Aku sampai di depan ruangan Glen, ICU 3. Kubuka knop pintu itu perlahan, dalam hati kuharap aku melihat Glen yang sudah sadar disana. Untunglah di bagian bawah tiang infusku ada roda yang mempermudahku dalam menyeret tiang ini. 3 roda kecil itu lumayan membantu pergerakanku.
"Glen?" panggilku lembut padanya saat aku telah membuka pintu ruangannya.
Glen masih terbujur lemah di tempat tidur ruangan itu. Aku mendekat ke arahnya dan melihat dengan jelas keadaannya. Keadaannya berbanding terbalik dengan apa yang kuharapkan. Kurasa dia habis operasi dan belum siuman hingga saat ini. Wajahnya tak kenapa - napa, tangan dan kakinya juga terlihat baik-baik saja. Aku cukup bersyukur akan hal itu. Kurasa ia terluka cukup parah di bagian kepala belakang dan punggungnya saat menyelamatkanku.
Aku mengelus rambutnya perlahan, aku sungguh merasa bersalah padanya. Seharusnya aku yang berbaring disini dan bukan Glen. Tapi aku tak habis pikir siapa yang tadi meneleponku. Glen belum sadarkan diri dan aku tak melihat ponsel Glen di sekitar sini. Siapa yang membawa ponsel milik Glen? Aku ingin bertanya pada Nuka atau Zac, tapi saat ini sangat sulit menghubungi mereka.
Siapa orang yang membawa ponsel milik Glen? Orang tua Glen? Itu tidak mungkin. Ponsel Glen seharusnya berada di saku seragamnya karena saat itu aku memperdebatkan sebuah pesan singkat dengannya, dengan kata lain ponsel Glen dibawa oleh pihak rumah sakit. Lagi pula jika orang tua Glen telah datang, mereka pasti menunggui Glen disini. Ya, ponselnya masih dibawa pihak rumah sakit, atau kemungkinan kedua, ponsel itu diambil oleh seseorang dari pihak rumah sakit. Tapi untuk apa pula pihak rumah mengambil ponsel Glen?
Saat ini yang lebih kukhawatirkan dibanding itu adalah bagaimana jika Glen siuman dan butuh sesuatu nantinya? Tapi jika aku menunggunya disini hingga siuman, keributan pasti akan terjadi karena kondisiku saja masih seperti ini. Untuk kali ini saja aku terpaksa meninggalkan Glen yang masih terbaring lemah. Aku membelai rambutnya sekali lagi dan mengecup dahinya lembut. Aroma Glen ... Ia beraroma Lily.
Tunggu ...
"Kenapa Glen beraroma lily?"
Aku mengenal Glen sejak kecil, ia biasanya beraroma mint. Aroma sangat khas di indra penciumanku, bahkan aku bisa mengenali aroma mintnya dari jarak 3 meter.
"Apa mungkin ini aroma baju rumah sakit yang Glen pakai?"
"Tidak - tidak, jika ini aroma lily dari pakaian rumah sakit aku pasti juga sudah beraroma Lily." gumamku mengambil kesimpulan.
Manik mataku melihat ke sekeliling ruangan ini. Kedua manikku berhenti pada sebuah vas bunga dengan beberapa tangkai bunga di dalamnya. Tapi bukan bunga Lily yang ada di dalam vas itu melainkan bunga krisan. Bunga krisan ... Bunga simbol lekas sembuh. Tatapan manikku kembali berkelana dan berhenti pada selimut rumah sakit. Tapi selimut rumah sakit juga tidak beraroma lily.
Pada saat itu juga sebuah asumsi muncul di benakku. Hanya asumsi. Asumsi bahwa bisa saja aroma lily ini mungkin berasal dari aroma seseorang yang sama ... Seseorang yang telah mengendurkan rantai lampu aula makan. Mungkin ... Semua sebatas mungkin dan asumsi. Tapi kemungkinan dan asumsi ini bisa saja menjadi sebuah fakta, di saat seperti ini aku tak bisa mengabaikannya. Orang yang kusukai terbujur lemah karenaku.Aku terus memutar otak untuk menemukan kemungkinan - kemungkinan lain apa yang mungkin terjadi. Hingga pemimiranku menemukan sesuatu yang lain. Aroma ini bisa saja berasal dari perawat yang mengurusi Glen!
Aku sangat ingin lebih lama disini, tapi aku tak bisa menahan ritme degup jantungku yang sejak tadi berdegup lebih cepat dari biasanya.Degup jantungku memaksaku melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan Glen. Tepat di luar pintu ruangan Glen aku masih berpikir siapa yang ingin melukaiku, yang jelas ia berani melakukan hal nekat. Aku mulai berjalan perlahan menuju ruanganku. Sialnya, aku lupa dimana ruanganku. Atau lebih tepatnya aku benar - benar tidak tahu dimana ruanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lies
Mystery / ThrillerNamanya Melody, ia telah jatuh cinta pada musik sejak kecil. Petualangan bermula ketika Melody masuk ke Empire Academy dan menemukan keganjilan pada ruang musik sekolah itu. Ia ingin mencari kebenaran rumor yang ia dengar dari teman - temannya menge...