Bagian 9

28 4 6
                                    

Author POV

"Sepgeen,mana maria?"ucap seseorang kepada Sepgeen yang sedang termenung didepan api unggun.

"Untuk apa kau tanyakan wanita bodoh itu,dia sudah mati"ucap Sepgeen tega

"Apa?"ucap wanita tua didepan Sepgeen

"Iya dia tertembak senjata sang penakluk,pria tolol itu telah mengetahui kedatangan nya,sehingga dia bergerak cepat melawan maria” sedikit terdengar nada penyesalan di kalimat Sepgeen

“bagaimana bisa,kau membiarkan teman mu sendiri melawan anugerah?ibu sungguh tidak percaya dengan yang kau pikirkan”

"Tenang saja bu,kau akan melihat pertumpahan darah yang meriah nantinya”kata Sepgeen yakin

"Aku tunggu itu Sepgeen anakku”jawab wanita tua itu sambil tersenyum tipis.

###

Eris POV

Matahari telah menyinari rumahku,terlihat cahaya kuning disana.

"Pagi yang cerah"gumamku sambil membuka jendela

Hari ini aku dan anugrah lain akan berjaga lagi,menghindari segala hal terburuk yang bisa terjadi bila penyihir itu datang hari ini

Semua orang berkemampuan 1 menolong para anugerah.Dari menyiapkan senjata mereka,baju-baju mereka dan persiapan makanan mereka.

Begitu pun aku.alpha dan gamma menolongku menyiapkan semua yang ku butuhkan.

"Eris kau harus semangat ya,aku yakin kau bisa mengalahkan penyihir
Itu"ucap Gamma menyemangatiku

"Iya kak,kau harus tetap mendoakanku ya,agar aku bisa melawan mereka"jawabku sambil tersenyum

"Mereka?"kata kak Alpha dengan ekspresi yang tak bisa ku baca.

"Iya mereka"kataku meyakinkan kakak sulungku itu

"Aku kira kau telah mengetahuinya Eris,kalau penyihir yang menyerangmu di hutan ketika ingin mengambil kitab ilmu hitam telah mati"kak Alpha menjelaskan dengan jelas.

"Benarkah itu?"kataku dengan sedikit rasa senang.

"Tentu saja,di penglihatanku aku lihat Dastan sempat menembaknya dengan senapan yang ia bala kala itu,aku rasa tembakannya sangat menyakiti penyihir itu dan membuat ia mati"

Aku memikirkan setiap kata yang diucapkan oleh Alpha barusan

Tok tok tok...

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

Lalu aku mengarahkan pandanganku ke arah pintu

Ayah  dari arah gudang senjata berjalan membukakan pintu,iya  ayah ku sedang memeriksa senjata apa sebagai bekalku malam ini

“eh Dastan,silahkan masuk”

Terlihat Dastan sedang berdiri sambil menyunggingkan senyum manis diwajah rupawannya.sambil mulai berjalan dengan badannya yang tegap masuk kedalam rumah

Ayah mempersilahkan Dastan untuk duduk.

"Hei Dastan!"sapa Petra sambil melambaikan tangannya ia baru keluar dari kamar tidurnya.

"Hai Petra"jawab Dastan seperti biasa,ramah.

Mereka berdua memang sangat akrab.saking akrab nya Dastan memanggil -ayah dan ibu-pada orang tua kami,karena memang mereka juga sudah menganggap Dastan sebagai anak mereka.

Aku masih merapikan barang bawaanku untuk perlengkapan berjaga malam ini dipenjuru kota bersama anugerah lainnya...

Sesekali aku melihat Dastan yang sedang duduk bersama ayahku dan Petra dengan obrolan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Anugerah KartanbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang