LIMA BELAS

20.4K 888 13
                                    

Anda Pov

Sudah setahun lebih tepatnya sejak aku keluar dari apartement Sam , aku pindah ke kost yang dulu aku tinggali dengan Sam. Dengan suasana berbeda , tak ada barang-barang mahal yang biasa sam belikan. Hanya beberapa barang milikku , satu-satunya barang milikku termahal adalah laptop baru yang ku beli dari uang tabunganku.

Kini aku sedang magang di Belanda bersama Farid , aku di beri kesempatan untuk belajar disini selama setengah tahun . Dan mencoba membuat skripsiku , bahkan aku di tawari menjadi perbantuan pengajar bahasa indonesia di salah satu sekolah swasta disini.

Aku berfikir aku akan mengambilnya , Farid meyakinkan aku jika aku mengambilnya setidaknya aku tak harus sering mengingat Sam. Farid kini tak mengejar-ngejarku seperti dulu , dia sedang dekat dengan seorang wanita asal Belanda.

Berbeda dengan Mia , Shella lebih berani dalam menyatakan rasa sukanya. Farid bilang mereka pernah bertemu saat liburan semester SMA di London , Shella wanita keturunan Jerman dan Inggris yang sedang kuliah di Belanda . Dan tidak sengaja mereka berjumpa disini , tapi aku senang Farid bisa membalas rasa suka Shella. Mereka pasangan serasi , mungkin seperti Sam dan Mia . Entahlah aku tak tahu , aku terlalu jadi pengecut untuk bertemu mereka.

Aku bahkan tak datang saat hari pernikahan mereka , aku takut aku akan kacau jika melihat langsung. Jadi aku memilih untuk tak datang , dan berusaha pergi dari kehidupan mereka meski aku merindukan mereka .

--***--

"Anda , apa kau serius tak ingin kami antar?" Tawar Farid

"Tidak Farid , rumahku terlalu jauh dari sini . Lagi pula apartemenmu dekat dari sini" tolakku

"Baiklah kami akan menunggumu hingga kau mendapatkan taxi"

"Baiklah"

"Anda , saya senang bisa berteman denganmu . Terima masih ya" ucap shella dengan logat khas Jermannya

"Terima kasih Shell" tegur Farid membenarkan

"Oops sorry terima kasih" ucapnya lagi sembari mencium pipi kiri dan kananku

"Baiklah aku pergi dulu , bye"

Akhirnya aku kembali pada rumah kecilku itu , pasti menyenangkan aku masih punya waktu satu bulan sebelum akhirnya aku kuliah lagi.

Dan ketika aku turun dari taxi aku begitu terkejut , sosok yang dulu dekat denganku kini ada di depannku. Wajahnya terlihat tersenyum ramah juga terlihat sepenggal penyesalan. Aku terdiam beberapa saat , bahkan aku tak sadar jika taxi yang mengantarku tadi sudah pergi

Aku menghampirinya sembari menarik koperku yang berat, aku mencoba mengulurkan tangan . Tapi wajahnya tampak bingung , aku tak bisa mengerti apa yang ia fikirkan.
Lalu ia menarikku ke dalam pelukannya , menyandarkan kepalanya di tengkukku.

"Anda" ucapnya

Aku mengelus pelan pundaknya , menenangkan sahabatku ini. Bukan munafik tapi ia memang sahabatku , meski kini ia jadi istri dari pria yang kucintai

"Ada apa Mia?" Tanyaku masih memeluknya

Tapi ia belum bisa berbicara , tangisnya menahan kata yang akan keluar dari bibir mungilnya. Aku pun melepaskan pelukannya , mengusap air mata sahabatku yang membasahi pipinya.

"Ayo kita masuk dulu" ucapku membuka kostku

Kusuruh Mia duduk di atas kasur kecilku yang nyaman bagiku , ku usap usap lagi punggungnya.

"Baiklah , kini kau sudah lebih tenang kan ? ini minumlah" aku menyodorkan segelas air putih padanya yang ia minum sedikit sedikit.

"Anda , maafkan aku . Aku jadi wanita jahat, demi keegoisanku kau menderita karenaku" ujarnya memulai suasana aneh di antara kami

"Apa maksudmu Mia? Harusnya aku yang meminta maaf karena tak datang di hari pernikahanmu" sesalku

"Tidak , itu adalah keputusan baik. Aku juga akan melakukannya jika jadi kau , Anda aku sudah bercerai dengannya" ucapannya mengejutkanku

Mereka bercerai? Tapi kenapa? Bukankah ini keinginan mereka lalu secepat ini mereka bercerai?

"Apa ada masalah Mia?" Tanyaku

"Iya Anda , dari awal memang sudah jadi masalah. Kini aku sadar Anda , apa yang aku lakukan salah. Maukah kau memaafkanku?" Tanyanya dengan tatapan bersalah

"Tentu Mia"

"Terima kasih Anda" ucapnya memelukku

---***---

Hari wisuda S2ku tiba , meski bukan lulusan terbaik seperti S1 tapi aku bangga dengan nilai-nilaiku.

Aku mengenakan kebaya biru muda yang ku beli sebulan lalu , rambutku kutata rapih . Mengenakan pakaian togaku , menghias wajahku sedikit lebih tebal tetapi tidak berlebihan. Farid juga tampil menawan , tak henti-hentinya mahasiswa S1 memandanginya ketika ia berjalan ke arah aula. Shella tak ikut menemaninya , karena masa liburannya yang telah habis dan ia harus kembali kuliah.

"Selamat Anda" ucap Farid ketika kami sudah selesai acara sembari memelukku pelan

"Iya , kau juga Farid. Kau datang?" Tanyaku

"Kemana?" Tanyanya berpura-pura tak tahu

"Pernikahan Mia , dia mengundangmu kan?" Tanyaku lagi

Iya Mia akan menikah dengan orang pribumi bernama Kevin , persis seperti seleranya . Tinggi gagah dengan warna kulit kecoklatan , dan tentu saja dia tampan . Dia dulu teman sekelas kami juga , tapi ia tak seatletis sekarang .

Dulu dia memiliki tubuh gemuk dan tinggi , banyak teman-teman kami yang sering membullinya. Aku juga tak tahu sejak kapan mereka berhubungan tapi aku bahagia untuk mereka .

"Hmm kau mau jadi temanku kesana?" Tanyanya malu-malu membuatku tertawa

"Hahaha tentu Farid , tentu" jawabku

---***---

Sebuah kotak berukuran sedang dengan bungkusan berwarna merah jambu juga pita kecil yang menghiasnya tergeletak didepan pintuku , aku meraihnya mencoba menebak siapa pengirimnya.

Tapi sebuah memo terpajang disana , ku lihat kata pertama yang tertulis disana"my little queen bee" . Ini dari Sam dan ia masih mengingatnya? Panggilan kecil kami? Tanpa terasa air mataku terjatuh , aku pun membaca memo itu.

"My little queen bee , selamat atas kelulusan S2mu . Aku bahagia mendengar kau lulus dengan nilai yang bagus , aku bangga padamu.
Aku dengar kau mendapatkan tawaran pekerjaan di tempat magangmu , aku senang mendengarnya. Ini hanya hadiah kecil dariku , berharap kau bisa mengenakannya . aku mohon pakailah ini , dan kau akan tau kapan kau harus mengenakannya"

Jantungku berdebar membacanya , dengan keberanian yang hampir habis aku membuka kotak itu. Berisi dress satin maroon simple dengan sedikit bordiran bunga tapi begitu anggun , dress ini sedikit terbuka di bagian atas tapi dengan model elegan.

Tanpa terasa air mataku menetes , aku teringat salah satu makan malam kami . Aku mengenakan dress merah muda yang kami beli di mall waktu itu juga heels berwarna senada , ia mengenakan pakaian formal untuk menyamaiku.

Kami tak saling melepaskan pandangan kami waktu itu , berkali-kali ia memujiku. Membuatku tak henti tersenyum , mengajakku berdansa dengan alunan musik klasik yang romantis.

Semua kenangan itu tak bisa lepas dari kepalaku , bersama kenangan pahit dimana ia sering mengingatkan aku bahwa aku tak bisa berharap lebih .

Aku masih menangis tersedu memeluk gaun yang sam hadiahkan untukku hingga aku tertidur.

--***--

"Tidak Anda kau tak boleh pergi"

"Aku harus Sam , ini semua demi kalian. Aku tak ingin menjadi perusak seperti yang ibumu katakan"

"Lupakan apa yang mereka katakan , mereka tak tahu apapun!"

"Mereka tak tahu Sam , tapi apa yang mereka ucapkan benar . Aku tak lebih dari pelayanmu yang berharap bisa kau cintai, dan itu hanya terjadi di cerita televisi"

"Tapi Anda ..."

"Sam , terimalah ... aku juga tak ingin berpisah darimu , tapi ini yang harus kulakukan"

I am your slave is not yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang