DUA BELAS

20.4K 806 11
                                    

Aku mengetuk putih besar dihadapanku , berharap agar ada yang membukanya segera. Dan tak lama pintu terbuka tampak wanita cantik kecil yang sudah lam menjadi sahabatku berdiri disana.

"Mia" teriakku memeluknya

"Anda"

"Apa kau baik-baik saja? Kau bilang kau sakit?"

"Aku tak apa-apa Anda , hanya sedikit tak enak badan" katanya mencoba tersenyum

"Ada apa dengan matamu? Apa itu sebabnya kau tak kuliah hari ini? Kau habis menangis?"

"Tidak Anda , aku tak apa"

"Ceritalah"

Ia pun mulai menangis , tak kuasa menahan luapan air mata itu lebih lama. Aku coba menenangkannya mengajaknya duduk, mengusap pelan pundaknya memeluknya.

"Ada apa Mia? Kau tak biasanya seperti ini?" Tanyaku , ia ingin menjawab tapi kata-katanya sulit untuk di ucapkan

"Baiklah kau tenangkan dirimu dulu ,aku akan mengambilkanmu minum. Tunggu ya"kataku meninggalkannya lalu mengambilkan segelas air putih

"Ini Mia , sekarang ceritakanlah"

"Aku tak bisa Anda" ucapnya ketika ia sudah lebih tenang

"Baiklah jika kau tak ingin menceritakannya , aku tahu mungkin sulit" kataku lagi

---***---
Mia POV

"Tidak Mia , aku mencintainya jangan paksa aku" teriak Farid

Aku mencoba menahan tangisku , aku harus kuat

"Baiklah Farid , jika memang kau lebih mencintainya" kataku meninggalkannya dimeja itu sendiri.

Ini sudah ketiga kalinya setelah aku menyadarkannya bahwa Anda tak mencintainya , dan berujung bahwa cintanya tak pernah berubah.

Aku hanya harus menelannya dalam , kenyataan jika pria yang kucintai mencintai wanita lain. Dan yang lebih buruk pria yang akan bertunangan denganku juga mencintai orang lain.

Malam ini ada pertemuan dengan keluarganya lagi ,tapi kali ini kami yang kerumahnya.

Ketika masuk , aku mencoba mencari sosok wanita cantik yang sudah menjadi sahabatku selama ini. Tapi aku tak menemukannya , aku berusaha tetap anggun di hadapan calon mertuaku sahabat dari rekan bisnis sekaligus teman ayahku.

Ketika mereka mulai sibuk dengan obrolan mereka aku memilih pamit menuju dapur , kulihat sosok yang ku ingat. Mba marni pembantu di rumah ini , aku mengenalnya karena aku pernah kesini saat aku masih SMA menghampiri sahabatku , Anda.

"Mba Marni" panggilku ia pun menoleh

"Eh ... mba Mia , temannya Anda kan?" Tanya mba marni

" iya mba" jawabku tersenyum

"Jadi mba Mia yang jadi calonnya tuan sam" aku hanya tersenyum malu

"Mba , Anda mana?"

"Hmm dia sudah tidak bekerja disini mba" jawabnya ragu

Aku terkejut , bagaimana bisa? Bukankah ia bisa kuliah karena bekerja disini sebagai jaminannya?

"Oh ya ? Sejak kapan mba?"

"Tiga tahun yang lalu mba"

"Hmm" aku semakin curiga tapi kutahan ekspresiku agar mba marni tak curiga atau berusaha menutupi informasi dariku

"Samnya mana mba?"

"Mungkin sedikit lagi sampai mba"

"Dia kerja?"

I am your slave is not yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang