Part 25. Sebelum Penyerangan

1.4K 54 0
                                    

Alvin duduk bersender di bangku nya dengan mata terpejam sambil melipat tangan di depan dadanya. Suara bising yang dibuat kawan-kawan disekitarnya tak ia hiraukan. Bahkan tawa heboh Ozy yang sering membuatnya ikut tertawa saja tak mampu membuat bibirnya tertarik secenti saja.

Namun tak lama, tepukan pelan di lengannya membuat mata sipitnya terbuka. Saat ia menoleh, terlihat Rio sudah menghempas kan tubuhnya di bangku samping nya.

Alvin hanya tersenyum tipis menyambut kedatangan Rio. Tanpa ada sepatah katapun terucap tak seperti biasanya.

Pemuda itu kembali memejamkan matanya lagi. Tak peduli dengan pertanyaan teman-temannya yang menanyakan mengapa Rio bisa berangkat bersama Shilla.

Rio yang menyadari sikap Alvin hanya menatap temannya aneh. Semalam saat mereka berkumpul karena masalah penyerangan nya terhadap Hervic , pemuda itu masih baik-baik saja. Tapi ia tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Sejak ia membeli rumah untuk dijadikannya basecamp, Alvin tak lagi menginap di rumahnya. Ia lebih memilih untuk tinggal di basecamp. Lebih bebas katanya.

Ia tak tahu, apa yang terjadi saat mereka memutuskan untuk pulang.

Mungkinkah terjadi sesuatu?

"Yo?"

Seruan dari Debo membuat mereka kompak menoleh kearah pemimpinnya. Tatapan Rio yang tadi terfokus pada Alvin pun ia palingkan kepada mereka.

"Kenapa?" Teman-teman yang menatapnya seperti itu membuat dahinya mengernyit.

"Soal penyerangan kita, kita mau nyerang mereka dimana?"

Ozy menjentikan jarinya. "Belakangan ini, jam 3 sore, mereka sering main bola di lapangan dekat jalan Sekar."

Goldi menganggukan kepalanya. "Itu bagus, Yo. Daerah di sana sepi."

Rio terdiam, menimang sejenak usulan mereka. Jika dipikir-pikir, lapangan itu memang sangat jauh dari keramaian. Tempat nya luas dan sangat tepat untuk mereka berkelahi.

Rio pun mengangguk setuju. "Oke, kita nyerang mereka di sana."

Alvin membuka matanya menatapi wajah mereka. "Soal rencana kita semalem, lebih baik kita lakuin sekarang."

Mendengar usulan Alvin, kepala mereka langsung mengarah pada Rio. Meminta persetujuan dari pemimpinnya.

Rio menatap Goldi dan Alvin bergantian. "Gue percayain sama kalian."

Kedua nya kompak mengangguk. Mereka pun tanpa dikomando langsung berdiri dari duduknya dan melangkah keluar kelas.

***

"Lo nggak bercanda kan?"

"Buat apa kita bercanda." Angel meletakan gelas berisi jus jeruk nya ke atas meja. Disusul tubuhnya yang langsung duduk di depan Ify.

Ify menoleh ke arah Zahra yang duduk di sebelahnya. Meminta jawaban dari pertanyaan nya tadi.

Ditatap seperti itu, Zahra hanya menghela nafas dan mengangguk.

"Tapi...kenapa?"
Dahi Ify terlipat rapi. Ia benar-benar penasaran mengapa Expend tiba-tiba ingin menyerang Hervic, apa kesalahan yang telah Hervic lakukan.

Zahra menghembuskan nafas pasrah. "Rio tahu kalo Cakka pernah dateng ke sekolah mereka."

Ify tersentak. "Apa?" Kedua alis yang melengkung indah tanpa dibentuk itu langsung terangkat. "Kok bisa?"

Zahra dan Angel menghendikan bahunya. Mereka tak menutupi, mereka memang tak tahu bagaimana Rio bisa mengetahui hal itu.

Ify pun langsung merogoh sakunya. Mengambil iPhonenya dan langsung mendial nomor Shilla. Ia butuh penjelasan dari gadis itu.

BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang