Prolog + Part 1. Kejadian tak terduga

4K 118 2
                                    

Prolog



Bugh..

Bugh..

Bugh..



Segerombol siswa dari sekolah yang berbeda ini terus menyerang. Saling memukul. Saling menjatuhkan. Sama sekali tak peduli, apakah diantara mereka ada yang terluka atau mati. Mereka terus memberikan perlawanan, hingga salah satu diantara mereka ada yang mengaku kalah. Tapi jika tidak ada yang menyerah, mereka akan meneruskannya hingga semuanya terkapar dan tak mampu melanjutkannya.

Itu yang terjadi di siang ini. Sudah lebih dari 1jam mereka berkelahi. Tapi belum juga ada yang mengibarkan bendera putih. Keringat bercampur darah yang mengalir diwajah mereka pun tak menjadi alasan untuk mereka berhenti. Hingga sirine mobil polisi terdengar. Sirine itu mampu menyadarkan mereka untuk segera membubarkan diri sebelum mereka ditangkap.
Namun terlambat, seluruh gerombolan siswa itu di bekuk tanpa ada kesempatan seorang pun untuk melarikan diri. Dan itulah yang seharusmya mereka dapat.


Part 1. Kejadian Tak Terduga



Plak..

Tamparan keras dilayangkan seorang pria kepada anak berseragam sekolah yang ada didepannya. Anak itu diam. Tak menunuduk. Tak juga menatap pria yang menamparnya.

"Sudah berapa kali papa bilang. Jangan berkelahi! Itu Cuma membuang-buang waktu. Kamu pikir papa tidak punya pekerjaan. Yang harus selalu menjemput kamu di kantor polisi!" seorang pria yang berumur sekitar 30an ini meluapkan segala amarah kepada anak semata wayang nya.

"Pah, udah. Nanti darah tinggi papa kambuh lagi"kata istri nya menenangkan. Ia menatap anaknya, memberi isyarat agar putra nya untuk meninggalkan ruangan itu segera.

Anak itu pun menurut. Tanpa sepatah kata pun ia meninggalkan ruangan itu, namun baru selangkah ia berjalan, ia dihentikan ucapan papanya. "Sekali lagi kamu masuk kantor polisi. Papa tidak akan menjemput kamu. Biar saja kamu tinggal disana. Supaya kamu bisa merasakan dinginnya penjara dan memikiran kesalahan kamu."ucap papa nya lirih

Anak itu terdiam lama, namun segera melanjutkan perjalanannya meninggalkan ruangan itu. Ruangan yang selalu menjadi saksi ucapan dan perlakuan kasar papa nya. Kalian tahu ruagan itu. Itu adalah ruang keluarga. Ruang yang digunakan kebanyakan orang untuk berkumpul mengahabiskan waktu bersama. Ruang yang selalu merekam kehangatan setiap keluaraga. Tapi tidak untuk keluaraga anak itu. Ruangan itu bagaikan neraka dalam hidupnya. Yang merekam segala kesedihan bahkan air mata nya.

Setelah berada diluar rumah nya, ia mengeluarkan hp nya.
"Lo dimana?"

***

Mobil porsche merah itu membelah jalanan Jakarta. Dengan kecepatan diatas rata-rata ia melaju. Tak peduli dengan suara klakson yang dibunyikan oleh mobil yang ia salip. Yang ia inginkan hanya segera sampai ketempat dimana ia dapat melepaskan segala penat dan runyam nya isi kepalanya saat ini.

Namun tak lama mobil itu berhenti dipinggir jalan. Pengemudi itu keluar dan melepas kacamata hitam yang ia pakai sedari tadi. Ia melihat ban bagian kanan depan yang sudah kehabisan angin.

Cih..

Ia menggeram kesal dan menendang keras ban itu. Ia menghembuskan nafas berat. Betapa sialnya hari ini. Ia merasakan keram dibagian wajahnya. Ia lupa bahwa ada luka bekas pukulan di wajahnya. Bahkan baju seragamnya yang sudah tak beraturan itu masih ia kenakan.

Sekali lagi ia menghembuskan nafas berat. Ia membuka pintu mobil nya untuk mengambil hp dan dompetnya. Ia segera menelpon salah satu pegawai dirumahnya.

Ia menempelkan hp nya ditelinga. Tak lama terdengar suara 'halo' diseberang sana.
"Ban mobil saya pecah. Cepat urus mobil ini." balas nya singkat. Ia langsung mematikan telponnya. Ia segera berjalan di pinggir jalan untuk mencari taksi.

Namun ia tak sendiri disana. Disamping nya berdiri wanita yang wajah nya tertutupi oleh rambut. Kepala nya ditundukan dalam. Berkali-kali wanita itu hampir terjatuh karena tak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya. Ciri yang pas untuk dikategorikan orang yang sedang mabuk.

Ia memalingkan pandangannya. Dan menghentikan taksi yang melintasinya. Setelah taksi itu berhenti tepat dihadapannya tanpa menunggu lama pria itu masuk.

"Cempaka indah."

Sopir taksi itu mengangguk.

Tepat sebelum sopir itu menginjak gas, wanita mabuk itu membuka pintu taksi dan duduk di sebelah pria itu. Sopir taksi serta pria itu hanya menatap wanita itu heran. Sedangkan wanita itu bersender di kaca pintu mobil dengan rambut yang masih menutupi seluruh wajahnya.

"Lo nggak liat disini ada orang." kata pria itu sambil melihat wanita itu.

Hening. Wanita itu tak menjawab.

"Gue duluan yang masuk." tambah pria itu

Wanita itu tetap bungkam tak mau bicara. Bahkan bergerak pun tidak.

"Keluar." ucap pria itu

Akhirnya wanita itu bangkit. Ia menyibakan rambutnya kebelakang. Refleks pria itu memundurkan kepalanya karena panjang nya rambut wanita itu dapat mengenai matanya. Pria itu pun dapat jelas melihat wajah wanita yang ada didepannya. Wajah yang bagi nya sangat menyedihkan. Hidungnya merah, matanya sembab. Ia juga dapat melihat nafas wanita itu tersengal-sengal.

"Lo bilang apa?"tanya wanita itu dengan suara serak

Pria itu bungkam. Entah mengapa segala caci maki yang ingin ia lontarkan kepada wanita itu seketika menguap saat melihat keadaan wanita itu.

"Lo bilang apa tadi?"tanya wanita itu sekali lagi.

Pria itu bingung. Entah harus bagaimana ia bicara. "Gue..."

"Lo nyuruh gue keluar?"potong wanita itu sambil menatap pria di depannya.

Betapa terkejutnya pria itu saat setetes airmata keluar dari mata wanita itu.

"Lo nggak suka gue ada disini?"kata wanita itu. Tanpa mengedipkan mata, airmata wanita itu saling berkejaran. "Gue ngeganggu lo?" tanya wanita itu

Pria itu terdiam. Menatap wanita itu lama.

"Apa salah gue? Apa yang udah gue lakuin sama lo? Kenapa lo pengen gue pergi? "kata wanita itu dengan airmata yang membanjiri wajahnya. Pria itu masih terdiam. Tak berniat untuk menjawab semua pertanyaan wanita itu. Karena semuanya akan percuma. Orang yang sedang mabuk tak akan mengerti .Jawaban yang akan ia lontarkan hanya akan memperburuk suasana.

BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang