*Adira POV*
*line!!!*
LED smartphoneku memantulkan cahaya hijau. waktu masih menunjukan pukul 03.10 ku buka mukkena yang masih membalut tubuhku dan mengambil handphone yang tergeletak di nakas, dan membuka pesan line yang membuat pipi ku merah merona di sepertiga malam ini.
-Muhammad Akhdan Ziyad-
Takdir itu ketetapan Allah yang harus kita percaya, entah kamu menyukainya, entah tidak. Yang harus kamu lakukan hanya menerima dengan penerimaan yang indah. Dan harus (selalu) percaya ketetapan-Nya untuk hidupmu, itulah yang terbaik. Temui aku disepertiga malammu, aku akan mendekapmu dalam sujudku.
Kubaca berulang-ulang sambil tersenyum. entah dia bisa membuat kalimat kalimat seindah itu. aku menyukainya. Segera ku balas pesan line dari ka akhdan
-Adira Azzahra-
Ku tutur doa sedekap penuh pengharapan di sujud-sujudku. Menuturkan harapan-harapan yang kuharap menjadi takdirku. Dan menemuimu disepertiga malamku. selalu....
"selalu begitu, tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang. Hhh..., balas ya, iya atau apa gitu. Ini Cuma di read, dasar ka akhdan curaaaang!!!"
Aku memaki-maki smartphoneku. Duh dipikir-pikir gaada gunanya juga. Kaya baru kenal ka akhdan aja, sudah 2 tahun dira, dia yaa gitu. Aku meletakkan kembali smartphoneku di nakas dan mengambil wudhu. Perasaan Cuma sebentar pegang handphone taunya sudah adzan subuh.
***
*tok tok tok*
"dir sarapan, cepetan laah keluar..., tinggal nunggu kamu nih!" seru bang fathan dari luar kamar.
"iya bang..., sebentar lagi. Duluan aja."
Kami masih berkumpul di meja makan dan masih ngobrol-ngobrol ringan sambil memakan lapis legit yang dikirimkan tante helena kemarin, ditemani teh hangat disuasana pagi yang mendung syahdu ini.
"fath, tahun ini umurmu makin tua loh, kok belum ada yang diajak kerumah buat bantuin mamah masak? hm"
"duh mamah apaan sih..., fathan kan mau nyelesain S2 fathan dulu" bang fathan menunjukkan muka frustasi menjawab pertanyaan dari mamah sambil menggaruk-garuk puncak kepala yang sekarang membuat rambutnya jadi berantakan.
"eh iya bang, dulu papah seumur kamu sudah ngelamar mamahmu. Masa kamu kalah sama papah?" papah tertawa renyah, meledek bang fathan yang kini mukanya semakin terlihat suram dan menggemaskan.
"nah be----" belum selesai penggalan kalimat dari mulutku keluar, bang fathan sudah memotong pembicaraanku dan mengeluarkan tatapan sinisnya.
"Apa lo? Mau ngeledek abang juga?
Ah udah deh fathan pergi ke kampus dulu. Mau nemuin dosen pembimbing biar thesis abang cepet selesai." Bang fathan pamit dan mencium punggung tangan papah dan mamah. Kemudian menyeruput teh hangat yang masih tersisa di cangkirnya sebelum beranjak.
"gitu tuh abang, hm" seruku pada papah dan mamah sambil memanyunkan bibir.
"oh ya ra, gimana kamu udah ada calon belum? Sudah semester 5 loh belum ada yang mampir dirumah?" Sambil menumpuk piring-piring dengan gampangnya pertanyaan mamah yang sulit buat aku jawab. Gara-gara bang fathan kabur nih. Jadi aku kan yang kena.
"pah jawab deh pertanyaan mamah, aku mau manasin mobil"
"loh kok jadi papah, kamu dong kan pertanyaannya buat kamu" lagi, lagi dan lagi papa tertawa renyah, bahkan lebih renyah dari sebelumnya, ketika menertawai bang fathan.
"gapapa kalo punya ra, tapi untuk yang satu itu kamu harus pakai toga dulu, harus punya gelar dulu, baru boleh ke arah sana."
"duh mamah, udah aaah..., mamah kan tau aku gimana. Aku berangkat deh nanti kesiangan. Assalamualaikum mah pah...."
Aku pamit sambil menyium punggung tangan kedua malaikatku, orang yang paling aku sayangi didunia ini.
"Waalaikumsalam..., hati-hati bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut, inget masih jomblo!" seru papah dari ruang makan yang masih terdengar sampai ruang tamu.
Terimakasih telah membaca part I pada cerita yang sederhana ini, jika berkenan author minta taburan bintang-bintangnya yaa para watty dan readers tercinta :) sampai bertemu di part selanjutnya....
Salam hangat,
Author yang sedang memperbaiki diri'
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan AKU
Tâm linhAku. Entah butuh berapa jilid kamus yang mampu mendekripsikan perihal perasaanku, hatiku, dan rinduku, teruntukmu yang ku cintai karena-Nya. Aku mencintaimu dalam bisuku dan menunggumu dalam diamku. Selalu.... -Adira Azzahra-