal siap mengeksekusi anak penderita tumor tersebut.

"Apakah kau tidak kelelahan ?, aku melihat kau shollat sahadjud tadi" tanya Naufal sebelum melakukan pembiusan.

"Hahaha Tahadjud dokter, bukan Sahadjud" jawab anak itu dengan tawa dibalik rasa sakit yang luar biasa.

"Oh maksudku itu, kau melakukannya agar operasimu berhasil kan ?" Naufal kembali bertanya sembari mempersiapkan peralatan operasi.

"Hahaha aku tidak akan melakukannya hanya karena tujuan tertentu, tetapi karena cintaku yang besar kepada Allah, dan aku bersyukur atas apapun hasilnya nanti, malahan diriku lebih menginginkan agar segera bertemu dengan-Nya" kata-katanya berakhir ketika ia telah menutup matanya akibat reaksi obat bius yang diberikan.

Naufal kaget bukang kepalang mendengar perkataan itu, seorang muslim dengan kepala dua kini hanya bisa melakukan shollat agar terlihat sholeh didepan seorang wanita, tapi anak ini, ditengah sakitnya ini, ia melakukan shollat malam karena kemurnian kasinya kepada sang Khaliq.

"Kau tidak akan kehilangan hidupmu nak, kau begitu baik, dan Allah menyayangimu, operasimu pasti berhasil" untuk pertama kalinya Naufal berbuat sesuatu bukan untuk dirinya sendiri, bukan karena uang, wanita,ataupun penghargaan yang ia dapat saat sukses melakukan operasi dan baru kali ini, akibat cahaya Ilahi yang meneguhkan hati sang penderita tumor itu, Naufal percaya akan pertolongan Allah yang telah ia belakangi sekian lamanya.

HIJRAH BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang