4

10.8K 184 0
                                    

"Maafkan aku. Maaf...." kata Rachel pelan, tanpa memandang wajah Rafa yang sedari tadi mengamatinya.

Rafa menatap lekat gadis di sampingnya, yang masih tertunduk lesu. Rachel menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tubuhnya tampak lesu. Rafa mendekatkan wajahnya ke wajah Rachel yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Lo baik-baik aja kan?" bisik Rafa.

Rachel menggeleng. Diangkat wajahnya yang berurai air mata. Rafa semakin bingung melihat Rachel yang menangis tak jelas. Apakah karena dirinya dan Rachel yang kena gap oleh Manda? Atau karena Rachel bersedih atas sesuatu hal? Hanya Rachel yang tau!

"Menangislah di pelukanku. Aku tau, kamu sedang ada masalah. Tapi setidaknya, jangan siksa dirimu dengan kesedihanmu. Kau tau, itu juga sangat menyiksaku." kata Rafa.

Aku-kamu? Sejak kapan? batin Rachel.

Rachel berhambur ke pelukan Rafa. Di sanalah dia curahkan segala isi hatinya. Menangis sedalam-dalamnya. Rafa mengusap lembut rambut Rachel yang sedikit berantakan.

Rachel mendonggakkan wajahnya. Menatap wajah Rafa yang juga menatapnya. Mata mereka bertemu. Ada keteduhan di hati Rachel saat melihat manis mata pria yang memeluknya erat.

"Lo itu..." Rafa membelalakkan matanya. "Udah mau redain kesedihan gue. Makasih!"

"Iya Ra. Lo ada masalah apa?" tanya Rafa dengan membelai lembut rambut Rachel.

Rachel menggeleng. Mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kembali meringkuk dalam dekapan Rafa yang menghangatkan tubuhnya.

"Bisakah gue terus begini?" kata Rachel pelan.

"Tentu saja. Apapun yang lo minta, gue akan turuti. Apapun itu!"

"Jadi...." Rachel merenggangkan pelukannya, mengamati manik mata Rafa yang menyiratkan isi hati Rafa.

"Katakan!" selidik Rafa.

"Gue... gue sebenarnya malu sama diri gue sendiri. Senyata-nyatanya, Manda mergoki kita ciuman. Apa yang akan dipikirkannya? Selama dia kerja sama gue, gue nggak pernah keterusan kayak gini. Lo racun!!"

Rafa membelalakkan matanya. Mencerna kembali ucapan sadis dari seorang Rachel yang menyebutnya racun.

"Maksud lo apa? RA-CUN??" tanya Rafa.

"Yes! Lo itu racun. Semudah itu bikin gue tergoda sama lo! Gara-gara lo... harga diri gue di depan asisten kepercayaan gue, Manda, hancur berkeping-keping! Lo pikir itu lucu?"

Rafa mengacak rambutnya sendiri dengan kesal.

"Ini memalukan!" keluh Rachel.

Rafa meraih bahu Rachel. Digoyang-goyangkan bahu itu, seakan meminta kesadaran Rachel pulih kembali. Rachel memandang Rafa dengan tatapan kosong.

"Sudahlah! Itu semua terjadi karena kesalahan kita. Gue juga nggak bisa ngelak, apalagi menolaknya tadi. Jangan nyalahin gue terus! Iya tau, gue juga salah!" bentak Rafa, yang akhirnya Rachel menangis kencang.

"Diamlah! Atau Manda akan menertawakanmu! Ingat harga diri kan?" kata Rafa.

"Sebenernya mau lo apa?"

"Kan gue udah bilang, kalo gue akan perbaiki semua kesalahan tempo dulu. Gue akan mulai dari awal lagi. Apa salah?"

"Raf... kayaknya lo harus pergi! Gue nggak mau lo terlibat jauh dalam urusan gue! Gue udah beda. Bukan Rachel yang dulu lo kenal." tandas Rachel berkaca-kaca.

CUP. Rafa berhasil mengecup bibir Rachel. Spontan membuat Rachel naik darah.

"Apa yang lo lakukan ke gue tadi belum cukup. Sampai-sampai..."

"Belum. Gue ketagihan!" seru Rafa.

"Dasar mesum!" gerutu Rachel yang melempar bantal sofa ke muka Rafa.

Lalu mereka mengobrol tentang masa-masa sekolah dulu. Sesekali suara tawa menyertai mereka. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.

"Udah malem yah. Gue pulang dulu ya. Lo juga perlu istirahat kan. Artis terkenal kan butuh istirahat yang cukup." kata Rafa.

"Iya, gue udah mulai ngantuk. Tapi ini udah malem banget. Lo nggak usah pulang. Tidur disini aja. Ada kamar kosong di sebelah kamar gue. Lagipula, bahaya kalo elo nekat pulang sekarang. Kawasan sekitar komplek apartemen, katanya rawan begal. Gue takut lo kenapa-kenapa." ujar Rachel.

"Baiklah, gue mah nurut aja kalo elo yang minta." kata Rafa.

Rich GirLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang