Delapan bulan berlalu, kini segenap kaum muslimin merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh menahan lapar dan dahaga. Aisyah duduk ditemani para kerabat seusai melaksanakan sholat Ied berjama'ah. Terkejut dirinya bukan kepalang, ketika mendengar seorang pria memperkenalkan nama khatib yang akan menyampaikan hikmah idul Fitri pada pagi hari ini, nama seseorang yang sangat dikenalnya, nama yang ia tahu sedang melanjutkan program S3 diluar negeri, nama itu adalah Ustadz Naufal Ibrahim.
Ia hanya bisa terkesima melihat perubahan positif dialami oleh pria liberal yang selalu mengaguminya itu. Dengan jenggot rapi didagunya yang lancip dilengkapi dengan peci putih serta sorban yang melilit lehernya, membuat Aisyah hanya bisa melafadz kan istighfar akibat kekaguman yang telah muncul dalam hatinya.
Aisyah masih saja bingung dengan fenomena yang ia hadapi sekarang, mengingat anting-anting hitam juga rambut pirang yang menjadi ciri khas Naufal, sekarang telah tergantingan dengan kata-kata yang menggetarkan hingga membuat para jemaah meneteskan air mata, hafalan hadith dan alunan ayat Al-Qur'an yang begitu merdu, serta do'a-do'a syar'i yang menyejukan qalbu para pendengar."Apa yang terjadi sebenarnya ?, apa yang telah Naufal kerjakan akhir-akhir ini ?, dia bahkan tidak menguploadnya di sosial media atau mengirimkannya kepadaku, Allhamdullillah Gusti Allah" Aisyah kembali mendengarkan dengan khusyuk tausiyah yang diperdengarkan oleh dokter sekaligus muballigh itu.
Aisyah kecewa karena tidak dapat bertegur sapa dengan sahabatnya tersebut sehabis rangkaian sholat Ied barusan. Sekarang ia telah membantu ibunda mempersiapkan hidangan lebaran untuk kerabat yang akan berkunjung.
"Ning Nong !" suara bel terdengar dari pintu mereka, melukiskan senyum diwajah orang tua Aisyah,
"Emangnya siapa sih ?" tanya Aisyah keheranan.
Masuklah Ustadz yang barusan menyegarkan iman jamaah idul fitri itu bersama pamannya, "Assalamualaikum !" salam merekapun di sambut dengan ramah oleh keluarga Aisyah, terkecuali Aisyah sendiri yang terbata-bata atas pemandangan yang mengejutkan ini.
Sebelum Naufal mengatakan maksud kedatangannya, ia terlebih dahulu menjawab pertanyaan Aisyah yang datang bertubi-tubi "sabar-sabar, aku akan menjawabnya satu per satu, aku memang melanjudkan pendidikan S3 ku diluar negeri, tapi aku memilih Universitas Madinah, disanalah aku memperdalam pengetahuan Islamku dan Allhamdullilah Allah memperkuat hatiku, memperkokoh jiwaku dalam berda'wa menyebarkan kebenaran Dinullah ini, bahkan atas izin Allah, aku kembali ke Inggris dan memuallafkan keluarga ibuku disana" Aisyah hanya bisa bertasbih ketika melihat perubahan Naufal yang luar biasa.
"Tetapi maksud kedatanganku bukanlah hanya sekedar bersilaturahmi. kau tahu aku tidak pernah berhenti mencintaimu, karena itu atas izin Allah, Dia mendekatkan diriku kepada-Nya, sehingga aku ingin kita berdua selalu didekat-Nya Aisya, aku ingin menikahimu"
Aisyah sontak merasa kaget sekaligus gembira mendengar permintaan itu, Allah yang Mahakuasa telah mendengar do'anya, tetapi perasaan ragu masih menyelimuti hatinya, ia tahu kecerdikan sang dokter yang kemudian membuatnya su'udzon terhadap perubahan yang terjadi pada diri Naufal, sehingga pikirannya mengajukan sebuah syarat, "Baiklah ! Sebelum aku menjawab, aku ingin kau menghafalkan surah Ar-Rahman, jika kudapati dirimu salah mengucapkan satu huruf saja atau mahraj dalam surah tersebut, aku akan mempertimbangkan untuk menolak lamaranmu".
Naufal tidak banya mengeluarkan ketidaksetujuan dari mulutnya, ia segera meneguk air putih yang sedari tadi disodorkan kepada mereka. Empat menit kemudian, ia telah meladzkan dengan fasih tanpa adanya kesalahan dalam tadjwidnya yang sontak membuat segenap orang yang ada diruangan itu mengucapkan "Allhamdulillah".
"Kau tahu aku tidak pernah melupakanmu semenjak kita lulus SMA, aku mencintai Naufal, tetapi aku menyadari kebesaran sang Ilahi dan betapa diwajibkannya kita untuk dan patuh kepadanya, sehingga dalam sholat aku berdo'a agar Allah memudahkanku dalam berhijarah dan", Aisyah tertunduk malu ketika akan mengatakan kata selanjutnya, "Aku meminta kepada Allah untuk diizinkan HIJRAH BERSAMAMU dan sungguh Allah maha pemurah, ia mengabulkan permohonanku",
semua orang tertawa kecil dibuat Aisyah, termasuk Naufal yang terus tersenyum menyimpan rasa bahagianya yang tak terhingga itu, "dan apa jawabanmu ibu dokter ?".
"Tentu saja aku menerima mu Pak dokter", jawab Aisyah dengan penuh percaya diri, disertai rasa syukur yang sangat besar kepada Allah karena telah mempertemukan mereka dalam satu-astunya ikatan yang sangat diridhoi-Nya, pernikahan.
♡♡♡ TAMAT ♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH BERSAMAMU
RomanceSeorang pria yang telah jauh dari sang khaliq hanya bisa tersenyum kaku saat melihat sang kekasih. Tidak ada lagi adegan mesra, tawa canda berlebihan, ciuman kasih sayang atau pun pelukan penuh cinta, ketika Sang pemilik hati telah menjaga sang gadi...