[9]

55 5 3
                                    

Jumat, 3 Agustus 2012 [Day 19]

Clay terus diam, terlihat sorot ragu dan tidak percaya di matanya.

Aku mencoba mengikuti arah pandangannya dan dapat langsung merasakan mood-ku menurun drastis, hatiku serasa hancur ditebas seketika begitu menemukan sosok seseorang yang selama ini aku harapkan ada untukku tapi selalu terlalu sibuk sekarang sedang bermesraan dengan perempuan lain.

Berkali-kali aku yakinkan diriku bahwa lelaki itu bukanlah Josh. Lelaki itu bisa jadi orang lain yang kebetulan sangat mirip dengan Josh. Tapi kenyataan berkata lain.

Aku berjalan menghampirinya dengan kedua lengan dilipat dan pandangan kecewa diikuti dengan Clairine yang berusaha mencegahku. Ekspresinya begitu melihatku sangat kaget dan canggung. Lengannya langsung dilepas dari bahu perempuan itu.

"Josh," panggilku dingin.

Perempuan itu hanya bisa menatap bingung.

"Bentar ya, Tas." Kata Josh seraya berdiri dan menarik tanganku ke tempat yang lebih sepi.

Aku terus menahan air mataku agar tidak terlihat lemah di depannya. Oh, tolong jangan sekarang, air mata. Aku nggak boleh terlihat lemah.

"Apa aku sebegitu nggak pentingnya? Apa aku udah nggak berkenan lagi di mata kamu? Aku harus apa lagi, sih?" bukaku dengan suara serak menahan air mata.

"Maaf, maaf. Maaf banget, Lex." Katanya dengan suara penyesalan dan kepala tertunduk seperti "maaf" akan membuat semua baik-baik lagi.

"Maaf, ya?" kataku. Terasa air membasahi pipiku. Tangisanku pecah menahan segalanya. "It's okay. Tapi kayaknya kamu lebih baik pergi dan kita cukup sampai disini. Aku maafin kamu. Tapi bukan berarti kamu nggak nyakitin aku. Makasih." Kataku seraya pergi meninggalkannya sendiri.

Jika dia berasumsi aku tetap baik-baik saja, dia salah besar. Aku nggak baik-baik aja.

"Clay, gue balik duluan ya. Bilangin yang lain, sorry gue balik duluan. Nggak usah khawatirin gue, gue akan baik-baik aja." Sebelum Clay dapat mencegahku, aku segera pergi meninggalkannya. Sejujurnya, aku nggak tau aku harus atau ingin kemana sekarang. Tapi yang pasti, aku butuh berada di tempat yang tenang dan sepi. Tanpa perlu diganggu.

"Lex! Tunggu! Apaan sih lo!" teriak Clay terus berusaha untuk memberhentikanku. Tapi aku sudah berlari jauh hilang di antara kerumunan orang-orang.

LINE!

Multichat: Bagaskara, Clairine, Stefan.

[5:15 PM] Clairine: Dimana? Cepetan balik.

[5:15 PM] Clairine: Stefan, Bagas. Dimana? Cepetan balik.

[5:15 PM] Clairine: Woy.

[5:15 PM] Stefan: Kenapa?

[5:16 PM] Clairine: Cepet temuin gue di meja tadi aja deh. Urgent, nih.

[5:16 PM] Stefan: Siap jalan!

***

Tapi Josh dan aku; kita seperti bulan dan bumi. Aku menerangi malam-malamnya saat dia nggak punya siapa-siapa dan hidupku berevolusi di sekitarnya. Semuanya berjalan baik-baik aja sampai aku sadar kalau hidupnya berevolusi di sekitar orang lain.

Betapa bodohnya, diriku. Seharusnya dari awal aku sudah menyadari hal itu. Seharusnya dari awal aku sudah menyadari bahwa perubahan sifatnya bukanlah hal yang biasa. Bahwa sikapnya yang mendingin bukanlah sebuah fase.

Tentang SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang