empat

39K 1.2K 3
                                    

Tiga hari telah berlalu , aku setia menjaga ibu setelah bekerja. Sudah tiga hari pula aku tak ke rumah tuan samuel, aku tidur di ruang tunggu keluarga . Satu-satunya tempat aku dapat siap siaga mendengar kabar baik tentang ibu , tapi tidak kondisinya begitu ramai banyak keluarga pasien yang juga sepertiku menanti keajaiban pada orang yang sedang bejuang di dalam ruang ICU. Tuan samuel juga belum menagih janjiku , dia bahkan tak menanyakan apa-apa.

Kami hanya bertemu di kantor dan ia sesekali menanyakan ibu , ibu ? kabar ibu sebenarnya tak membaik . Ibu mengalami koma setelah operasi , dan sudah tiga hari aku melihatnya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Ia tak dapat bicara atau meresponku , tapi aku yakin ia selalu mendengarku jadi aku selalu berbicara hal baik padanya. Sebenarnya aku selalu menangis kala melihatnya merasa bahwa ia sedang tersiksa saat ini, tuhan aku berharap dapat menggantikan posisinya. Tapi mungkin itu akan membuatnya menderita lebih parah , aku akan membuatnya bekerja keras demi menyelamatkanku. Entah apa aku harus bersyukur atau sebalikya , tapi ini lebih baik setidaknya aku tak harus melihatnya bekerja keras untuk sementara.

Aku berfikir aku harus kembali dan mulai menepati janjiku , kenyataannya ibu di rawat di ruang ICU . Jadi aku tak harus menunggu di sampingnya , aku kembali ke rumah tuan samuel. Mba marni sedang sibuk menyetrika di kamar pakaian , aku mengusap pelan pundaknya tapi tak bisa menahan terkejutnya.

"Anda" panggilnya sembari membenahi setrika yang ia pegang

"Gimana keadaan mba devi?"tanyanya aku hanya tersenyum sembari mengangkat bahu

"Kasih doanya aja mba" sembari aku memeluknya "udah sini mba , biar aku lanjutkan" timpalku

"Tidak usah kamu kan capek , lebih baik kamu istirahat dulu" kata mba marni menasihati.

"Tidak kok mba , ya udah aku beresin dapur buat makan malam ya?" Tanyaku mba marni hanya menjawab dengan anggukan

----****----

"Kamu sedang apa disini?" Tanya tuan samuel ketika melihatku seperti terkejut

"Sedang membantu mba marni" jawabku

"Kamu tidak ke rumah sakit?"

"Sudah tadi tuan, pulang kerja langsung mampir kesana" jawabku

"Kamu tidak ingin istirahat dulu?" Tanyanya perhatian

"Tidak tuan nanti saja setelah membantu mba marni" jawabku lagi

"Bagaimana keadaan ibu?"tanyanya

Aku menunduk , lemas sebenarnya aku menahan tangis agar tak terjadi hal yang meneyedihkan seperti kemarin ketika aku tertidur saat menangis.

"Eh tuan , sudah pulang?" Tegur mba marni

Aku terkejut lalu berpura-pura sibuk menyiapkan makanan ke ruang makan, menghidangkan ayam balado , sop juga tumis toge.

----****----
Samuel POV

Sebenarnya aku ingin menyentuh pipinya, mengusap pipinya yang mulai tertetes air matanya itu. Seperti yang aku lakukan malam itu , tapi aku tak seberani itu. Aku hanya menatapnya teduh tapi dengan sikap dinginku , lalu mba marni datang dan menyuruhku mandi selama mereka menyiapkan makan malamku.

CINTA ? Itu yang di katakan daniel ketika aku menceritakan tentang Andara , tapi aku menepisnya.

Tidak ini bukan cinta , aku hanya ingin memilikinya seperti dulu. Memiliki senyumnya , tawanya , candanya , bahkan semua emosinya . Aku hanya ingin memiliki tubuh indahnya , ingin mencicipinya . Dan ingin bersamanya seperti dulu , aku hanya pria egois yang menginginkan mainan lamanya kembali. Ya aku rasa ini bukan cinta.

---***---

ANDARA MYTHA

Membaca buku di dapur adalah hal yang menyenangkan untukku , duduk diatas meja bar dapur. Membaca buku pelajaran untuk jurusan yang akan kuikuti testnya.

"Kamu belum tidur?" Tanya tuan samuel mengejutkanku

"Belum tuan"

"Jadi kapan kamu akan ikut test masuk universitas?"

"Bulan depan tuan , tapi sepertinya tidak mungkin sepertinya" cengirku

"Kenapa?"tanyanya bingung

"Saya kan kerja tuan"

"Kamu tidak usah pikirkan itu"katanya mulai mendekatiku menarik buku dari tanganku lalu meletakkannya di meja sampingku.

Ia mencangkup daguku dengan tangan kanannya lalu mencium lembut bibirku , terasa begitu hangat bibirnya memberikan sengatan listrik menuju hatiku. Oh tuhan ia telah mencuri ciuman pertamaku , aku terdiam menikmati ciuman pertama kami.

Ia mulai melumat bibirku pelan , aku pun merasakan gairahnya mengikuti langkat bibirnya terhadap bibirku. Tangannya mulai berpindah ke tanganku lalu melepaskan ciuman kami dan menarikku.

"Tuan" panggilku takut ia menoleh padaku matanya tak lepas dari pandanganku.

"Bisa kita tunda sampai saya siap?" Tanyaku

"Baik jika itu maumu , tapi maaf saya juga akan menunda segala fasilitas yang saya bicarakan"

"Tidak tuan jangan" teriakku "kalau itu terjadi ibu bisa mati tuan" sahutku

"Aku punya pilihan kedua untuk kamu , kamu boleh menundanya tapi kamu harus jadi pelayan saya dari pagi hingga pagi lagi" katanya datar

"Maksud tuan?" Tanyaku bingung

"Kamu boleh menundanya , tapi kamu harus melayani saya kapanpun saya mau"

"Tapi tuan , saya juga bekerja . Di perusahaan tuan "

"Saya tau , dan saat saya butuh pelayanan kamu saya bisa langsung memanggil kamu "

"Apa tuan?" Tanyaku yang mulai takut aku berlari ke arah kamar , tapi ia menarikku ke dalam pelukannya.

Ia memelukku dari belakang , mencangkup daguku dengan kencang.

"Saya bisa menunggu tapi ibu kamu tak bisa menunggu" katanya sambil melaskanku lebih tepatnya melemparku dari pelukannya.

Aku menangis tak dapat menahan kenyataan bahwa ibuku akan mati jika aku tidak menuruti keinginannya , aku mengejarnya yang hendak naik tangga lalu menjangkau tangannya.

Ia menoleh menatapku lama , lalu menarikku untuk mengikutinya. Aku berjalan di belakangnya sembari memegang tangannya . Ini pertama kali untuk kami berpegang tangan , harusnya aku senang dan merasa berdebar . Tapi debaran ini berbeda kenyataannya aku berdebar karena takut, takut akan rasa sakit batin dan lahir ketika keperawananku di renggut olehnya nanti .

Ia membuka pintu dengan cepat lalu melemparku ke ranjang berwarna putih , membanting pintu dengan cepat membuat suara gaduh dari bantingannya . Lalu mulai menindih perutku di antara kedua kakinya , menahan kedua tanganku lalu mencium bibirku posesif membuatku sesak . Ia seperti tak membiarkanku bernafas , aku hanya menahan geloranya itu tangannya mulai berpindah ke pipiku menarik wajahku hingga kami sama-sama terduduk.

Gairahnya terasa begitu memuncak , hingga akhirnya ia terhenti . Menatapku tajam fokus pada kedua mataku seperti mencari arti di balik tatapanku , lalu ia mengecup bibirku.

"Lebih baik kita tidur , kamu harus kerja besok begitu juga saya" katanya sembari menarik tanganku untuk keluar dari kamarnya itu

Apa?apa aku baru saja di tolaknya? Kenapa aku bersedih ,harusnya aku senang karena aku tak harus tidur dengannya.

----***---
Kami sedang dalam perjalan menuju kantor ,setelah sarapan samuel mengajak ke kantor bersamanya. Kami bahkan sempat saling berciuman sebelum berangkat di dalam mobil.

Ia terlihat begitu menginginkanku , tapi hanya berciuman yang selalu ia lakukan. Mungkin itu cara dia menghormatiku , itu cara dia menghormati ibuku dengan tetap menjaga kehormatanku.

Ya aku harap begitu

I am your slave is not yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang