Aku mendapat giliran piket hari ini. Selesai memberikan buku tugas di kantor guru, tepatnya di meja Mr.Hudson. Aku berjalan perlahan untuk kembali ke kelas. Aku melihat keadaan sekeliling sambil menghafal nama ruang - ruang yang belum kuketahui. Mataku terpaku pada ruangan di dekat ruang "English Debate Club", ya, itu adalah "music room". Sekilas terdengar seseorang memainkan gitar dari dalam sana. Aku ingin melangkah kesana untuk melihat - lihat, tapi aku harus segera kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Kevin memanggilku
"Mel, dari mana saja kau, kau melewatkan rapat kelas. Sebagai Sekretaris kelas kau harus ada disini untuk mencatat hasil rapat" ucapnya tegas sembari mengerutkan alisnya.
Oh iya, aku belum cerita bahwa aku yang dipilih menjadi sekretaris kelas. um... sebenarnya aku mengajukan diri lalu teman sekelas menyetujuinya."Kev, aku baru mengantar buku tugas ke kantor yang jaraknya jauuuuhhh, tidak bisakah kau tolerir" ucapku dengan nada naik satu oktaf dan alis yang berkerut pula.
"Baiklah, maafkan aku. Oh iya, ambil ini" ucap Kevin sembari memberiku selembar kertas
"Kertas pemilihan ekstrakulikuller? aku bisa pilih berapa? apa aku boleh pilih 4??" tanyaku antusias
"Hey, hey. kau hanya boleh memilih 2 ekstrakulikuler, Mel" ucap Kevin dengan nada bicara seperti zombie
"Baiklah, kalau begitu aku pilih ekstra musik... dan satunya...... apa ya?.. ah, mungkin english debate saja" ucapku sembari melingkari nomor ekstra yang ingin ku ikuti.
"Ekstra musik? kudengar dari kakak kelas sejak ada rumor itu ekstra musik ditutup" ucap Mia salah satu temanku
"Rumor? rumor apa maksudmu Mia?" ucapku dengan satu alis yang kunaikkan
"Ya.... jadi sejak ada rumor bahwa alat musik di ruang musik bermain sendiri, tidak ada yang pernah mau ikut bergabung dengan klub musik" ucap Mia dengan pandangan ke bawah
Sontak seluruh murid di kelas 10A hening, tanpa suara.
"A apa itu benar? aku tadi mendengar suara gitar dari ruang musik, kukira itu salah satu siswa yang suka musik juga sepertiku" ucapku masih ragu.
"Hey, saat ini kan jam pelajaran, mana ada siswa yang akan kesana? huh?" ucap Todd salah satu temanku yang bisa dikategorikan sebagai kutu buku.
"Mu mungkin dia membolos?" ucapku berusaha positif thinking.
"Huh??? itu tidak mungkin Mel, tidak akan ada yang berani bolos pelajaran di sekolah ini, kau tau soal peraturan yang super duper ketat itu kan? dan jangan lupakan cctv yang tertempel dimana - mana" ucap Mia sambil menunjuk papan peraturan di samping papan tulis
"Sudah. hentikan soal rumor tidak jelas ini. Mrs. Flinda akan segera datang, dia guru fisika yang kudengar tak bersahabat dan tak segan - segan menghukummu dengan keras" ucap Kevin panjang lebar.
Semua siswa sudah berada di tempat duduknya masing - masing. Sekitar 5 menit kemudian Mrs.Flinda datang.
"Good morning student, i'm Mrs.Flinda and i'll be your physics teacher, i always have rule in every class that i'll teach" ucap Mrs. Flinda.
Seluruh murid 10A kurasa mendengarkan, kecuali Brian yang sedang.. ter ti dur.."First rule, I'll not tolerance my student who not notice me, eat in the class, making distrub or even sleep in the class, usually, I'll ask them to stand in the corner of the class until my lesson over." ucap mrs. flinda sambil mendekati Brian dan membangunkannya dengan lembut, tapi.... saat Brian sudah bangun ia langsung diteriaki dan disuruh untuk segera fokus.
Untunglah Brian tidak disuruh berdiri di pojok belakang kelas karena Mrs. Flinda baru menjelaskannya dan ia memaafkaannya.
"Second and the last, the student who get mark under 80 I'll give her/him some extra assignment" tambahnya
"But, for an excelent student i'll not hesitant to give an extra score" tambah dengan senyum yang terlihat menakutkan
Selama jam fisika, semua memperhatikan dan tidak ada yang mau mendapat resiko terkena hukuman.
***
3 jam Fisika yang mendebarkan telah usai, dan bel istirahat makan siang sudah berbunyi.
"Mel, ayo makan siang bersama" ajak Arora
"Ya, tentu" ucapku singkat
Kami berdua berjalan menuju ruang makan, atau mungkin lebih tepatnya aula makan, karena ruang makan ini luas sekali. Ada sekitar 45 meja panjang dan setiap meja bisa diisi oleh 20 anak, entah apalah jumlahnya benar - benar 45 meja atau tidak, aku hanya mengetahuinya dari bibi Rose. Aku dan Arora mengantri untuk mengambil makanan, dan menu siang hari ini adalah.......
"Kalkun?" Ucapku dalam hati. Aku tak begitu suka kalkun. Um.. aku lebih seperti vegetarian.
"Melody, makananmu" ucap Arora sambil menepukku yang tak segera mengambil nampan makanan.
Kami berdua akhirnya makan di meja deretan depan. Selesai makan, saat perjalanan kembali ke kelas, aku dan Arora melewati ruang musik. Dan seperti dugaanku ada suara gitar dimainkan di dalam sana. Kakiku mencoba melangkah mendekati ruang itu tapi Arora menarik tanganku dan mengajakku kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Arora langsung berlari masih sambil menarik pergelangan tanganku. Sampai di kelas dengan nafas terengah - engah kami langsung duduk dan menunggu 2 jam terakhir usai. Pelajaran terakhir hari ini adalah Sejarah, aku lumayan suka pelajaran itu jika dibanding pelajaran hitungan seperti matematika. Guru sejarah kami bernama Mr. Titus. Dia guru yang benar - benar membuatku mengantuk walaupun aku sudah mencoba untuk menahan rasa ngantukku dengan berbagai cara. Dan akhirnya 2 jam sejarah yang melelapkan telah usai dan bel pulang sekolah telah berbunyi dengan merdunya. Aku segera mengemasi alat tulisku, aku ingin segera kembali ke kamarku di lantai 3 yang jauh itu. Aku memang ingin segera ke kamar menata barang - barangku, tapi rasa penasaranku akan ruang musik itu seakan memaksaku untuk kesana.
"Baiklah, aku akan coba kesana" ucapku dalam hati dengan tekad yang tak begitu bulat.
Perlahan aku langkahkan kakiku kesana. Selangkah demi selangkah, hingga aku mendengar melody itu, aku melangkah semakin dekat dan melody itu terdegar makin jelas, makin jelas, hingga akhirnya aku sampai di depan pintu kayu yang dicat putih dengan tulisan music room di bagian atas.
"Aneh. ini tak seperti biasanya, ini suara piano, bukan gitar" gumamku dalam hati yang mendengar piano dimainkan.
"Siapa yang memainkannya? manusia? atau..... makhluk lain?" tanyaku dalam hati dengan tak yakin
Tanganku sudah memegang handle pintu. Aku membuka pintu itu dan kulihat seseorang dengan rambut panjang terurai.
*to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lies
Mystery / ThrillerNamanya Melody, ia telah jatuh cinta pada musik sejak kecil. Petualangan bermula ketika Melody masuk ke Empire Academy dan menemukan keganjilan pada ruang musik sekolah itu. Ia ingin mencari kebenaran rumor yang ia dengar dari teman - temannya menge...