*special part 2*

4.4K 87 11
                                    

Shilla membuka mata nya lalu menoleh pada kamar mandi yang lampunya menyala. Ia memandangi pintu kamar mandi beberapa saat hingga pintu itu terbuka menampakan suaminya yang baru keluar dengan rambut yang basah.

Tangan Rio bergerak pelan menutup pintu, dan ketika badannya memutar, Rio sedikit berjengit menyadari Shilla sudah terjaga dan kini sedang menatapnya.

"Aku bangunin kamu ya?"

Shilla tersenyum tipis melihat ekspresi Rio. Kepalanya menggeleng pelan dan itu membuat Rio tersenyum lega. Setelah nya Rio melangkah mendekat, naik ke atas ranjang lalu dengan singkat mencium kening Shilla.

"Kenapa bangun?"

"Entah. Tiba-tiba aja mata ku ke buka."

"Ah aku tahu," Mata Rio memicing dengan senyum melebar. Telapak nya mengusap perut Shilla yang terlihat menonjol di balik selimut tebal yang Shilla pakai. "Mereka mau ketemu Papa nya."

Shilla tertawa.
Mungkin benar. Karena setelah tangan Rio mengusapnya, sesuatu dalam perut nya terasa bergerak samar.
"Mungkin mereka kangen sama kamu."

Rio menatap Shilla sejenak sebelum menyingkap selimut tebal yang menutupi istrinya. Dengan cepat ia merunduk, mengecup perut buncit Shilla yang memasuki bulan ke 6 lalu sedikit berbisik di sana.
"Ma'af ya, Papa terlalu sibuk. Sekarang kita tidur, oke."

Rio mengecup lagi perut Shilla lalu membenarkan selimut yang tadi ia singkap sampai ke lehernya, membuat Shilla tersenyum dengan perlakuan kecil tapi bermakna yang baru saja Rio lakukan.

Rio membaringkan tubuhnya di samping Shilla setelah itu menghidupkan lampu tidur di sampingnya. Hari masih malam dan Shilla harus kembali istirahat. Badannya juga lelah karena seharian terus bergelut dengan berbagai dokumen dan harus meeting berjam-jam lamanya.

"Rio,"

Baru 5 detik matanya terpejam, panggilan Shilla membuat matanya kembali terbuka dan kepalanya menoleh pelan.
"Kenapa?"

"Aku pengen rujak."

Rio mematung sejenak, sebelum mengerjap lalu membulatkan matanya.
"Rujak?"

Shilla mengangguk.
Dari tatapan nya memang tidak ada sarat merajuk atau memohon untuk dibelikan. Tapi Rio cukup peka bahwa keinginan itu harus ia penuhi sekarang juga. Melupakan kantuk dan rasa lelahnya, ia beranjak duduk lalu menoleh pada Shilla yang masih berbaring.
"Kamu tahu tempat yang jual rujak malem-malem gini?"

Dengan ringan Shilla menggeleng.
Setahu nya memang tidak ada. Jam 11 terlalu malam untuk penjual rujak tetap berjualan.

"Ya udah aku cari dulu."
Rio akan turun dari kasurnya tapi tangan Shilla menahan.

"Kamu nggak capek?"

Rio menoleh, sedetik kemudian ia terkekeh ringan. "Bohong kalo aku bilang nggak capek. Tapi ini nggak seberapa kalo dibandingin sama kamu nanti. Ini cuma permintaan kecil, Shilla. Kalo aku nggak turutin, aku keterlaluan sebagai Papa mereka." Rio tersenyum ke arah Shilla dan kemudian mengusap pipi nya.

"Aku cari dulu."

***

Rio menopang dahi nya dengan dua tangan yang tertumpu pada lutut. Kopi panas yang baru dihidangkan di meja nya membuat nya mendongak menatap Alvin yang duduk di sofa tunggal.

"Sorry gue bangunin lo malem-malem. Gue nggak tahu harus cari kemana lagi. Gue udah keliling tapi nggak ada satu pun penjual rujak yang masih jualan. Trus gue inget omongan lo kalo Sivia minggu-minggu ini sering ngidam rujak sampe nyediain buah sendiri di rumah. Jadi gue kesini mau minta tolong sama kalian."

BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang